Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Ghost Boyfriend

Ghost Boyfriend

Sandra Dhee

5.0
Komentar
70
Penayangan
14
Bab

Menjadi sebuah arwah penasaran bukanlah keinginan Arka. Tapi, sebuah kecelakaan yang tiba-tiba merenggut nyawanya terjadi di saat yang tidak tepat. Dan karena sebuah alasan, Arka pun diberi kesempatan terakhir untuk kembali ke dunia. Dengan bantuan seorang pemuda pengangguran bernama Zulfi, Arka pun berusaha menyelesaikan masalah-masalahnya yang belum selesai. Ia berusaha menemui Ziva kekasihnya, dan memastikan Ziva akan hidup bahagia walaupun tanpanya. Apakah akhirnya Arka berhasil mewujudkan keinginannya dan bisa pergi dengan tenang? Apakah Arka akan ikhlas melihat Ziva akhirnya bahagia bersama Zulfi? Dan apakah Arka berhasil membantu Zulfi berubah menjadi manusia yang lebih baik?

Bab 1 Prolog

Prolog

"4 tahun? 5 tahun?" tebaknya.

"Selama itu?" Ziva sedikit terkejut, ia sendiri tak menyangka mereka akan bertahan dengan LDR selama bertahun-tahun, "gak terasa ya?"

"Iya. Makanya, lusa aku udah pulang ke Indo. Kita sudah bertahan sejauh ini. Setelah ini, kita tak akan berpisah lagi.""Aku kangen sama kamu..." ujar Ziva manja malam itu dari ujung telepon. Arka menarik nafas panjang mendengar suara lembut kekasihnya.

"Aku juga kangen... sabar ya? Beberapa hari lagi kita ketemu." balas Arka berusaha menenangkan.

"Udah berapa tahun ya bi, kita gak ketemu?" Tanya Ziva. Arka menatap langit-langit kamarnya, berusaha mengingat-ingat.

"Janji, bi? Kamu gak akan pergi lagi?"

"Iya, sayang... Nanti di Indo aku akan ngomong sama orang tuaku, biar segera cepat melamar kamu."

Arka tersenyum mendengar jeritan bahagia Ziva di ujung sana. Gadis yang sudah dipacarinya sejak SMA, dan dengan sabar menunggu kepulangannya ke Indonesia.

"Ya sudah. Aku tidur dulu ya? Sudah jam 1 disini... Besok telepon lagi." Pamit Ziva.

"Okay. Have a nice dream... Bye. Love you..."

Setelah mematikan telepon dan meletakkannya di nakas sebelah tempat tidur, Arka pun berjalan menuju meja komputernya untuk melanjutkan game yang sempat terhenti tadi. Ini masih sore sekarang. Dengan jarak waktu 6 jam, jika sekarang di Indonesia sudah pukul 01.00 pagi, di Jerman masih pukul 07.00 malam. Dan untuk seorang gamer seperti Arka, ini bukanlah waktunya tidur atau jalan-jalan. Setelah kewajibannya menelepon Ziva selesai, sudah waktunya baginya untuk bermain game sampai pagi. Apalagi ketika sekarang kuliahnya sudah selesai dan tinggal menunggu jadwal kepulangannya ke Indo, apalagi hal bermanfaat yang bisa ia lakukan selain bermain game?

Sudah hampir 9 tahun ia dan Ziva berpacaran, dan 5 tahun setengahnya mereka LDR. Jelas sekali banyak hal yang sudah mereka lalui. Bahkan mereka sempat break beberapa kali. Ya, mereka berdua memang sama-sama orang yang memegang erat komitmen. Apapun yang terjadi, seberat apapun masalah mereka, tak akan pernah ada kata putus dari keduanya. Mereka akan break sejenak untuk intropeksi diri, dan kemudian sama-sama meminta maaf dan kembali bersama dengan pola pikir yang lebih matang.

Sungguh, hubungan mereka bukanlah cinta monyet seperti yang dibilang orang kebanyakan. Tapi ini adalah hubungan yang dewasa dan serius, walaupun awalnya dijalani oleh dua anak muda yang masih bau kencur.

Arka menatap sebuah kotak cincin di mejanya. Baru tadi ia memandangi cincin di dalam kotak itu, sebelum telepon dari Ziva berbunyi. Ia memang sengaja membeli cincin emas berwarna putih itu kemarin di sini. Dan rencananya, ia ingin memberikan cincin itu kepada Ziva saat mereka bertemu nanti.

Ah!... Sebagai seorang laki-laki yang romantis, Arka sudah memikirkan apa saja acara yang mereka berdua lakukan nanti. Arka akan mengajak Ziva dinner romantis. Lalu mengajak Ziva nonton dan Quality time. Lalu setelah acara kangen-kangenannya selesai, ia akan meminta orang tuanya untuk menemui orang tua Ziva.

"Ngapain lo senyum senyum sendiri?" manusia bersuara fals itu tiba-tiba masuk ke kamar Arka dan mengagetkannya. Hampir saja ia terjengkang dari kursi jika saja ia tidak menjajakkan kakinya di lantai dengan sigap. Ia nyengir melihat wajah Damar malah cengengesan.

"Gila lo, mau bikin gue jantungan?" Umpat Arka. Damar semakin cengengesan dengan wajahnya yang tengil. Ia melompat ke kasur Arka dan bermain handphone, tak menggubris wajah Arka yang masih menegang karena terkejut.

"Santai bro..."

"Mau apa lo?" Tanya Arka sinis.

"Boring." Sahut Damar santai.

Damar adalah sahabat Arka sejak SMA. Walaupun sama-sama pernah bandel, tapi mereka berdua juga sama-sama pandai. Sehingga mereka bisa kuliah di Jerman bersama. Dan walaupun beda jurusan, mereka juga tinggal di gedung yang sama. Hanya beda kamar saja.

Tetapi, ada satu sifat yang berbeda dari mereka. Arka lebih pendiam dan sering di kamar untuk bermain game atau belajar. Sedangkan Damar lebih suka menghabiskan waktu untuk berkencan atau clubbing. Itu membuat akhirnya Arka bisa lulus lebih cepat darinya.

"Belajar aja sana. Biar bisa cepet lulus." Kata Arka mengingatkan. Damar manyun.

"Males ah! Capek gue barusan pulang dari bowling." jawab Damar.

"Bowling aja diladenin. Urusan belajar gimana?" Sindir Arka. Damar membuang muka tak peduli.

Sebenarnya Damar juga merasa sedih karena lusa Arka akan pergi meninggalkannya dan pulang ke Indonesia. Setelah ini, berarti dia akan sendirian disini. Pasti dia merasa kesepian tak ada teman seperti Arka. Apalagi mereka selalu bersama selama 9 tahun ini.

"Lo jadi pulang lusa?" Tanya Damar.

"Iya dong."

"Gak bisa dimundurin seminggu gitu?"

"Gak. Gue udah pesen tiket. Gue juga udah janji sama Ziva."

"Ah! Ziva lagi..." gerutu Damar. Ia selalu kesal jika Arka menyebut nama Ziva. Selain karena ia iri melihat keawetan dan kemesraan mereka berdua, sebenarnya Damar juga cemburu karena ia pernah jatuh cinta pada Ziva saat mereka masih SMA. Sayangnya saat itu Ziva lebih memilih Arka, sahabatnya sendiri. Jadi mau tak mau Damar harus mengalah dan menutupi perasaannya, walaupun sebenarnya hatinya patah dan terluka.

Bahkan sisi jahatnya berniat menjauhkan Arka dari Ziva dengan mengajak Arka kuliah di Jerman. Pacaran LDR itu susah, pasti mereka bisa putus dengan mudah. Tetapi nyatanya Arka dan Ziva tak semudah itu dipisahkan. Bahkan semakin mesra dan merencanakan untuk segera bertunangan... Sial!

"Gak bosen lu sama Ziva terus? Cewek yang gue kenalin kemarin kan lebih seksi dan cantik tuh.. " cetus Damar. Arka tertawa sinis.

"Jauh bro... cantikan Ziva kemana-mana. Ziva itu cantiknya dari dalam..." balas Arka membela kekasihnya.

"Pret!" Sahut Damar, "padahal Carla suka banget sama lo. Misalkan gue telepon dia sekarang buat kesini juga dia pasti langsung datang. Lo bisa senang-senang sama dia sebelum lo pulang ke Indo..." Rayu Damar belum menyerah.

"Apaan sih, Mar? Jangan aneh-aneh deh! Kalo lo mau bandel, bandel sendiri aja sana! Jangan ajak-ajak!" Protes Arka.

"Sekali aja bro... Lo belum pernah kan? Lo mau nungguin Ziva kelamaan... keburu expired. Mending lo cobain sekali aja, mumpung lo masih disini. Sumpah enak banget bro, lo pasti ketagihan... "

"Sialan lo! Lo mau nyuruh gue selingkuh gitu?"

"Bukan selingkuh bro.. ini hanya one night stand... Ziva juga gak bakalan tahu. Toh cowok gak ada tanda virgin atau enggaknya kan?"

"Mending lo keluar dari kamar gue sekarang juga." Usir Arka halus namun tegas.Dia sudah merasa kesal dengan arah pembicaraan Damar.

"Cemen lu...!"

"Keluar gak? Atau gue lempar pake stick!"

"Iya... iya... Ampun bos.." kata Damar sambil melipir keluar kamar. Tapi kemudian kepalanya kembali menyembul di pintu dan berkata,

"Barangkali lo berubah pikiran, gue di kamar ya..."

"Sialan lo!" Umpat Arka lagi. Damar pun ngacir pergi ke kamarnya.

Arka menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Damar. Ini bukan pertama kalinya Damar bersikap seperti itu. Damar selalu berusaha mengajak Arka untuk melakukan hal-hal yang buruk seperti dirinya. Tapi syukurlah sejauh ini Arka masih bisa menahan diri untuk tidak mengikuti Damar. Ia selalu teringat kedua orang tuanya dan Ziva, ketika ia ingin melakukan sesuatu yang buruk.

Deg! Tiba-tiba Arka memikirkan perkataan Damar lagi. Carla! Cewek Jerman yang disebut Damar tadi adalah cewek yang dua bulan lalu dibawa Damar kesini dan dikenalkan padanya. Carla memang menunjukkan jika ia menyukai Arka, bahkan ia selalu langsung nyelonong masuk dan berusaha menggodanya. Dia memang cantik dan seksi, tapi bukan selera Arka sama sekali. Arka ingat dua hari yang lalu terakhir kali Carla kesini, saat itu Damar beberapa kali mencuri foto mereka saat Carla mendekatinya. Cewek gila itu langsung saja memeluknya, menciumnya, duduk di pangkuannya dan memeluknya dari belakang tanpa permisi. Walaupun Arka akhirnya marah karena tak suka dengan sikap Carla itu, tapi Damar sepertinya sudah berhasil mengambil beberapa foto mereka.

Sepertinya Arka harus meminta Damar menghapus foto-foto itu sebelum tersebar kemana-mana. biarlah Carla jadi Carla terakhir yang ada di hidupnya. Dia ingin kepulangannya ke Indonesia bersih tanpa ada jejak apapun di jerman.

*

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Sandra Dhee

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku