Perkenalkan, namaku adalah Zhyvanna Amira. Aku adalah seorang ibu rumah tangga dengan seorang anak perempuan yang cantik. Aku masih berusia 25 tahun. Masih cukup muda, bukan?
Aku adalah seorang mantan asisten desainer di sebuah perusahaan yang memproduksi pakaian jadi. Namun, kini aku memilih menjadi seorang ibu rumah tangga karena tak ingin keluargaku kehilangan kasih sayang dan perhatian dariku, khususnya anakku yang masih berusia dua tahun.
Hari itu, tak seperti biasanya suamiku pulang bekerja lebih awal. Suamiku hanyalah seorang karyawan di sebuah perusahaan besar yang gajinya lumayan cukup untuk kebutuhan sehari-hari keluarga kami. Ya, meski tak lebih besar dari penghasilanku sebelumnya. Namun, aku tetap menerima berapa pun nafkah yang ia berikan tanpa membandingkan penghasilan kami yang jomplang.
"Yang, tolong siapin baju, ya? Mas sebentar lagi mau ada acara dengan teman-teman, Mas," ucap suamiku.
Belum sempat aku mengeluarkan suara, suamiku kembali berkata, "Kamu di rumah aja. Soalnya acaranya sampai malam. Kasihan Delisha kalau ikut. Takut capek."
Aku mengangguk dengan melemparkan seulas senyum yang sudah pasti ada sedikit keterpaksaan di dalamnya. Namun, apa boleh buat? Bukankah kita sebagai seorang istri harus menuruti apa permintaan suami selama itu baik untuk kita?
Pria itu kemudian menghilang di balik pintu kamar mandi. Suara gemericik air, terdengar dari balik pintu ruangan yang tak terlalu besar di samping kamar itu.
Aku beranjak menuju lemari pakaian di kamar kami, menyiapkan pakaian yang pantas untuk suamiku. Setelah itu, aku meninggalkan kamar itu menuju kamar putri kesayangan ku yang sedang bermain di ruang tengah.
Tepat saat aku selesai memandikan Delisha, suamiku juga selesai bersiap dan rapi.
"Mas berangkat dulu, ya?"
Aku mengangguk. "Hati-hati di jalan. Kalau bisa jangan pulang terlalu malam, ya?"
Dia tak menjawab. Namun aku bisa menangkap kalau dirinya terpaksa untuk tersenyum. Ia langsung pergi meninggalkan kami berdua di dalam rumah.
***
Waktu begitu cepat bergulir. Kini, hari sudah berganti malam. Meskipun langit masih gelap, terdengar ayam berkokok pertanda saat ini sudah tengah malam. Namun, suamiku masih belum juga datang.
"Ada acara apa hingga lewat tengah malam?" gumam ku sembari terus melihat ke arah jendela kaca yang tertutup. Berharap suamiku datang.
Jarum jam di dinding kamar menunjukkan pukul satu lebih lima belas menit. Terdengar suara mesin mobil memasuki pelataran rumah. Aku segera berlari ke luar menyambut suamiku yang pastinya lelah dari luar rumah.
Aku mendekat ke arah pria itu. Tak seperti yang aku duga, pria itu masih tampak segar. Dan bisa kulihat rambutnya masih basah seperti baru saja mandi. Aku menepis segala bentuk pikiran buruk yang tiba-tiba bersarang di kepalaku.
"Sudah pulang, Mas?" ucapku kepada suamiku yang baru saja menutup pintu mobil.
"E-eh, kamu belum tidur, Zhy?" sahutnya gugup.
"Zhy?" aku mengulang perkataan suamiku yang memanggilku dengan nama panggilanku.
"E-em, maksud aku ... kamu belum tidur, Yang?" ucapnya meralat perkataannya tadi.
"Iya, Mas. Sengaja nunggu kamu. Khawatir kamu kenapa-kenapa karena gak ada kabar."
"Ya udah, ayo kita masuk." Suamiku berjalan lebih dulu melewati diriku yang masih mematung di ambang pintu.
Aroma sampo lain terendus indera penciumanku saat pria itu lewat di depanku. Aku hafal aroma sampo yang ada di kamar mandi rumah kami. Aromanya tak seperti itu.
"Habis mandi di mana kamu, Mas?" tanyaku pada suamiku yang kini hendak berganti pakaian.
"Mandi di rumah teman. Tadi soalnya bantu benerin mobilnya yang mogok. Karena badan kotor semua dan gerah, jadi mandi aja sekalian," ucapnya enteng. Hanya saja dia tak berani menatap kedua mataku seperti biasanya.
Aku hanya menganggukkan kepalaku, mencoba memahami meskipun sulit untuk dimengerti.
/0/2310/coverorgin.jpg?v=70e88b957e263e3fd4610afce5b74c4a&imageMogr2/format/webp)
/0/3017/coverorgin.jpg?v=8138d9ac22c664cafb2df6a655de06b5&imageMogr2/format/webp)
/0/3568/coverorgin.jpg?v=631767d719f9e1e55318aa6f1c7476f8&imageMogr2/format/webp)
/0/3711/coverorgin.jpg?v=f675be16bfab495054e4086bc887f970&imageMogr2/format/webp)
/0/2624/coverorgin.jpg?v=e6f881395758d217272b9b32d202169e&imageMogr2/format/webp)
/0/9641/coverorgin.jpg?v=43cad8b665eda56438d77b633611c6c1&imageMogr2/format/webp)
/0/3232/coverorgin.jpg?v=d1fa117bdc4a6212b70803ec5212677f&imageMogr2/format/webp)
/0/2861/coverorgin.jpg?v=4cb1622da09fa516b5e1b4b7dfd2247e&imageMogr2/format/webp)
/0/17563/coverorgin.jpg?v=7266e4075eb37c48a5309bd3afef1cfe&imageMogr2/format/webp)
/0/24645/coverorgin.jpg?v=91b6eb3fa45ac33f191824f709ee3b72&imageMogr2/format/webp)
/0/18757/coverorgin.jpg?v=45534e54ad36109b6f207435dbe4052f&imageMogr2/format/webp)
/0/2832/coverorgin.jpg?v=98e6c4c98c752164cf20c222a90d35ae&imageMogr2/format/webp)
/0/2596/coverorgin.jpg?v=2c7522c9f3ed3a9911a4df0ee2fccf0a&imageMogr2/format/webp)
/0/8908/coverorgin.jpg?v=800e60c90f2919a853d22d5ca40b66b0&imageMogr2/format/webp)
/0/2631/coverorgin.jpg?v=eaa6718167fd3ce990121f25fa01a958&imageMogr2/format/webp)
/0/5593/coverorgin.jpg?v=fe6e852727fb0cd06f392a8b50df6ff5&imageMogr2/format/webp)
/0/7113/coverorgin.jpg?v=c33b0f5fd43cfe98097da6b6cebf6198&imageMogr2/format/webp)
/0/16199/coverorgin.jpg?v=970aed5fb0497637d2eb4a6e422a511d&imageMogr2/format/webp)
/0/17410/coverorgin.jpg?v=cca9c90c68212c5cc1597d5bad5e3f0a&imageMogr2/format/webp)