Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Seorang wanita sedang berkutat di depan komputernya menulis sebuah novel untuk seorang klien yang memintanya untuk segera menyelesaikan bab hari ini. Wanita cantik yang memakai kacamata itu bernama Cassandra atau biasa dipanggil dengan sebutan Sandra. Pekerjaannya adalah sebagai seorang ghost writer yang menulis untuk penulis lain yang juga sering membayar jasanya untuk semua tulisannya siang dan malam setiap hari. Lumayan setiap tulisannya dibayar untuk keperluan hidupnya walaupun tulisan yang dia tulis itu adalah milik orang lain.
"Bisa di percepat sedikit enggak, tulisannya. Lama banget, sih," ujar seorang dibalik bilik telepon yang baru saja diangkatnya yang ternyata adalah Kimi Meow. Nama pena dari kliennya, Ayu.
Cassandra tak ambil pusing. Matanya terus berada di layar laptopnya dan terus mengetik kata demi kata yang mengalir di pikirannya. Di seberang sana Ayu tampak mendengus kesal karena Cassandra sama sekali tak menggubris panggilannya.
"Hei! Di telepon malah diam! Apakah tulisan untuk bab hari ini sudah kami tulis belum?" Ayu tampak marah di seberang sana.
Cassandra lagi-lagi hanya diam, ia masih sibuk merangkai satu demi kata menjadi sebuah cerita yang utuh apalagi menulis itu butuh konsentrasi yang banyak agar tulisannya menjadi tidak kacau balau. "Ayu, maaf. Sepertinya kamu menghubungiku di jam yang kurang tepat, aku masih menulis babmu hari ini," ucap wanita itu masih di depan laptopnya.
"Dasar enggak berguna, memang baru berapa kata kamu tulisnya, Sih?" tanya Ayu sambil gigit jari.
Cassandra hanya mendengus biasa saja. Cassandra memang terbiasa mengalami hal seperti ini. Dimarahi oleh kliennya sendiri karena terkadang telat mengirim tulisannya ke mereka untuk segera di review. Para kliennya tidak tahu betapa sulitnya ia menulis dan memikirkan sebuah cerita serta merangkai semua kata menjadi paragraf. Mereka hanya bisa mendapatkan hasil jadinya, sekaligus mencerca karena terkadang ada typo yang bertebaran di sana.
"Sabar sedikit lagi, ya, Ayu. Baru juga 500 kata yang aku tulis, ini ."
Cassandra menjawab dengan santai sambil memperbaiki kacamatanya itu.
"Cepat sekarang! Hari ini aku dapat surat cinta dari editorku, ini. Aku secepatnya harus mengirim episode baruku di platform Perfect Writer, ini. Aku enggak mau tahu kalau aku tak mendapat penghasilanku bulan ini dan tak mendapat bonus juga. Aku tak akan membayarmu, walau di rekeningku masih ada sisa pendapatan dari bulan lalu," jelas wanita itu seenak jidatnya.
Cassandra melirik ke arah jam dinding kamarnya, sambil menyipitkan matanya untuk melihat arah jarum jam. "Anu, sepertinya aku akan menulis tiga bab sekaligus untuk menebus kesalahanku karena tulisanku yang harus kamu up di novelmu telat.
"Kamu baru sadar, ya!" Ayu tersenyum menyeringai dibalik telepon. "Bagus kalau hari ini kamu mau menulis tiga bab sekaligus di novelku. Tapi ingat jangan sampai terlambat lagi. Yang ada, nanti para pembacaku malah protes meminta bab
Cassandra berdehem, " baiklah akan aku lakukan dengan senang hati tanpa mengeluh sedikit pun," ujar Cassandra kemudian melanjutkan kata-katanya. "Anu, jadi apakah kamu bisa membayarku tiga kali lipat dari crazy up ini?"
"Membayar kamu karena crazy up?"
"Ya, hari ini aku butuh uang yang cukup, sepertinya aku terkena insomnia setelah kau berjanji pada pembacamu untuk 50 episode dalam sehari untuk peringatan novelmu yang kelima," tawar Cassandra.
"Oh ... Jadi kamu butuh bayaran lebih, ya. Apakah aku harus membayarmu untuk ini?"
"Y-y-ya."
"Apa kamu memerasku? Lagi pula itu kan sudah kewajibanmu untuk menjadi ghost writer, lagi pula 20% pendapatanku kan sudah kuberikan kepadamu sebagai gaji," cibir Ayu memarahi Cassandra yang ingin meminta bayaran lebih.
"Tapi ...."
"Tidak ada kata tapi untukmu Cassandra, ini karyaku bukan karyamu!" bentak Ayu kepada Cassandra dengan percaya dirinya tak tahu malu.
"Ya sudah , aku tak akan meminta bayaran lebih untuk ini. Sebaiknya kamu menutup teleponmu sekarang juga. Lagi pula aku juga sekarang aku harus menulis untuk novelmu ini kan. Sudah dulu, ya, aku akan melanjutkan tulisanku untuk novelmu sekarang juga.
Cassandra pun langsung menutup teleponnya dan kembali melanjutkan tulisan novel Ayu di depan komputernya.
"Cassandra, apakah kamu tidak capai dengan pekerjaanmu ini, sayang," ucap ibu Lina yang tiba-tiba datang dari belakang anaknya.
Cassandra menoleh kepada ibunya dan tersenyum. "Enggak Bu, justru aku sangat menikmati pekerjaanku ini."