Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
POTRET KEHIDUPAN SANG PELAKOR

POTRET KEHIDUPAN SANG PELAKOR

Gitta Anggraita

5.0
Komentar
783
Penayangan
32
Bab

Sudah tiga tahun ini Kanya hidup di appartement Donny. Pria mapan yang telah beristri dan beranak tiga selalu mampu meluluhkan hati Kanya. Janji Donny kepada Kanya tak kunjung ia tepati. Kanya hanya ingin diakui di depan istri sahnya. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Akankah Kanya akan dicampakkan atau malah Donny lebih memilih Kanya dibanding istri dan anak-anaknya?

Bab 1 Hubungan Rahasia

[Sayang, hari ini aku lagi nggak bisa ke appartement ya.. Resti memintaku menemani tiga anak ini bermain seharian. Dia mau ke tempat ibunya yang sedang sakit keras di Jogja. Ini ngedadak banget.]

Sebuah pesan singkat dari Donny untuk Kanya. Tentu saja Kanya tak senang akan hal itu. Pasalnya kandungan Kanya sudah memasuki usia empat bulan. Hari ini adalah jadwal Kanya melakukan USG untuk mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.

Kanya yang memiliki kebiasaan melempar barang saat marah, berhasil membuat seisi appartement berantakan akibat ulahnya.

Appartement yang Kanya tinggali berada di tengah kota dekat dengan Mall besar. Namun, ukurannya tidak terlalu luas. Hanya dua kamar dan satu dapur bersih beserta kamar mandi berukuran 3mx3m.

Kanya merupakan bos dari adik kandung Resti bernama Suci. Perusahaannya bergerak dibidang telekomunikasi. Setiap hari Suci menerima telpon dari customer atas keluhannya. Ya, pekerjaan Suci adalah call center.

Donny paham atas ancaman yang selalu diberikan Kanya apabila ia tak menuruti keinginannya sekali saja. Tapi Donny selalu berhasil meluluhkan hati Kanya kembali. Biasanya Donny mengirimkan sejumlah uang berjumlah fantastis untuk digunakan Kanya sekedar membeli baju atau barang kesukaan lainnya.

"Kalau saja dulu aku tidak memilih untuk berhubungan dengan Donny, mungkin sekarang hidupku akan lebih bebas. Untung aja Donny kaya. Kalau tidak, sudah kutinggal dari kemarin," batin Kanya.

Perut Kanya semakin lama semakin membesar. Ia sudah menikah sirih dengan Donny tapi ia tak pernah menceritakan hal ini pada keluarganya.

Dari kecil Kanya sudah menjadi korban broken home. Ayahnya meninggalkan keluarga sejak ia berumur tujuh tahun untuk menikah lagi dengan wanita lain. Karena itulah Kanya memiliki kesenangan tersendiri jika ia menjalin hubungan dengan pria beristri.

Terdengar suara ketukan pintu.

Kanya mengintip dari lubang kecil di pintunya. Ada Ajeng sahabatnya yang datang. Ia adalah satu-satunya orang yang paham betul tentang hubungan Kanya dan Donny.

Ajeng membawa tiga tas belanja berukuran besar berisi sayuran dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Setiap bulan semenjak Kanya hamil, Ajeng selalu membantunya. Donny tak pernah mengantarkan Kanya berbelanja.

"Gimana kabar lo, Nya?" tanya Ajeng.

"Ya beginilah. Si Donny malah nggak bisa datang hari ini," jawabku.

"Loh kenapa? Tumben. Biasanya kalau hari sabtu dan minggu pasti udah dateng jam segini."

"Jagain tiga anaknya. Resti ke Jogja, ibunya sakit keras. Padahal ada ART, tapi malah Resti suruh Donny buat jagain."

"Daripada lo bete, mendingan kita masak-masak aja. Gue bantu dah ini beresin appartement lo. Gile nggak kurang berantakan lagi apa? Kebiasaan," kata Ajeng setengah berteriak sambil menyisir seluruh area appartement Kanya.

***

Malam pun tiba, Donny menitipkan anak-anak ke kakak kandungnya. Ia beralasan ada urusan kerjaan penting yang tidak bisa ia tinggal. Dengan mudahnya kakaknya yang bernama Bella percaya akan ucapan Donny.

Donny bergegas menemui Kanya. Baru saja Ajeng pulang, Donny sudah sampai di depan pintu dan Kanya pun menyambutnya.

Ciuman mesra selalu ada untuk Kanya jika Donny baru sampai di appartement. Tanpa pikir panjang Donny memegang pinggang Kanya dan menempelkan bibirnya beberapa menit sembari menutup pintu.

"Aku kangen. Nggak bisa jauh lama-lama dari kamu sayang," ujar Donny masih terus memeluk Kanya. Perasaan Kanya selalu luluh dan tak pernah membahas permasalahan sebesar apa pun lagi.

"Sudah sana kamu bersih-bersih dan ganti baju dulu. Aku buatkan makanan spesial buat kamu," kata Kanya.

"Iya sayang."

Kanya membuatkan spaghetti bolognese dan greentea latte. Ia menaruhnya di meja makan yang berbentuk bar.

Setelah mandi, Donny memeluk Kanya dari belakang hanya dengan memakai handuk.

"Pakai baju dulu sana. Makan dulu. Belum makan kan pasti?" tanya Kanya.

"Tahu aja," jawab Donny.

Kanya mencuci seluruh alat masak di dapur. Ia terbiasa serba sendiri tanpa ART. Apabila harus mencuci baju, maka ia memilih untuk menggunakan fasilitas laundry di appartement nya.

"Andai saja aku bertemu denganmu sebelum istriku, pasti aku nggak perlu repot seperti ini." Kata Donny seraya duduk di kursi bar.

"Jadi kamu ngerasa repot?" tanya Kanya.

"Bukan itu maksudku. Sudahlah jangan marah-marah. Nanti keriput mau?"

"Amit-amit. Perawatanku mahal. Kamu tau itu kan. Memangnya istri sahmu, mana dia kepikiran merawat diri. Tiga anakmu saja sudah bikin pusing. Makanya nanti aku ingin satu saja lah anak yang menemaniku biar ga kesepian kalau kamu tinggal. Tiga tahun sama kamu pakai KB aman, eh kebobolan juga."

"Hahaha, ya gimana lagi. Terus kamu jadi tadi USG?"

"Ya nggak jadilah, ada Ajeng sih tadi dateng, tapi dia kecapekan katanya kalau harus anter. Lagian dia baru pulang dari rumah orang tuanya di Padang tadi malam."

"Nanti deh pas jam kerja aku sempatin nemenin kamu ya. Tenang, aku akrab sama bos. Jadi gampang ijinnya."

Kanya menyetujuinya. Ia juga mudah sekali untuk ijin. Karena direksi perusahaannya saja teman akrab sedari di bangku sekolah.

Ponsel Donny berbunyi.

"Halo?" jawab Donny menerima telpon dari Resti. "Iya aku lagi ada meeting. Hah apa? Oh emang sampai malam. Lagian kan Deo, Deshinta, sama Dita sudah kutitipkan sama kakak."

Percakapan Donny dan Resti pun berakhir. Dilihatnya jam menunjukkan pukul sembilan. Buru-buru Donny memberi kode meminta 'jatah' pada Kanya lalu pergi.

***

[Aku udah jalan pulang ya Mas, ibu sudah sembuh.]

Resti mengirimkan pesan hari minggu pagi. Paling tidak senin sudah tiba di rumah.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gitta Anggraita

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku