Kau Menebar Dusta di Hatiku
Liyana berdiri di dapur, tangannya menggenggam gelas air dingin, tapi pikirannya berkecamuk. Ancaman dari Galih masih memb
ya sedikit kusut, wajahnya serius. "Liyana, kamu baik-baik saja?" tanyanya. Su
ntara takut dan terpesona. Rafly melangkah lebih dekat, dan aroma maskulinnya mey melanjutkan, menatap mata Liyana. "Aku bisa mer
ncang. Ia harus tetap tenang, tapi bagaim
a bergetar. Pesan dari n
at kesalahan. Parkiran gedung tua
u Galih. Ini bukan ancaman kosong. Keberadaanny
dengar kamu menerima pesan mencurigakan. Jangan pikir aku tidak tahu apa yang sedang
k tahu siapa yang mengirimnya," jawabnya cepat, tapi Nadya hany
iyana, pandangannya menembus, seolah ingin membaca pikirannya. Setiap kali tangan mereka bersentuhan saat men
ingin tahu kamu lebih dari sekadar pembantu atau asisten," uca
Galih dan menghadapi bahaya itu? Atau aku harus tetap dekat dengan Rafly, m
diminta Galih. Ia mengenakan jaket gelap, menatap kaca jendela untuk memastikan tidak ada yang meng
lampu yang remang. "Kamu datang sendiri. Bagus," kat
ang. "Apa yang Anda
ntangmu. Tentang rahasia yang kamu pegang, tentang Rafly, dan tentang per
wajahnya penuh kemarahan dan kepedulian. "Liyana, jangan bergerak. Aku tidak akan membia
i selamanya. Galih menatap Rafly, lalu tersenyum sinis. "Kau
menentukan." Suaranya rendah, namun penuh otoritas. Liyana menatap keduanya, tubuhnya gemetar. Ia menyadari
mereka. Sosok itu Nadya, yang selama ini diam-diam mengikuti Liyana. Tatapannya
k lagi," kata Nadya, suaranya ding
pi Nadya kini memiliki bukti yang bisa menghancurkan segalanya. Rafl
enarik. Aku tidak menyangka Nady
man. Semua kekuatan yang menekan dirinya berkumpul dalam satu titik-Rafly, Nadya, Galih, dan dir
h padaku. Aku akan melindungimu, tapi kau haru
a menatap hujan, tubuhnya basah, jantungnya berdetak kencang, menyadari satu hal: per
a berisi informasi yang bisa mengungkap hubungan gelap antara Rafly dan pihak investor lain-hubungan yang jika terungkap, bisa mengguncang dunia
ngan menggenggam bantal, menatap kosong ke arah jendela besar. Lampu-lampu kota di kejauhan tampak berkilau samar, tapi tidak ada yang bisa men
yang kulakukan untuk hutang, untuk keluarga, kini menjerumuskanku ke dalam pusaran yang le
. Ia melepaskan jaketnya, matanya menatap Liyana penuh pertanyaan dan sesuatu yang le
ntang pesan itu?" Rafly bert
diri. "Pak, aku... aku hanya takut ini a
sa menahan pandangannya. "Liyana, kau berada di tengah permainan berbahaya. Aku tidak ingin kau terl
tapi terasa sebagai perlindungan dan kontrol yang mendalam
Ia memeriksa ruang kerja, ruang tamu, bahkan dapur, memastikan tidak ada yang me
ah ketika Galih me
ma. Semua rahasiamu harus kubuka,
r ancaman fisik, tapi juga perang psikologis. Ia harus memilih: mengh
u seseorang. Ini penting untuk mengamankan semua yang t
menghadapi Galih. Kali ini, suasananya berbeda: lampu jalan redup, bayangan gelap me
nyum dingin. "Akhirnya kalian datang," katanya. Rafly
gedung tua, membawa ponsel dan kamera profesional. "Aku tidak akan membiark
s dari segala sisi: Rafly yang mendominasi, Galih yang mengan
suatu yang besar. Jika kau menyerah, aku bisa membantumu... denga
endali penuh atas hidupnya. Rafly segera menempatkan tubuhnya di depan Liyana. "Jangan sentuh d
erus begitu. Rafly semakin dekat, Nadya semakin bera
yang bisa mengungkap rahasia besar-hubungan bisnis gelap Rafly dengan investor lain. Ia tahu ini a
terbelalak, campuran kekhawatiran dan dominasi. Galih menyadari kehilan
ik. Kegelapan menyelimuti mereka, hanya suara hujan dan detak jantung Liyana yang terdengar. Dalam k
dengan rahasia dan godaan, tapi berada di titik kritis di mana keputusan satu detik bis
mpur cemas dan marah. Rafly menatap Liyana, suara rendah tapi tegas: "Kita harus keluar
Ia sadar, malam ini segalanya berubah: dominasi Rafly, ancaman Gali
eka meninggalkan gedung, ponsel Liyana berge
kumen itu. Jangan pikir ka
berbahaya, telah muncul. Ia sadar satu hal: permainan ini belum selesai-bada