/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
"Mas Bayu, emas ini lebih dari cukup untuk biaya kuliah mu!"
Rianti merelakan emas peninggalan ibunya turun temurun. demi untuk memenuhi keinginan suaminya.
"Biar bayi yang ku kandung kelak punya masa depan."
"Itu warisan dari ibu ku,semoga mas Bayu bisa menggunakan sebaik-baiknya."
Bayu juga belum ngomong dari tadi, sedangkan Rianti sudah memenuhi permintaannya.
"Kalau masih ragu, coba di pikir lagi, kalau diam begitu, aku ga tahu apa yang mas Bayu inginkan."
"Tidak usah mikir yang di rumah, biar saja nanti aku berusaha cari kerja."
Di saat Rianti sudah mengiklaskan, Bayu justru mulai ragu.
Model suami seperti Bayu, banyak cakap minim tindakan.
Diamnya Bayu hanya sebatas akting saja, biar di depan istrinya berlagak seperti orang lagi mikir.
"Sebenarnya saya merasa tidak enak dik, suami minta dari istri."
Apa yang terucap dari mulut Bayu tidak seperti apa yang ada di dalam hatinya.
"Gimana kamu itu mas? kita kan sudah berkeluarga, tidak seharusnya mas Bayu bilang gitu."
Seperti mendapatkan angin segar, Bayu semakin mendekati hasil beberapa hari ngomong tentang keinginannya.
"Kapan mas Bayu mau berangkat, persyaratan di siapkan semua jangan ada yang ketinggalan!"
"Besuk pagi dik, biar sampai kota sore."
"Ya sudah, nanti saya ke toko emasnya habis ashar saja."
Rianti perempuan muda yang tulus dalam mencintai suaminya.
Tidak ada sedikitpun rasa curiga terhadap Bayu. karena sudah ada benih cinta di perut Rianti.
Apa yang menjadi keputusan suami Rianti dukung. Yang dia lakukan hanya berdoa terbaik untuk suami.
Sekuat apapun perempuan tetaplah sebagai makhluk yang mudah menangis.
Saat menjual perhiasan emas pemberian orang tua lepas dari tangannya. nilai history emas itu telah putus.
Mengingatkan kepada bapak dan ibunya.
Air mata Rianti mengalir tak terasa olehnya, karena hatinya merasa ada yang hilang seketika.
Dalam isak tangis Rianti berdoa dalam hati," semoga mas Bayu tidak melupakan aku dan calon bayiku."
Pagi hari keberangkatan Bayu ke kota masih gelap, karena mendung membuat Rianti buru-buru, motor butut dengan setia menjadi teman sejak dia SMA.
Sampai di Stasiun masih ada waktu untuk kami melepas rindu.
Sesaat kemudian kereta datang, tidak ada firasat apapun, semua nampak biasa saja.
"Dik Doain mas Bayu ya!biar semua berjalan lancar, dan kamu hati-hati dengan kandungan kamu, dijaga dengan baik ya."
"Iya mas Bayu, jaga diri baik-baik juga ya! pasti Rianti doakan yang terbaik."
Pelukan Bayu hanya pura-pura sikap dingin terhadap Rianti nampak sekali terpaksa.
Rianti memeluk dengan erat, tak hiraukan disekitar karena ini kali pertama perpisahan sejak menikah.
Baru sekitar satu tahun setengah mereka menikah, pernikahan di usia muda mereka pacaran sejak sekolah.
"Sudah dik, mas berangkat dulu ya!"
"Iya mas, kalau sudah sampai kasih kabar."
Bayu sudah tidak lagi mendengar suara istrinya lagi,sudah keburu masuk gerbang kereta.
Rianti kini hanya seorang diri dirumah. baru terasa sepi, Rianti hanya duduk seorang diri.
Melihat kedatangan Rianti mas Bambang menghampiri sekedar ingin ngobrol.
"Lah dari mana Rin, masih pagi motor di luar." tanya mas Bambang kakak kandung Rianti.
"Nganter mas Bayu mas ke Stasiun."
"Emang mau mana?tumben pagi sudah pergi."
"Kuliah mas, tiap hari yang di omongin itu terus, telingaku isa kriting dengarnya."
"La terus duit dari mana kuliah, rumah ga ada tiap hari merokok kerja pilih-pilih."
/0/3528/coverorgin.jpg?v=b860dc91b473d6fab8bd128c8f4d0c3d&imageMogr2/format/webp)
/0/28984/coverorgin.jpg?v=9f2827aaa8cad16e6ee6149e3ccbd90d&imageMogr2/format/webp)
/0/17367/coverorgin.jpg?v=909647909d0e9d97dbec4136afd21463&imageMogr2/format/webp)
/0/28415/coverorgin.jpg?v=2cb99dcc5049cf09b586fec522a6249d&imageMogr2/format/webp)
/0/4100/coverorgin.jpg?v=be69257ec3832768c912e84ebe5c3eda&imageMogr2/format/webp)
/0/19193/coverorgin.jpg?v=f986943f535d9fe51207305383c8fc18&imageMogr2/format/webp)
/0/5790/coverorgin.jpg?v=9af903677fa8001e4c6d90e49bf62d0a&imageMogr2/format/webp)
/0/2169/coverorgin.jpg?v=bc86ddb37015704947772ba8b283348d&imageMogr2/format/webp)
/0/10417/coverorgin.jpg?v=8155f48e04c97d07c0dc0f90cdce099a&imageMogr2/format/webp)
/0/23737/coverorgin.jpg?v=20250526182826&imageMogr2/format/webp)
/0/23823/coverorgin.jpg?v=cf6334aedc73a00bf42177cc58610778&imageMogr2/format/webp)
/0/25861/coverorgin.jpg?v=f80359e424c84652be19698828189ab3&imageMogr2/format/webp)
/0/13861/coverorgin.jpg?v=20250123145643&imageMogr2/format/webp)
/0/17548/coverorgin.jpg?v=1f20db3dfe241d84765d04acdb43e1b1&imageMogr2/format/webp)
/0/9741/coverorgin.jpg?v=20250122182521&imageMogr2/format/webp)
/0/17549/coverorgin.jpg?v=20240401115210&imageMogr2/format/webp)
/0/12798/coverorgin.jpg?v=c40b06dd7737737029f1cda83d82fde5&imageMogr2/format/webp)
/0/24383/coverorgin.jpg?v=72ed771d7958beee676123b9e7ed4c83&imageMogr2/format/webp)