POTRET KEHIDUPAN SANG PELAKOR

POTRET KEHIDUPAN SANG PELAKOR

Gitta Anggraita

5.0
Komentar
809
Penayangan
32
Bab

Sudah tiga tahun ini Kanya hidup di appartement Donny. Pria mapan yang telah beristri dan beranak tiga selalu mampu meluluhkan hati Kanya. Janji Donny kepada Kanya tak kunjung ia tepati. Kanya hanya ingin diakui di depan istri sahnya. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Akankah Kanya akan dicampakkan atau malah Donny lebih memilih Kanya dibanding istri dan anak-anaknya?

Bab 1 Hubungan Rahasia

[Sayang, hari ini aku lagi nggak bisa ke appartement ya.. Resti memintaku menemani tiga anak ini bermain seharian. Dia mau ke tempat ibunya yang sedang sakit keras di Jogja. Ini ngedadak banget.]

Sebuah pesan singkat dari Donny untuk Kanya. Tentu saja Kanya tak senang akan hal itu. Pasalnya kandungan Kanya sudah memasuki usia empat bulan. Hari ini adalah jadwal Kanya melakukan USG untuk mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.

Kanya yang memiliki kebiasaan melempar barang saat marah, berhasil membuat seisi appartement berantakan akibat ulahnya.

Appartement yang Kanya tinggali berada di tengah kota dekat dengan Mall besar. Namun, ukurannya tidak terlalu luas. Hanya dua kamar dan satu dapur bersih beserta kamar mandi berukuran 3mx3m.

Kanya merupakan bos dari adik kandung Resti bernama Suci. Perusahaannya bergerak dibidang telekomunikasi. Setiap hari Suci menerima telpon dari customer atas keluhannya. Ya, pekerjaan Suci adalah call center.

Donny paham atas ancaman yang selalu diberikan Kanya apabila ia tak menuruti keinginannya sekali saja. Tapi Donny selalu berhasil meluluhkan hati Kanya kembali. Biasanya Donny mengirimkan sejumlah uang berjumlah fantastis untuk digunakan Kanya sekedar membeli baju atau barang kesukaan lainnya.

"Kalau saja dulu aku tidak memilih untuk berhubungan dengan Donny, mungkin sekarang hidupku akan lebih bebas. Untung aja Donny kaya. Kalau tidak, sudah kutinggal dari kemarin," batin Kanya.

Perut Kanya semakin lama semakin membesar. Ia sudah menikah sirih dengan Donny tapi ia tak pernah menceritakan hal ini pada keluarganya.

Dari kecil Kanya sudah menjadi korban broken home. Ayahnya meninggalkan keluarga sejak ia berumur tujuh tahun untuk menikah lagi dengan wanita lain. Karena itulah Kanya memiliki kesenangan tersendiri jika ia menjalin hubungan dengan pria beristri.

Terdengar suara ketukan pintu.

Kanya mengintip dari lubang kecil di pintunya. Ada Ajeng sahabatnya yang datang. Ia adalah satu-satunya orang yang paham betul tentang hubungan Kanya dan Donny.

Ajeng membawa tiga tas belanja berukuran besar berisi sayuran dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Setiap bulan semenjak Kanya hamil, Ajeng selalu membantunya. Donny tak pernah mengantarkan Kanya berbelanja.

"Gimana kabar lo, Nya?" tanya Ajeng.

"Ya beginilah. Si Donny malah nggak bisa datang hari ini," jawabku.

"Loh kenapa? Tumben. Biasanya kalau hari sabtu dan minggu pasti udah dateng jam segini."

"Jagain tiga anaknya. Resti ke Jogja, ibunya sakit keras. Padahal ada ART, tapi malah Resti suruh Donny buat jagain."

"Daripada lo bete, mendingan kita masak-masak aja. Gue bantu dah ini beresin appartement lo. Gile nggak kurang berantakan lagi apa? Kebiasaan," kata Ajeng setengah berteriak sambil menyisir seluruh area appartement Kanya.

***

Malam pun tiba, Donny menitipkan anak-anak ke kakak kandungnya. Ia beralasan ada urusan kerjaan penting yang tidak bisa ia tinggal. Dengan mudahnya kakaknya yang bernama Bella percaya akan ucapan Donny.

Donny bergegas menemui Kanya. Baru saja Ajeng pulang, Donny sudah sampai di depan pintu dan Kanya pun menyambutnya.

Ciuman mesra selalu ada untuk Kanya jika Donny baru sampai di appartement. Tanpa pikir panjang Donny memegang pinggang Kanya dan menempelkan bibirnya beberapa menit sembari menutup pintu.

"Aku kangen. Nggak bisa jauh lama-lama dari kamu sayang," ujar Donny masih terus memeluk Kanya. Perasaan Kanya selalu luluh dan tak pernah membahas permasalahan sebesar apa pun lagi.

"Sudah sana kamu bersih-bersih dan ganti baju dulu. Aku buatkan makanan spesial buat kamu," kata Kanya.

"Iya sayang."

Kanya membuatkan spaghetti bolognese dan greentea latte. Ia menaruhnya di meja makan yang berbentuk bar.

Setelah mandi, Donny memeluk Kanya dari belakang hanya dengan memakai handuk.

"Pakai baju dulu sana. Makan dulu. Belum makan kan pasti?" tanya Kanya.

"Tahu aja," jawab Donny.

Kanya mencuci seluruh alat masak di dapur. Ia terbiasa serba sendiri tanpa ART. Apabila harus mencuci baju, maka ia memilih untuk menggunakan fasilitas laundry di appartement nya.

"Andai saja aku bertemu denganmu sebelum istriku, pasti aku nggak perlu repot seperti ini." Kata Donny seraya duduk di kursi bar.

"Jadi kamu ngerasa repot?" tanya Kanya.

"Bukan itu maksudku. Sudahlah jangan marah-marah. Nanti keriput mau?"

"Amit-amit. Perawatanku mahal. Kamu tau itu kan. Memangnya istri sahmu, mana dia kepikiran merawat diri. Tiga anakmu saja sudah bikin pusing. Makanya nanti aku ingin satu saja lah anak yang menemaniku biar ga kesepian kalau kamu tinggal. Tiga tahun sama kamu pakai KB aman, eh kebobolan juga."

"Hahaha, ya gimana lagi. Terus kamu jadi tadi USG?"

"Ya nggak jadilah, ada Ajeng sih tadi dateng, tapi dia kecapekan katanya kalau harus anter. Lagian dia baru pulang dari rumah orang tuanya di Padang tadi malam."

"Nanti deh pas jam kerja aku sempatin nemenin kamu ya. Tenang, aku akrab sama bos. Jadi gampang ijinnya."

Kanya menyetujuinya. Ia juga mudah sekali untuk ijin. Karena direksi perusahaannya saja teman akrab sedari di bangku sekolah.

Ponsel Donny berbunyi.

"Halo?" jawab Donny menerima telpon dari Resti. "Iya aku lagi ada meeting. Hah apa? Oh emang sampai malam. Lagian kan Deo, Deshinta, sama Dita sudah kutitipkan sama kakak."

Percakapan Donny dan Resti pun berakhir. Dilihatnya jam menunjukkan pukul sembilan. Buru-buru Donny memberi kode meminta 'jatah' pada Kanya lalu pergi.

***

[Aku udah jalan pulang ya Mas, ibu sudah sembuh.]

Resti mengirimkan pesan hari minggu pagi. Paling tidak senin sudah tiba di rumah.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gitta Anggraita

Selebihnya

Buku serupa

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Balas Dendam Kejam Sang Mantan

Gavin
5.0

Perusahaanku, CiptaKarya, adalah mahakarya dalam hidupku. Kubangun dari nol bersama kekasihku, Baskara, selama sepuluh tahun. Kami adalah cinta sejak zaman kuliah, pasangan emas yang dikagumi semua orang. Dan kesepakatan terbesar kami, kontrak senilai 800 miliar Rupiah dengan Nusantara Capital, akhirnya akan segera terwujud. Lalu, gelombang mual yang hebat tiba-tiba menghantamku. Aku pingsan, dan saat sadar, aku sudah berada di rumah sakit. Ketika aku kembali ke kantor, kartu aksesku ditolak. Semua aksesku dicabut. Fotoku, yang dicoret dengan tanda 'X' tebal, teronggok di tempat sampah. Saskia Putri, seorang anak magang yang direkrut Baskara, duduk di mejaku, berlagak seperti Direktur Operasional yang baru. Dengan suara lantang, dia mengumumkan bahwa "personel yang tidak berkepentingan" dilarang mendekat, sambil menatap lurus ke arahku. Baskara, pria yang pernah menjanjikanku seluruh dunia, hanya berdiri di sampingnya, wajahnya dingin dan acuh tak acuh. Dia mengabaikan kehamilanku, menyebutnya sebagai gangguan, dan memaksaku mengambil cuti wajib. Aku melihat sebatang lipstik merah menyala milik Saskia di meja Baskara, warna yang sama dengan yang kulihat di kerah kemejanya. Kepingan-kepingan teka-teki itu akhirnya menyatu: malam-malam yang larut, "makan malam bisnis", obsesinya yang tiba-tiba pada ponselnya—semua itu bohong. Mereka telah merencanakan ini selama berbulan-bulan. Pria yang kucintai telah lenyap, digantikan oleh orang asing. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka mengambil segalanya dariku. Aku berkata pada Baskara bahwa aku akan pergi, tetapi tidak tanpa bagianku sepenuhnya dari perusahaan, yang dinilai berdasarkan harga pasca-pendanaan dari Nusantara Capital. Aku juga mengingatkannya bahwa algoritma inti, yang menjadi alasan Nusantara Capital berinvestasi, dipatenkan atas namaku seorang. Aku melangkah keluar, mengeluarkan ponselku untuk menelepon satu-satunya orang yang tidak pernah kusangka akan kuhubungi: Revan Adriansyah, saingan terberatku.

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku