Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri Sementara

Istri Sementara

biru

5.0
Komentar
490
Penayangan
7
Bab

Nadia, Seorang wanita cantik yang sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan ibunya. Dia tiba-tiba bertemu dengan seseorang pria tampan yang sedang mencari seseorang yang cocok untuk dijadikan istri sementaranya. Pria tersebut akhirnya menawarkan sebuah perjanjian kepada Nadia dengan imbalan yang benar-benar membuat Nadia kebingungan. "Menikahlah denganku maka semua biaya pengobatan ibumu akan aku tanggung," ucap Alex. "Bagaimana mungkin kau secepat ini mengajakku untuk menikah!" Nadia tidak percaya dengan ucapan Alex. "Tenanglah. Ini hanya pernikahan sementara," jawab Alex santai. Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka? Akankah Nadia menerima ajakan Alex dan merelakan dirinya menikah dengan orang yang tidak dicintainya dan menyelamatkan ibunya? Atau Nadia harus egois dengan tidak memikirkan ibu yang selama ini selalu berkorban untuknya?

Bab 1 Alex kejam

"Mas, aku ingin bicara," ucap Nadia.

Alex yang sedang mengambil kunci mobil dari dalam laci menoleh sebentar ke arah istrinya itu.

"Bicara saja," jawabnya datar.

Nadia jadi ragu untuk bicara ketika melihat respon suaminya seperti tidak berminat untuk menanggapinya.

"Katakan sekarang aku tidak punya waktu untuk menunggumu melamun," ucapnya dengan nada ketus.

Nadia yang sedang melamun tersadar dan segera berjalan mendekat ke arah suaminya.

Alex melihat istrinya mendekat, ia mengangkat sebelah alisnya.

"Apa tidak bisa kau bicara dan tetap berdiri disana?" tanyanya datar.

Nadia langsung berhenti berjalan. "Ini hal yang penting, Mas," jawab Nadia.

"Ya, katakan cepat. Jangan bertele-tele Nadia!" geram Alex karena Nadia tidak kunjung berbicara.

"Aku hamil." Dengan sekali tarikan napas Nadia mengucapkan kalimat tersebut. Seperkian detik tidak ada dari keduanya yang membuka suara.

"Apa?" Alex bertanya dengan tertawa. Bukan, bukan tertawa bahagia melainkan tawa yang terdengar mengerikan.

"A-aku hamil, Mas," ulang Nadia.

"Anak siapa itu?" tanya Alex dengan wajah datarnya.

"Apa maksud kamu?" Nadia benar-benar tidak mengerti dengan pertanyaan Alex.

"Tidak usah berlagak seolah kau tidak tau apa yang aku maksud, Nadia," balas Alex tajam.

"Kamu bicara apa? Ini jelas anak kamu, Mas," ujar Nadia dengan menyipitkan matanya.

"Aku tidak percaya." ucap Alex menatap tajam Nadia.

"Apa yang membuat kamu tidak percaya ini anakmu? Aku hanya berhubungan denganmu, Mas," ucap Nadia.

"Jangan berbohong! Aku melihatmu pergi ke sebuah hotel bersama seorang pria!" bentak Alex.

Nadia membulatkan matanya. Jadi Alex melihatnya bersama pria itu.

"Kaget karena aku tau pekerjaanmu hmm?" tanya Alex membuat Nadia takut.

"Aku bisa menjelaskan semuanya," balas Nadia cepat.

"Menjelaskan bahwa kau menjual dirimu untuk mendapatkan uang?" ucap Alex dengan sarkas.

"Alex aku tidak seperti itu!" emosi Nadia. Dia tidak tau bagaimana caranya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada suaminya itu.

"Tidak usah berdrama Nadia. Aku muak melihat muka sok polos yang kau tunjukkan itu!" bentak Alex.

"Tapi aku tidak menjual diri Mas. Ini anakmu, darah dagingmu," jelas Nadia berusaha meyakinkan Alex.

"Gugurkan dia."

"Tidak!" teriak Nadia marah.

"Kenapa kau tidak mau menggugurkan anak haram itu?"tanya Alex.

"Dia bukan anak haram. Dia anak kita, Mas!" Teriak Nadia.

"Karena dia anakku maka aku bebas berbuat apapun padanya, bukan?" tanya Alex dengan senyum miring terlihat di bibirnya.

"Kamu mau apa?" tanya Nadia takut-takut.

"Aku akan membantunya untuk lebih cepat pergi ke surga karena dia tidak layak untuk melihat dunia ini," balas Alex dengan suara rendah.

"Jangan gila! Dia anakmu, kau akan menyesal pernah berkata seperti itu pada anakmu," ucap Nadia dengan memeluk erat perutnya. Matanya berkaca-kaca, kepalanya pun geleng-geleng tidak percaya laki-laki di depannya yang berstatus sebagai suaminya ini sungguh sangat kejam.

"Aku pastikan hal itu tidak akan terjadi istriku," ucap Alex dengan tertawa remeh.

Alex menyeret tubuh Nadia menuju kamar mandi dengan kasar. Nadia sempat melawan dengan cara menggigit lengan Alex. Pria itu geram lalu menarik rambut istrinya kebelakang sampai-sampai rasanya rambut kepala Nadia akan terlepas.

"Sakit Alex!" Teriak Nadia dengan menangis.

Alex tidak mempedulikan tangisan dan teriakan istrinya. Ia menarik Nadia berdiri di bawah shower lalu menghidupkannya dan membiarkan tubuhnya dan tubuh istrinya basah kuyup.

"Dingin, Lex," ujar Nadia dengan manarik kemeja suaminya.

Alex tersenyum miring lalu menghempaskan tangan mungil istrinya yang berpegangan pada kemejanya. Dia segera keluar dengan mengunci pintu kamar mandi agar istrinya tidak bisa keluar.

"Semoga setelah ini bayi itu akan lenyap tanpa aku harus mengotori tanganku sendiri," ucapnya lalu bergegas ganti baju karena ia sudah ada janji dengan pacarnya.

Sebelum keluar dari kamarnya ia menatap pintu kamar mandi yang digedor-gedor dari dalam. Teriakan minta tolong dari Nadia pun terdengar. Tapi Alex seolah mati rasa, ia dengan teganya keluar kamar dengan mengunci pintu agar Mbok Siti tidak dapat masuk dan menolong Nadia.

***

"Udah Lex. Lo udah banyak minum." Fito mengambil gelas berisi alkohol dari tangan Alex.

"Biarin aja dia ngelampiasin kemarahannya lewat alkohol itu," ucap Satria dengan menyesap rokok di tangannya.

Alex berada di sebuh club ternama di kota ini bersama kedua sahabatnya. Cindy membatalkan janji pertemuan mereka katanya ada hal penting yang tidak bisa ditinggalkan. Mendengar kabar kehamilan Nadia ditambah lagi Cindy yang membatalkan pertemuan mereka secara mendadak membuat emosi Alex semakin tidak terkontrol.

"Lo, ya, Sat bukannya bantu gue pujuk dia buat berhenti minum," geram Fito.

"Ya, kalau dengan minum dia jadi tenang menurut gue lebih baik dia minum sampai puas," balas Satria dengan santai.

"Udah deh mending sekarang lo bantu gue antar dia pulang. Pasti istrinya khawatir banget karena dia belum pulang," Fito melihat jam pada arlojinya. Sudah pukul dua pagi, pasti Nadia khawatir.

"Gue ngga mau pulang!" teriak Alex.

"Lo apaan sih, Lex. Udah jam dua istri lo pasti khawatir, lo juga udah mabuk berat gini mending pulang ke rumah kita bantu," ujar Fito.

"Gue ngga mau jumpa sama wanita tukang selingkuh itu."

"Lo tau darimana dia selingkuh? Emang lo lihat langsung dia ngapain aja sama cowok itu di dalam hotel? Ngga kan? Lo cuma nebak sesuai apa yang ada di pikiran lo, Lex. Saran gue lebih baik lo cari tau semuanya sebelum lo nyesal. Kalau gue jadi lo sih malahan seneng banget karena bakal punya anak dari istri yang cantik mana baik lagi," jelas Fito panjang kali lebar agar pikiran Alex terbuka tapi nyatanya semua perkataan Fito mental dari pikiran Alex.

"Ngga ada gunanya gue nyari tau tentang dia. Anak itu harus mati," balas Alex lalu meneguk segelas minuman alkohol lagi.

"Iya, terserah lo deh. Sekarang ayo lo kita antar pulang." Fito memapah tubuh Alex yang berdiri saja sudah tidak sanggup.

"Sat, bantuin gue lah nih anak berat banget," ucap Fito pada Satria yang masih sibuk merokok. Pria itu seperti tidak tertarik pada obrolan kedua sahabatnya tadi.

Satria menekan rokoknya ke asbak agar baranya mati lalu ia membantu memapah tubuh besar Alex.

"Ck menyusahkan!" lirih Satria.

***

Sudah lima menit Satria mengetok pintu rumah Alex tetapi tidak ada yang membuka pintu.

"Kemana ya Nadia biasanya dia ngga bakal tidur sebelum Alex pulang," ucap Fito bingung.

Satria mengetok pintu lebih keras lagi dan akhirnya ada sahutan dari dalam rumahnya.

Ceklek ...

"Loh ... Den Fito, Den Satria, Den Alex kenapa itu?" tanya Mbok Siti menatap Alex yang berada dalam rangkulan Fito.

"Biasa Mbok, mabuk." Fito menjelaskan.

"Mabuk? Jadi Non Nadia ngga sama Den Alex?" tanya Mbok Siti lagi.

"Ngga ada Mbok. Alex dari sore sama kita tapi dia ngga bawa Nadia. Bukannya Nadia ada dirumah?" tanya Fito balik.

"Ngga ada, Den. Tadi waktu Mbok mau panggil buat makan malam pas diketok ngga ada suara. Tapi pintu kamarnya dikunci jadi Mbok kira Non Nadia pergi sama Den Alex." Mbok Siti menjelaskan dengan khawatir.

"Kemana Nadia? Biasanya dia ngga pernah kayak gini." lirih Satria.

"Nadia ada di kamar Mbok." tiba-tiba Alex bersuara.

"Tapi pintu kamarnya dikunci, Den," ucap Mbok Siti.

"Iya saya yang kunciin dia di kamar ... mandi," jelas Alex.

Buuuggghh ... Buuuggghh ... Bugghhh....

Satria memukul Alex membabi buta.

"Ngga punya otak lo, ya? Cewek lagi hamil malah lo kunciin di dalam kamar mandi anj*ng!" teriak Satria di depan muka Alex yang sudah tidak berdaya.

"Udah Sat, udah. Mending sekarang kita lihat keadaannya Nadia," ucap Fito berusaha menenangkan Satria.

"Mana kunci kamar lo bangs*t!" Satria menarik kerah kemeja Alex yang sudah terbaring di lantai teras rumahnya.

Fito merogoh kantong celana Alex dan menemukan kunci kamar mereka. Satria langsung mengambil kunci itu dari tangan Fito dan berlari ke arah kamar Alex dan Nadia. Fito agak bingung kenapa Satria begitu cemas? Apa karena wanita itu sedang hamil atau ... ntahlah Fito tidak mau berpikir terlalu jauh.

Fito dan mbok Siti mengikuti langkah Satria tanpa memedulikan Alex yang terkapar di lantai teras atau lebih tepatnya mereka lupa karena terlalu khawatir dengan kondisi Nadia.

Sesampainya di kamar Alex dan Nadia, Fito melihat Satria yang membuka pintu kamar mandi dengan tergesa-gesa.

"Sini gue aja yang buka, lo kayaknya khawatir banget sampai ngga bisa ngebuka ini pintu." Fito mengambil kunci dan membuka pintu kamar mandi.

Hal pertama yang mereka lihat adalah Nadia yang terbaring meringkuk di depan pintu kamar mandi.

"Nadia," ucap satria panik.

"Tubuhnya dingin banget," ujar Fito memegang tangan Nadia.

"Mbok cepatan ambilin baju ganti buat Nadia!" Teriak Satria sambil menggendong Nadia menuju kasur.

"Tolong ya Mbok," ucap Fito karena tidak enak melihat Satria memerintah Mbok Siti dengan berteriak.

"Gantiin bajunya cepat Mbok setelah itu kita bawa dia kerumah sakit." Fito menarik tangan Satria untuk keluar dari kamar.

"Kenapa lo tarik gue keluar dari kamar!" emosi Satria.

"Lo mau lihat Mbok Siti gantiin bajunya Nadia ha?" tanya Fito dengan menaikkan alisnya.

Satria membuang muka ke arah lain.

"Lo suka sama istri sahabat lo sendiri?" Tanya Fito menyekak sahabatnya.

"Kalau suaminya ngga bisa bikin dia bahagia maka gue yang bakal bikin dia bahagia. Ngga peduli siapa suaminya," jawab Satria dengan tegas.

"Jadi lo suka sama istri gue?" Alex berdiri di belakang mereka dengan tangan yang memegangi perutnya

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku