Ghost Boyfriend
ndangan kosong. Rumah itu sangat sepi, seakan tak berpenghuni. Apakah memang rumah ini sedang kosong sekarang? Karena Arka tadi juga sempat melihat pa
hat. Warna temboknya masih sama. Bunga bunga di taman kecilnya pun sama. Arka sekilas sempat bertanya-tanya siapa ya
Mereka berdua memang sama-sama anak rumahan. Jadi mereka lebih sering menghabiskan waktu pacaran berdua di rumah, daripada jalan jalan, nongkrong, atau nonton bioskop sepert
mu Ziva, tapi jujur dia juga takut. Takut melihat keadaan Ziva sekarang, apalagi setelah kepergiannya. Takut, jika dia melihat sesuatu yang tak ia inginkan di dalam sana.
menembus tubuhnya begitu saja. Hanya terasa sedikit perasaan terkejut walaupun ia tak tersentuh sama sekali. A
melihatnya, tentu Ziva juga takkan bisa. Apa mungkin Ziva bisa berinteraksi dengannya se
siap!" gumamnya pa
ekali sehingga suasana rumahnya pasti selalu ramai. Ziva sangat mudah dekat dengan siapa saja, jadi pasti terdengar ia sedang bercanda dengan mama papanya, atau d
ar suara. Ia mencoba menajamkan pendengarannya sambil mencari asal sumber suara itu, dan dia yakin ini
r pakaian. Tapi tentu saja pembantu itu tak mendengar atau melihat Arka. I
sedang nonton drakor seperti kebiasaannya dulu jika sedang mager. Sambil tersenyum membayangkan Ziva, Arka
karena jendela dan tirainya masih tertutup. Dan sepertinya memang sudah beberapa hari jendela itu ta
terbaring di sana, masih meringkuk di balik selimut memunggunginya menghadap ke arah j
. Entah karena dia tak menyadari kedatangan
Tangannya menembus rambut Ziva yang lurus. Sedikitpun ia tak bisa menyentuh
rtutup sambil menangis. Air mata membasahi pipinya yang chubby. Dan hidungnya berwarna merah tandanya ia sudah menangis cukup lama. Matanya tampak merah dan sembab seper
aafkan aku.
melihat di samping Ziva, ada boneka Panda yang dulu Arka belikan sebagai kado valentine pertama. Lalu ada buku diary, dan sebuah kotak. Ar
ya. Sampai-sampai barang-barang Arka menemani Ziva tidur seperti ini. Dengan
buat nemuin kamu." Ujarnya. Arka pun men
panggil Z
ng memanggilnya, tapi ternyata Ziva s
bi... Kenapa aku gak mau dengerin penjelasan kamu. Coba aku gak lebay dan gak semarah itu. Mungkin aku akan jemput kamu di bandara. Mungkin kita
." kata Arka berusaha menenangk
angkali bisa dipakai untuk menenangkan Ziva. Tapi karena ia berdiri terlalu cepat, ia pun m
ra
lah terkejut. Ia tak menyangka j
menyadari ada yang tak beres. Arka yang masih terkejut hanya
panggil Z