Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
22.6K
Penayangan
35
Bab

Di dunia ini hanya ada dua jenis kelamin yaitu wanita dan pria. Namun apa jadinya jika Roy pria tulen yang digemari para wanita dikampusnya harus menikahi Gea, si wanita tomboy yang disegani teman-temannya? Roy terpaksa menikahi Gea karena ia kalah bertaruh dengan Bram, sahabatnya. Kira-kira bagaimana kisah Roy dan Gea selanjutnya? Apakah akhirnya tumbuh rasa cinta dikeduanya?

Bab 1 Awal Mula Perjanjian

Gea gadis tomboy yang disegani di kampus, mendadak menikah dengan Roy si pria tulen dan banyak penggemarnya.

"Aduh Abang, sakit tahu! Pelan pelan kalau nyisir rambut aku tuh," teriak Gea.

Hari pertama pernikahan Roy dan Gea berhasil membuat suasana selalu gaduh. Riasan sanggul yang ada di rambut Gea harus segera dilepas. Ia risih seharian menjadi pajangan di pelaminan.

Mengingat kejadian empat bulan lalu antara Roy dan Bram sahabatnya. Mereka selalu menertawakan Gea di kampus. Pasalnya, Gea selalu berdandan ala pria setiap harinya. Terkadang Bram merasa gagal menjadi pria sejati. Namun, Gea selalu cuek tak memperdulikan.

"Gimana kalau kita bikin perjanjian?" tanya Bram.

Roy yang merasa tertantang langsung menyetujuinya. "Boleh. Apa tuh?"

"Kalau lo berhasil buat Gea jatuh cinta, lo berhak buat ngelanjutin atau enggak hubungan kalian dan lo juga bakalan gue kasih link untuk masuk ke perusahaan ternama setelah lulus kuliah. Tetapi kalau lo gagal, lo wajib nikahin dia. Nanti gue kasih tau caranya. Kalau nggak lo nikahin, gue bakal umumin satu kampus tentang perjanjian ini."

"Berapa lama waktunya?"

"Tiga bulan deh."

"Deal!"

Bram dan Roy pun bersalaman.

Keesokan harinya Roy sudah mulai mencari cara untuk mendekati Gea. Dari mulai pura-pura menjatuhkan buku bak sinetron sampai nekat mengajak kencan saat Gea makan bersama temannya di kantin kampus.

Sebulan pun berlalu. Roy nampak putus asa karena Gea tak juga meresponnya. Jelas Gea curiga. Orang yang selama ini mengejeknya mendadak super baik hati.

"Susah woy! Nggak suka cowo kali tuh anak," kata Roy ketus.

"Parah lo! Kalau gue lihat sih nggak gitu ya. Soalnya temen-temennya juga nggak dominan cewe. Lagian gue dengar, dia punya mantan pacar di SMA, cowo."

"Masih ada waktu dua bulan lagi dan gue nggak boleh gagal."

Roy mulai mencari alamat kos-kosan Gea. Gea merupakan anak rantau dari desa. Sifat tomboynya muncul saat ayahnya meninggalkan ibunya tanpa kabar. Gea sudah taklagi mempercayai pria.

Malam pun tiba, Gea sedang ke depan gerbang kosan. Ia memesan nasi goreng karena kelaperan belum sempat makan dari siang. Tiba-tiba mobil terparkir di sebrang kos Gea.

"Hai Gea!" sapa Roy.

"Kok lo tau kosan gue? Wah ngikutin gue pasti. Mau ngapain?"

"Iya. Gue sengaja cari tau kosan lo. Habisnya gue sapa selalu cuek. Gue ajak kencan nggak mau."

"Ya elo bikin gue curiga. Kemarin ledekin gue sekarang malah belagak sok peduli." Gea menengok ke Abang Nasi Goreng. "Bang nasgor, buruan. Laper!"

"Iya, Neng," jawab tukang nasi goreng.

"Jahat banget sih lo. Gue jauh-jauh kesini malah lo cuekin juga."

"Siapa yang bilang mau nyuekin? Orang gue mau ajak lo ke teras kosan tuh mumpung sepi. Pengen tau gue maksud lo selama ini."

Senyum Roy merekah. Taklama nasi goreng pun sudah siap disantap. Roy dan Gea masuk ke dalam kosan dan duduk di teras.

"Jadi kenapa selama ini lo sok care sama gue?"

"Gue mau lo jadi pacar gue."

"Nggak mau gue! Curiga tau nggak, lo taruhan sama siapa?"

Mata Roy terbelalak. "Ah enggaklah. Ngapain?Cewe cantik kayak lo dibuat mainan. Ya walaupun gaya lo begini."

"Gue bilang nggak mau ya nggak mau."

Tanpa basa basi lagi Roy pun berlalu pergi dari hadapan Gea dengan wajah lesu.

Sesampainya di rumah Roy langsung menelpon Bram. "Nyerah gue. Gue nikahin dah Gea. Daripada disebarin satu kampus. Ancur nama beken gue."

Terdengar suara tawa yang keras dari sebrang telepon.

"Belom habis waktunya. Udah nyerah aja."

"Kasih tau lah gimana caranya gue nikahin dia?"

"Lo kan banyak duit tuh. Bayarin hutang keluarga si Gea di desa. Katanya hutang orang tuanya lumayan banyak. Kalau sampai nggak bayar bakalan diusir dari rumahnya. Nah lo kasih syarat Gea harus menikah sama lo."

"Buset. Hutang apaan bisa sampai serem kayak gitu? Lagian lo tau aja berita ginian."

"Orangtuanya pinjem uang buat biayain kuliah si Gea. Berita ini kan udah nyebar Bro. Lo aja yang nggak tahu."

Dalam waktu singkat Roy dan Bram menghampiri rumah Gea di desa saat liburan semester. Roy menyampaikan maksud kedatangannya.

Selang seminggu orang tua Gea akhirnya memaksa Gea untuk menikahi Roy karena kondisi mereka yang terpaksa harus melunasi hutangnya. Tak ada cara lain bagi Gea. Karena ia belum lulus dan belum bisa membantu banyak. Ia pun menuruti kemauan orang tuanya.

***

Setelah selesai menyisir rambut Gea. Roy dan Gea pun memutuskan untuk tidur.

"Geser ih. Abang di sofa aja!"

"Kan udah halal. Gimana sih?!"

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar. Mereka lupa menguncinya. Kemudian dibuka oleh Larsih, ibunya Gea.

"Astagfirullah! Kenapa Abang Roy tidur di sofa?" tanya Larsih.

"Ng.. Anu.. Roy ngerasa gatel-gatel punggungnya kalau tidur di kasur. Biasa tidur di sofa," jawab Roy.

"Gea, olesin bedak gatel atuh itu punggungnya abang. Masa suaminya gatel-gatel malah nggak diurus."

Mata Gea yang terlihat setengah mengantuk mendadak melotot. "Olesin?"

"Lha iya, olesin punggung suamimu."

Ibu Gea langsung mengambilkan bedak gatel dan memberikannya kepada Gea.

"Kamu harus belajar urus suami. Udah, Ibu awasi dulu gimana kamu olesinnya. Nanti salah lagi. Malu-maluin aja. Ibu kan sering ajarin kamu," ujar ibu seraya berdiri di samping kasur dan berkacak pinggang.

Perlahan Roy pun ke kasur. Ia nampak ketakutan mendengar ocehan ibunya Gea. Maklum malam ini pertama kalinya Roy menginap di rumah Gea sehabis acara pernikahan.

"Bu, masa punggung suami tercinta harus dilihat Ibu, ya kan. Mendingan Ibu keluar deh." Gea merayu ibunya dan mendorong hingga ibu keluar kamar.

"Awas ya jangan sampai enggak. Besok harus sembuh." Ibu berteriak saat pintu mulai ditutup.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gitta Anggraita

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku