Novel ini menceritakan kisah Senja, seorang perempuan tangguh yang harus menanggung beban hidup yang amat berat, dan harus membiayai pengobatan ayahnya yang sakit jantung dan juga biaya kuliah adiknya, sementara ibunya sudah tiada. Untuk membiayai itu semua, Senja rela tidak melanjutkan sekolah dan memilih bekerja banting tulang untuk menanggung tanggung jawab itu. Namun karena penyakit ayahnya yang sering kambuh, selama Berbulan-bulan ayah Senja harus di rawat inap di rumah sakit, Senja harus memutar otak untuk mencari solusi mencari uang tambahan untuk biaya pengobatan ayahnya, yang kadang tiba-tiba harus menjalani operasi hingga membutuhkan biaya yang tak sedikit . Dalam kondisi yang semakin hari semakin terpuruk, kisah cinta Senja dengan kekasihnya juga tidaklah mulus. Ibu kekasihnya selalu merendahkan Senja dan tak setuju jika putranya Tio memiliki hubungan dengan Senja yang hanya orang biasa saja, karena itulah, dengan berat hati Senja pun memutuskan Tio, dan berpura-pura berkhianat, walaupun sejujurnya Senja masih sangat mencintai lelaki itu. Suatu hari senja di pertemukan dengan seorang lelaki bernama Alex, yang awalnya ia pikir dia adalah lelaki biasa, baik, dan bersahabat. Namun tanpa di duga lelaki itu ternyata adalah anak dari pemilik perusahaannya, yang aslinya merupakan lelaki brengseknya, kurang ajar, dan begitu tak tahu malu, hingga berani memberi penawaran dan melecehkan Senja, karena ia mengira Senja adalah perempuan yang gampangan. Dalam kekecewaan dan sedih, lagi-lagi senja di hadapkan dengan kabar yang begitu menakutkannya. Senja mendapat kabar jantung ayahnya kambuh dan harus menjalani serangkaian pemeriksaan dan operasi, dan itu membutuhkan biaya yang sangat banyak. Dalam kebingungan dan putus asa, akhirnya Senja menerima penawaran Alex, dan transaksi jual beli itupun terjadi. Ya... Senja menjual dirinya dengan sejumlah uang yang cukup besar, untuk biaya operasi ayahnya. Bersamaan dengan terjadinya kesepakatan dan jual beli itu, ibu Tio meninggal karena sakit, dan Tiopun akhirnya mengetahui penyebab Senja memutuskannya itu karena ancaman ibunya sendiri, sehingga dia kehilangan perempuan yang begitu ia cintai. Dengan perasaan yang campur aduk, setelah pemakaman ibunya selesai, Tiopun dengan tekad yang menggebu-gebu mencari keberadaan Senja, hingga datang ke rumah sakit tempat Ayah Senja di rawat. Dan di sanalah keduanya bertemu kembali. Tio memohon maaf untuk kesalahan mendiang ibunya, dan berharap Senja mau kembali kepadanya. Namun, pada saat itu semuanya sudah terlambat. Hidup Senja sudah hancur, tubuhnya sudah bukan lagi miliknya, karena Senja sudah menjual dirinya kepada Alex. Bahkan jikapun Senja bisa, tak mudah baginya untuk kembali kepada Tio, karena Senja merasa dirinya sudah kotor. Dan jikapun ia mau dan Tio bisa menerima dirinya apa adanya, Alex juga pasti tidak akan begitu saja menyerahkan Senja, sekalipun Tio mau mengembalikan uang yang sudah Senja terima kepada Alex. Seiring berjalannya waktu perseturuan Tio dan Alex semakin menjadi-jadi, Tio maupun Alex tak ada yang mau mengalah. Tio yang terus memperjuangkan cintanya, dan Alex yang memperjuangkan egonya, membuat Senja yang berada di tengah-tengah di landa kegalauan. Apa lagi seiring berjalannya waktu Alex terus saja menunjukan perhatiannya kepada Senja, sehingga membuat Senja selalu tersentuh dengan perlakuan lelaki itu, walaupun terkadang Alex begitu arogan, dan selalu ingin menang sendiri. Namun, setelah menjalani perseturuan yang cukup panjang, pada akhirnya Tio dan Alexpun sepakat untuk menyerahkan keputusan kepada Senja. Mereka berdua sepakat tak akan komplain dengan keputusan Senja, dan akan bersikap bijak jika pilihan Senja adalah salah satu dari mereka. Hingga Senjapun akhirnya memutuskan untuk memilih Tio, namun tanpa Senja sadari, entah sejak kapan ternyata Senja sudah memiliki perasaan kepada Alex, sementara perasaannya kepada Tio, yang Senja pikir dia masih mencintai lelaki itu, ternyata dia salah. Perasaan Senja kepada Tio bukan lagi cinta, tak ada perasaan gugup, rindu, bahkan tersentuh ketika mereka berduaan. Yang ada hanya ada kecanggungan. Berbeda dengan ketika Senja berdekatan dengan Alex, perasaan rindu, gugup, dan rasa yang menggebu-gebu tak bisa Senja kendalikan, dan rasa itu hanya bisa Senja rasakan ketika ia bersama Alex.
"Maafkan aku, Tio. Aku. . . aku tidak bisa menerima tawaranmu."
Ucapan itu begitu berat untuk di ucapkan. Bersama rasa kecewa yang menelusup secara perlahan, dibayangi oleh luka sayatan akan ketidak berdayaan Senja. Perempuan itu menahan agar tak menitikan air mata, sekuat tenaga ia menahan diri, agar tak terlihat rapuh di hadapan lelaki yang baru saja melamarnya itu.
"Mengapa, Senja? Kita sudah lama menjalani hubungan ini, kita sudah begitu lama merencanakannya, tapi kenapa kau tiba-tiba menolakku? Ada apa? Apa aku melakukan kesalahan, apakah masih ada yang kurang dariku, sehingga kau meragukanku? Mengapa kau menolakku?"
Sungguh, tidak ada rangkaian kalimat yang lebih menyiksa Senja, selain kalimat penolakan itu. Menatap lelaki di hadapannya yang begitu ia cintai kecewa, membuat Senja semakin tersiksa, apa lagi saat menatap manik matanya yang penuh luka akibat penolakannya. Senja kembali mengulang ucapannya, permohonan maafnya yang tak bisa menerima lelaki itu menjadi suaminya.
"Apa kau tidak bisa memikirkannya kembali, Senja? Aku benar-benar menggantungkan harapanku padamu, hanya kau satu-satunya perempuan yang aku cintai. Jadi ku mohon, jangan seperti ini."
"Maafkan aku, Tio." Sela Senja. Nada suaranya bergetar ketika ia mengatakan maaf, "Aku harap kau menemukan penggantiku yang lebih baik, dan... Perempuan yang bisa membahagiakan mu, yang tidak akan menolakmu. Terima kasih banyak atas kasih sayang yang sudah kau berikan selama ini. Selamat tinggal."
Senja langsung pergi berlari, meninggalkan Tio yang masih tertegun melihat kepergian kekasih yang ia cintai itu. Lelaki itu benar-benar hancur, semua rencananya kini berantakan, karena penolakan perempuan yang begitu ia cintai. Lelaki itu benar-benar bingung, sebenarnya di mana letak kesalahannya. Pagi tadi semua masih baik-baik saja, tapi kenapa tiba-tiba menjadi seperti ini?
***
Hampir dua tahun sudah Senja meninggalkan Tio, dan kehidupan masa lalunya. Walaupun pada awalnya begitu terasa berat, namun Senja mencoba menjalani hidup dengan sebaik mungkin. Senja pun pindah rumah dan pekerjaan untuk tak lagi berhubungan dengan Tio, karena awal-awal mereka pisah, Tio masih saja mencarinya, dan hal itu benar-benar membuat Senja semakin menderita.
Suatu hari senja di pertemukan dengan seorang lelaki bernama Alex, yang awalnya ia pikir dia adalah lelaki biasa, baik, dan bersahabat. Namun tanpa di duga lelaki itu ternyata adalah anak dari pemilik perusahaannya, yang aslinya merupakan lelaki brengsek, kurang ajar, dan begitu tak tahu malu, hingga berani memberi penawaran dan melecehkan Senja, karena ia mengira Senja adalah perempuan yang gampangan.
Dalam kekecewaan dan sedih, lagi-lagi senja di hadapkan dengan kabar yang begitu menakutkannya. Senja mendapat kabar jantung ayahnya kambuh dan harus menjalani serangkaian pemeriksaan dan operasi, dan itu membutuhkan biaya yang sangat banyak. Dalam kebingungan dan putus asa, akhirnya Senja menerima penawaran Alex, dan transaksi jual beli itupun terjadi.
Ya... Senja menjual dirinya dengan sejumlah uang yang cukup besar, untuk biaya operasi ayahnya. Bersamaan dengan terjadinya kesepakatan dan jual beli itu, ibu Tio meninggal karena sakit, dan Tiopun akhirnya mengetahui penyebab Senja memutuskannya itu karena ancaman ibunya sendiri, sehingga dia kehilangan perempuan yang begitu ia cintai. Dengan perasaan yang campur aduk, setelah pemakaman ibunya selesai, Tiopun dengan tekad yang menggebu-gebu mencari keberadaan Senja, namun lelaki itu hingga saat ini masih belum menemukannya.
***
"Kenapa seorang CEO harus repot-repot menyuruhku menemuinya sendiri hanya untuk sebuah berkas, Sasa?" Tanya Senja kepada rekan kerjanya ketika perempuan itu baru saja tiba di kantor.
"Entahlah, tadi Pak Anton hanya memintaku menyampaikan itu, aku sendiri juga bingung." Jawab Sasa sambil bertumpu di meja kerja Senja, sambil memperhatikan Senja yang sibuk mencari berkas yang Pak Anton minta untuk di serahkan kepada CEO.
"Mbak Senja, sebaiknya Mbak segera pergi, jangan sampai CEO menunggu Mbak. Nanti malah berabe, mengingat bagaimana gosip tentangnya itu, yang workaholic. Mbak pasti tahu kan?"
"Ia Sasa, kalau begitu Mbak pergi dulu. Terimakasih ya infonya." Ucap Senja, dan perempuan itupun bergegas pergi menuju lift, dan berdiri di depan lift dengan gelisah, karena tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak enak.
"Untuk urusan sepenting ini kenapa harus aku?" gerutu Senja, yang sejujurnya Senja benar-benar malas berhubungan dengan atasannya, apa lagi yang berkedudukan tinggi. Senja hanya ingin bekerja dengan nyaman, bukan bekerja dengan penuh tekanan. Apa lagi gosip yang terdengar mengatakan Mr.Rafael Alexader adalah workaholic sejati yang menghabiskan waktu hanya untuk pekerjaan. Selain itu lelaki itupun merupakan lelaki hidung belang yang selalu mempermainkan perempuan. Karena itulah Senja jadi merasa was-was, walaupun untuk hal pelecehan terhadapnya itu tidaklah mungkin, melihat dandanan Senja yang polos dan sederhana, sedikitpun tak bisa menarik minat seorang pria.
"Tapi tidak mungkin juga lelaki itu ingin berbuat macam-macam padaku bukan? Mudah-mudahan saja ini hanya soal pekerjaan, bukan soal yang lainnya. Toh akupun bukan perempuan yang terlihat menarik, tak mungkin juga lelaki itu akan macam-macam." pikir Senja sambil mengerutkan kening, dan perempuan itupun bergegas masuk ke dalam lift dan menekan tombol yang mengarah ke lantai 21, lantai khusus CEO.
Ini kali pertama Senja datang ke lantai itu, sungguh tak disangka pada akhirnya dia pergi ke tempat itu juga, hampir dua tahun bekerja disini Senja hampir tak pernah bertatapan langsung dengan sang pemimpin tertinggi yang hampir setiap hari di gosip kan oleh rekan-rekannya, tetapi sekarang, tiba-tiba dia dipanggil untuk menghadap lelaki itu, yang bernama Mr. Rafael Alexader, lelaki egois dan brengsek, tapi anehnya begitu di puja-puja oleh kaum hawa, yang sungguh tak bisa Senja fahami.
Tak lama menunggu pintu liftpun terbuka, dan Senja dihadapkan pada ruang tunggu yang nyaman dan mewah. Tak jauh dari pintu lift terdapat meja sekretaris, dan sekretaris CEO yang setengah baya itu terlihat duduk kaku dan efisien sambil sibuk dengan pekerjaannya, sekilas perempuan itu menatap Senja dengan skeptis, sepertinya dia juga bertanya-tanya kenapa pegawai rendahan macam Senja sampai dipanggil menghadap langsung ke sang CEO, padahal setahunya Mr.Rafael Alexader hanya berkomunikasi dengan anggota direksi, manajer dan kepala bagian unit perusahaannya, itupun lewat meeting resmi perusahaan dan melalui seleksi janji temu yang rumit. Tapi perempuan yang saat ini tengah berdiri menunggu respon sekretaris itu, tampak seperti karyawan rendahan yang tak pantas untuk bertemu dengan atasan tertinggi di perusahaan itu.
Bahkan sekalipun perempuan paruh baya itu ingin berfikir yang lain, seperti permainan trik licik para bawahan rendahan yang ingin naik pangkat dengan cara memanjat ke ranjang CEO sekalipun, sepertinya perempuan di hadapannya ini jauh dari kata pantas, menilik dari penampilan Senja yang sederhana dengan wajah pucat minim riasan itu.
Bab 1 Cinta Yang Kandas
06/12/2022
Bab 2 Ekspresi Yang Menakutkan
06/12/2022
Bab 3 Tak Bisa Berkutik
06/12/2022
Bab 4 Kebencian Yang Mendalam
06/12/2022
Bab 5 Kabar Buruk
06/12/2022
Bab 6 Sosok Yang Ditunggu-tunggu
06/12/2022
Bab 7 Transaksi
06/12/2022
Bab 8 Kesepakatan Yang Terpaksa
06/12/2022
Bab 9 Hasrat Dan Benci
06/12/2022