icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Kau Menebar Dusta di Hatiku

Bab 2 rumah terasa berbeda

Jumlah Kata:1987    |    Dirilis Pada: 26/10/2025

etesan yang memukul atap rumah megah Rafly dan Nadya. Suasana rumah terasa berbeda; biasanya ramai dengan ak

pada percakapan semalam dengan Alvin. Pria itu menekankan agar ia mempererat

anggu rencana. Rafly harus tergo

pilihan. Namun, setiap kali ia melihat Rafly, hatinya menolak untuk hanya menjadi

sedikit karena hujan yang tidak ia antisipasi. Rambutnya sedikit menem

afly dengan suara rendah, mat

nya cepat, berusaha

annya. Ada jeda panjang sebelum ia berkata, "Hujan

selalu bicara dengan nada yang membuat orang lain meras

ngnya. Ia tahu hari ini akan menjadi sulit. Alvin menekannya, tapi hatinya mu

t rapi, pakaian mahal, senyum tipis yang selalu menyembunyikan sesuatu. Liyana duduk di d

engar lembut. "Aku perhatikan kamu sering berada d

mbantu Pak Rafly, Bu. Terkadang beliau sibuk denga

ipis. "Hm... baiklah. Tapi ingat, rumah in

makin tumbuh. Nadya bukan tipe orang yang mudah ditipu. S

siram. Rafly muncul, payung di tangan, tapi tidak menutupinya sepenuhnya. Hujan menet

janan?" tanya Rafly, m

, Pak," jawabnya cepat

u melangkah lebih dekat, menatap bunga yang sedang ia siram. Tangan Rafly menyentuh batang bunga,

ata Rafly. "Kadang hal kecil itu penting.

ggapi. Setiap kata Rafly terasa seperti ujian, sepe

h selesai, Liyana duduk di kamarnya, p

lvin terdengar serak, penuh gairah

iyana, suaranya rendah. "Tapi d

g benar. Jangan biarkan rasa takut atau perasaanmu menghalangi mi

asa bersalah. Setiap kali ia mendekati Rafly, hatinya tida

kerja. Lampu hangat menyorot wajahnya, membuat bayangan tegas di pipi dan raha

na?" tanyanya, suaranya re

kumen-dokumen ini tersusun rapi," jawab

ngannya agar Liyana mendekat. "Dudukl

p kencang. Ia tahu ini adalah momen penting: Rafly meminta p

at untuk klien besar minggu depan?" tany

, Pak. Karena lebih detail, dan menunjukkan kesiapan kit

. "Bagus. Pandanganmu

ga dominasi. Ia tahu setiap pujian Rafly bukan sekadar pujian biasa; ada kekuatan d

, setiap pandangan, setiap kata Rafly seolah menimbulkan badai di hatinya. Hutang yang menumpuk m

badai ini bar

kan kecil, nada bicara, hingga ekspresi wajahnya. Setiap sentuhan ringan, setiap tatapan taj

n tipis, pandangannya semakin tajam, seolah menembus setiap lapisan kepalsuan. Dan Alv

Rafly, semakin sulit untuk memisahkan perasaan dari misi. Hatinya mulai bertanya-tanya: apakah ia bis

jalan untuk mundur. Setiap langkah membawa risiko, setiap sen

yang mengilap. Liyana duduk di sofa, tangannya menggenggam secangkir teh hangat, tapi pikirannya jauh dari

in sering menatapnya dengan tajam, dan kata-kata yang terdengar manis pun kini terasa seperti pering

li sehari, mengingatkan bahwa Liyana harus terus memikat Rafly. Uang besar dan hutang yang menant

ngan klien penting. Ia sibuk menata dokumen di ruang kerja, ketika terdengar ketukan di pintu. Ra

a tanpa basa-basi, matanya langsung m

i jantungnya berdegup kencang. Ia menunduk, mulai menat

tubuhnya, aroma maskulin yang tidak bisa ia abaikan. Setiap kali Rafly menatapnya

aranya rendah. Liyana menoleh, dan mata mereka bertemu. Ada i

api pikirannya melayang pada rahasia yang semakin menumpuk di dadanya. Mis

pur untuk menyiapkan minuman hangat. Tiba

Nadya memulai dengan nada dingin. "Aku melihatmu di r

enyum manis. "Hanya membantu Pak Ra

ti, Liyana. Aku tahu ada yang berubah. Jangan sampai rumah tangga

mudah dibohongi. Kata-kata itu terasa seperti ancaman terselubung, tapi L

ai berkumpul di ruang tamu, terd

arus merasa bahwa dia ingin bersamamu, bukan sekadar tertarik s

etakutan dan rasa bersalah. Setiap langkahny

suasana berbeda. Lampu meja menyorot wajah Rafly, bayangan tegas

tapi penuh kendali. "Aku menghargai ketelitianmu.

menanggapi. Rafly duduk di kursi, tangannya menat

h berani. Jangan tak

dekat dengan Rafly, tapi di sisi lain, hatinya mulai merespon. Ada sesuatu di mata

rsiapan pesta kecil di rumah. Sementara itu, Rafly sibuk dengan rapat penting. Liyana harus berpindah da

mereka tanpa sengaja bersentuhan ketika ia memberikan gelas air. Liyana merasakan kejutan

alu memastikan tekanan tetap ada. "Ingat, ini bukan hadiah. Ini tanggung jawabmu," begitu pes

. Ia memikirkan semua yang terjadi: Rafly, Nadya, Alvin, dan dirinya sendiri. Ia mulai bertanya, apaka

Liyana, jarak mereka terlalu dekat. "Liyana," suaranya r

saya hanya melakukan tugas, Pak," jawabnya cepat, tapi hatinya member

Liyana merasa tubuhnya panas, sulit bernafas. Ada kete

yang curiga, Alvin yang menekan, dan dirinya sendiri yang mulai kehilangan kendali. Hu

dekat, kadang terlalu dominan, membuat Liyana merasa terombang-ambing antara ketakutan dan ketertarikan. Nad

i godaan, dan setiap detik bisa mengubah segalanya. Ia berada di tengah konflik yang semakin kompleks: buk

ak ada jalan untuk mundur. Dan badai yang datang ini baru permulaan

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka