Kau Menebar Dusta di Hatiku

Kau Menebar Dusta di Hatiku

Nur Hasanudin

5.0
Komentar
Penayangan
27
Bab

Liyana bekerja sebagai asisten rumah tangga di kediaman Rafly dan Nadya, pasangan suami istri yang rumah tangganya nyaris hancur. Semua bermula ketika Liyana secara tidak sengaja menyaksikan perselingkuhan Nadya. Situasi itu membuatnya terjerat dalam sebuah misi rahasia dari Alvin, selingkuhan Nadya, yang ingin Liyana menggoda Rafly-tanpa sepengetahuan Nadya, yang masih menolak menceraikan suaminya. Uang besar yang ditawarkan Alvin begitu menggoda. Liyana, yang menanggung hutang ayah dan kakaknya, tak mampu menolak. Dari titik itu, hidup Liyana mulai berubah. Perlahan, ia mendekati Rafly dengan sikap menggoda, meski awalnya hanya pura-pura. Namun, keluguan dan ketidaktahuannya tentang dunia Rafly justru membuat pria itu mudah terpikat. Tak lama kemudian, Liyana menjadi sosok yang diam-diam mengisi malam-malam Rafly dengan gairah yang tersembunyi. Hari-hari Liyana dipenuhi campuran rasa takut, cemas, dan kenikmatan yang memacu adrenalin. Rahasia demi rahasia terbongkar, dan godaan Rafly yang dominan serta misterius membuat hati Liyana semakin terombang-ambing. Mampukah Liyana menahan perasaannya? Apakah ia bisa tetap kuat menghadapi Rafly, pria yang penuh kendali dan rahasia? Seharusnya Liyana tahu sejak awal bahwa dirinya tidak seharusnya masuk terlalu dalam ke dalam dunia Rafly.

Bab 1 suara yang tidak asing baginya

Pagi itu, udara di kediaman megah Rafly dan Nadya terasa lebih berat dari biasanya. Matahari mulai menembus tirai jendela ruang tamu, tapi cahaya hangat itu tak mampu menyingkirkan ketegangan yang menyelimuti rumah itu. Liyana, gadis muda berusia dua puluh dua tahun, melangkah pelan sambil menata meja sarapan. Tangannya gemetar sedikit ketika mendengar suara langkah di lantai atas-suara yang tidak asing baginya, tapi kali ini membuat jantungnya berdegup lebih kencang.

Ia menunduk sebentar, menata piring dengan tangan rapi. Namun, pikirannya melayang pada kejadian semalam. Ia tidak pernah membayangkan bahwa bekerja di rumah tangga keluarga kaya bisa menimbulkan begitu banyak masalah-masalah yang jauh melampaui tanggung jawabnya membersihkan debu atau menyiapkan makanan.

Semalam, Liyana tak sengaja menyaksikan Nadya, istri Rafly, berciuman dengan pria yang bukan suaminya. Tubuhnya kaku saat itu, bukan karena takut ketahuan, tapi karena shock. Mata Nadya tertutup penuh gairah, sedangkan pria itu, yang Liyana kemudian tahu bernama Alvin, menatapnya dengan senyum licik.

Liyana menutup mulutnya agar tidak bersuara, tubuhnya menempel di balik tirai jendela. Ia tahu seharusnya segera pergi, tapi rasa penasaran membuatnya tetap diam. Adegan itu selesai beberapa menit kemudian, dan Nadya serta Alvin pergi tanpa menyadari bahwa ada mata lain yang mengintai.

Sejak saat itu, hidup Liyana berubah.

Hari ini, ketika ia menyiapkan kopi di dapur, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal:

"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Jangan membuat kesalahan."

Liyana menelan ludah. Ia tahu pesan itu berasal dari Alvin. Uang besar yang ditawarkan untuk melakukan 'misi' ini membuat hatinya berdebar, meski logikanya menolak. Hutang ayah dan kakaknya menumpuk, dan tawaran itu seolah memberikan jalan keluar. Tapi hatinya berbisik, bahwa ia sedang memasuki dunia berbahaya.

Setelah sarapan, Liyana berjalan menuju kamar Rafly dengan langkah pelan, seolah kebetulan melintas di lorong yang sama. Rafly, seorang pria berusia awal tiga puluhan, tegap, dengan aura dominan yang membuat siapapun merasa canggung di dekatnya, sedang membaca koran di ruang kerjanya.

"Selamat pagi, Pak Rafly," sapa Liyana sambil menunduk, mencoba terlihat wajar.

Rafly menatapnya sekejap, matanya yang tajam seolah menilai sesuatu lebih dari sekadar ucapan sopan. "Pagi," jawabnya singkat, lalu kembali menatap koran.

Liyana menggigit bibir bawahnya, menahan rasa gugup. Misi yang diberikan Alvin adalah sederhana tapi berisiko: mendekati Rafly, membuatnya jatuh hati tanpa Nadya tahu.

Ia tahu ini tidak mudah. Rafly bukan pria sembarangan; pandangan tajamnya bisa menembus hati seseorang dalam sekejap.

Hari itu, Liyana mencoba strategi pertama: ia sengaja menjatuhkan sapu tangan miliknya di depan Rafly. Saat Rafly membungkuk untuk mengambilnya, tangan mereka bersentuhan. Jantung Liyana berdegup kencang. Rafly menatapnya dengan ekspresi datar tapi ada kilatan aneh di matanya, sesuatu yang membuat Liyana merasa terperangkap dan sekaligus penasaran.

"Terima kasih," ujar Liyana, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.

Rafly mengangguk sebentar. "Hati-hati, jangan sampai terluka."

Kata-kata itu membuat Liyana tersentak. Tidak ada yang menaruh perhatian seperti itu kepadanya sebelumnya, kecuali mungkin ayahnya. Namun, perhatian Rafly terasa berbeda, lebih dominan, lebih intens.

Hari-hari berikutnya, Liyana mulai belajar menyesuaikan diri. Ia sengaja berada di dekat Rafly, menawarkan bantuan saat ia melihat pria itu kesulitan dengan dokumen atau laptopnya. Setiap sentuhan kecil, setiap pandangan singkat, membuat mereka berdua merasakan ketegangan yang sulit dijelaskan. Liyana merasa seolah sedang berjalan di tepi jurang: setiap langkah bisa membuatnya jatuh, tapi ada sensasi aneh yang membuatnya ingin terus mendekat.

Di sisi lain, Nadya mulai curiga. Perempuan itu mulai menanyakan hal-hal sepele: "Liyana, kenapa kamu sering di ruang kerja Rafly?" Nadya menatapnya dengan mata dingin, seolah menebak sesuatu. Liyana tersenyum manis, pura-pura polos, "Hanya membantu Pak Rafly, Bu." Nadya mengangguk, tapi senyumnya tidak sampai ke mata. Ada bahaya yang mengintai, dan Liyana menyadari itu.

Malamnya, Liyana menerima telepon dari Alvin. Suara pria itu hangat tapi licik.

"Kamu sudah mulai dekat dengan Rafly?" tanya Alvin.

"Ya... tapi sulit," jawab Liyana jujur. "Dia... berbeda. Tidak mudah tergoda."

Alvin tertawa pelan. "Itulah gunanya kamu. Jangan takut. Gunakan semua yang kamu punya. Ingat, uang yang kita bicarakan bisa melunasi semua hutangmu. Jangan ragu."

Liyana menutup telepon, jantungnya berdegup lebih kencang. Kata-kata Alvin benar, tapi hatinya menolak. Setiap kali Rafly menatapnya, ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang membuatnya tidak ingin lagi hanya 'bermain peran'.

Beberapa minggu kemudian, strategi Liyana mulai membuahkan hasil. Rafly mulai memperhatikannya lebih sering, menanyakan kabarnya, dan bahkan menawarkan teh hangat saat ia terlihat lelah. Liyana merasa bangga sekaligus takut. Ia tahu semakin dekat ia dengan Rafly, semakin sulit untuk kembali.

Suatu sore, ketika hujan turun deras di luar, Liyana menemukan dirinya berada di ruang kerja Rafly lagi. Pria itu menatap hujan dari jendela, tubuh tegapnya terlihat lebih maskulin dalam siluet lampu kuning ruang kerja.

"Kamu sering menatap hujan sendirian?" tanya Liyana, mencoba membuka percakapan ringan.

Rafly menoleh, matanya menatapnya langsung. "Tidak. Tapi kadang hujan membuat semua orang tenang... atau justru gelisah."

Ada jeda yang panjang. Liyana menelan ludah, merasakan ketegangan di udara. Rafly kemudian tersenyum tipis, senyum yang membuat seluruh tubuh Liyana terasa panas.

"Liyana, kamu berbeda. Tidak seperti orang lain di rumah ini," tambah Rafly, suaranya rendah dan lembut tapi tetap ada nada dominan.

Liyana tersentak. Kata-kata itu seperti pisau bermata dua: manis tapi berbahaya. Ia tersenyum tipis, mencoba menutupi rasa gugupnya. "Hanya mencoba bekerja sebaik mungkin, Pak Rafly."

Namun, di dalam hatinya, ia tahu: ia sudah terjebak. Tidak hanya oleh misi Alvin, tapi oleh dirinya sendiri. Ketertarikannya pada Rafly mulai tumbuh, semakin dalam, dan semakin sulit dikendalikan.

Malam itu, saat Liyana berbaring di kamarnya, pikirannya dipenuhi wajah Rafly-mata tajamnya, senyum tipisnya, suara rendahnya. Ia bertanya-tanya apakah ia mampu menahan diri, atau apakah semua akan berakhir dengan kehancuran.

Hidupnya kini seperti berjalan di tepi jurang. Di satu sisi, ada uang yang bisa menyelamatkan keluarganya. Di sisi lain, ada Rafly, pria yang membuat hatinya bergetar dan pikirannya kacau.

Liyana tahu satu hal pasti: setelah memasuki dunia Rafly, tidak ada jalan untuk kembali ke kehidupan sederhana seperti sebelumnya. Setiap langkah, setiap senyuman, setiap tatapan, bisa menjadi jebakan yang membuatnya jatuh lebih dalam.

Dan ia, Liyana, berada di tengah badai yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nur Hasanudin

Selebihnya
Pahitnya Pengkhianatan

Pahitnya Pengkhianatan

Romantis

5.0

Serafina "Fina" Alvera adalah seorang makeup artist berbakat, namun ironisnya, gadis berusia dua puluh empat tahun ini jarang sekali peduli dengan penampilannya sendiri. Selalu terlihat santai dengan kacamata besar dan rambut yang sering dibiarkan tergerai tanpa rapi, Fina lebih nyaman berada di balik meja rias daripada di panggung peragaan busana. Sejak ibunya meninggal saat Fina masih SMA, ia hidup mandiri. Kehilangan orang tua membuatnya cepat dewasa, sementara ayahnya menikah lagi, meninggalkan Fina dengan perasaan sepi namun kuat untuk bertahan. Karier Fina mulai menanjak saat ia dipercaya menjadi makeup artist resmi untuk koleksi seorang desainer ternama, Ibu Valeria. Suatu hari, Ibu Valeria mendatangi Fina dengan sebuah permintaan yang mengejutkan: ia ingin Fina menikahi cucunya. Fina, yang awalnya menolak, akhirnya setuju-meski ia sendiri tidak sepenuhnya mengerti alasan hatinya menerima. Betapa terkejutnya ia saat mengetahui bahwa cucu sang desainer, Radion "Rai" Ardhya, langsung menyetujui pernikahan mereka tanpa ragu. Rai, pria lajang berusia tiga puluh tahun, tampan dan cerdas, sering menjadi incaran banyak wanita. Namun luka masa lalunya membuatnya tertutup dan sulit membuka hati. Ia menerima Fina bukan karena cinta, melainkan karena merasa ia sudah terlalu "senja" untuk menunda pernikahan lagi, dan Fina adalah calon istri yang ditunjuk sebagai yang kedua puluh lima dalam daftar yang dibuat oleh sang nenek. Kini, Fina dan Rai harus menapaki hari-hari pernikahan yang dimulai tanpa dasar cinta, hanya dengan sebuah perjodohan yang diatur oleh orang tua. Bisakah dua jiwa yang berbeda ini menemukan cinta sejati, ataukah mereka akan tetap terjebak dalam formalitas sebuah ikatan yang dipaksakan?

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku