5.0
Komentar
1K
Penayangan
30
Bab

Nadia berdiri terpaku di ambang pintu kamar tamu, tubuhnya membeku melihat pemandangan yang menghancurkan dunianya dalam sekejap. Di atas ranjang yang seharusnya hanya milik pernikahannya, Reza-suaminya-berbaring bersama wanita lain. Wanita itu adalah Karina, seseorang yang selama ini tinggal di rumah mereka dengan alasan butuh tempat sementara. Alih-alih merasa bersalah, Karina menatap Nadia dengan senyum penuh kemenangan. "Sekarang kau tahu, Nadia," ucapnya tanpa sedikit pun rasa bersalah. "Reza memilihku. Kami saling mencintai." Reza, yang seharusnya bersujud meminta maaf, justru mengangguk setuju. "Aku ingin menikahi Karina. Aku harap kau bisa mengerti." Darah Nadia mendidih. Penghinaan ini terlalu besar untuk bisa dibiarkan begitu saja. Ia mengangkat dagunya, menatap mereka dengan mata penuh tekad. "Kalian pikir aku akan menangis dan menyerah begitu saja? Jangan bermimpi." Dengan hati yang membara, Nadia berjanji pada dirinya sendiri-pengkhianatan ini akan dibayar lunas.

Bab 1 menjalani rutinitas tanpa curiga

Nadia menggenggam kunci mobilnya erat-erat saat melangkah menuju pintu utama rumah. Hari itu, seperti hari-hari sebelumnya, ia menjalani rutinitas tanpa curiga. Namun, ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya, sebuah perasaan yang sulit dijelaskan. Mungkin hanya kelelahan setelah seharian bekerja, atau mungkin ada sesuatu yang mengganggu hatinya.

Sesampainya di rumah, Nadia menyadari keheningan yang tidak biasa. Pintu depan terbuka sedikit, dan tanpa pikir panjang, ia melangkah masuk. Ditemani suara derap sepatu hak tinggi yang menggema di lorong kosong, Nadia mulai merasakan kegelisahan yang semakin kuat.

Lalu, suara tawa lembut terdengar dari dalam rumah. Ia berhenti sejenak, mengernyitkan dahi. Tawa itu, tawa yang terlalu familiar. Ia tahu persis siapa pemiliknya.

"Reza?" Nadia berbisik pada dirinya sendiri.

Ia mengikuti suara tawa itu, dan ketika sampai di depan kamar tamu, matanya tertuju pada pemandangan yang seolah-olah menghancurkan hidupnya. Reza, suaminya, terbaring di ranjang dengan Karina-wanita yang selama ini tinggal bersama mereka-di sisinya. Mereka tertawa, berbicara dengan sangat akrab, seolah dunia ini hanya milik mereka berdua.

Nadia mematung di depan pintu. Tidak tahu apakah ia ingin berteriak atau menangis, perasaan sakit dan kecewa bercampur dalam dirinya. Ia merasa terjebak dalam labirin kebohongan yang sudah terlalu lama tersembunyi.

"Ah, Nadia, akhirnya kau datang," suara Karina terdengar dengan nada santai. Wajah wanita itu tak tampak cemas sedikit pun, malah seolah menikmati setiap detik dari kehancuran yang sedang terjadi. "Aku rasa ini saat yang tepat untuk kau tahu, kan?"

Reza menatapnya, matanya terlihat kosong dan lelah. Tanpa ekspresi penyesalan, ia mengangguk perlahan. "Nadia, aku... aku mencintai Karina. Kami sudah memutuskan untuk melanjutkan hidup bersama."

Nadia merasa dunia seakan runtuh di sekelilingnya. Kata-kata itu seperti pisau yang menusuk tepat ke hatinya. Suaminya, yang selama ini ia percayai sepenuhnya, ternyata telah mengkhianatinya begitu saja.

"Apa kau tidak merasa sedikit pun bersalah?" Nadia akhirnya bisa membuka mulut, suaranya terdengar rendah, namun penuh kemarahan yang tertahan.

Karina menatapnya dengan senyum puas. "Kenapa harus merasa bersalah, Nadia? Kami saling mencintai. Reza telah memilihku, dan aku tidak akan mundur. Aku akan menjadi istrinya, dan aku akan membuatnya bahagia."

Nadia merasa darahnya mendidih. Ia tidak bisa membiarkan penghinaan ini berlalu begitu saja. "Kalian benar-benar tidak tahu malu." Nadanya semakin tajam. "Dan kau, Reza... bagaimana bisa kau begitu mudahnya mengkhianatiku, setelah semua yang kita lalui?"

Reza menunduk, tampak seolah enggan untuk berbicara lebih jauh. Namun, ia mengangkat wajahnya dengan keputusan yang tegas. "Aku ingin menikahi Karina, Nadia. Aku ingin hidup bersamanya, dan aku harap kau bisa memberi restu, meski aku tahu itu sulit untuk diterima."

Nadia merasa tenggorokannya tercekat, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ada sesuatu dalam dirinya yang ingin hancur, tetapi ia menahannya. Ia harus kuat, tidak bisa membiarkan Reza dan Karina merusak kehidupannya lebih jauh.

Dengan langkah tegap, Nadia melangkah maju, tatapannya penuh kebencian. "Kalian tidak akan mendapatkan apa yang kalian inginkan. Aku akan memastikan kalian membayar atas pengkhianatan ini."

Karina tertawa sinis. "Apa yang bisa kau lakukan, Nadia? Kita sudah membuat keputusan. Tidak ada yang bisa mengubahnya."

Tangan Nadia gemetar, namun ia tidak mundur. Ia menatap mereka dengan penuh keyakinan. "Kalian akan menyesal. Percayalah."

Dengan itu, Nadia keluar dari kamar tamu, meninggalkan pasangan yang penuh kebohongan dan pengkhianatan itu. Tetapi ia tahu, ini baru permulaan dari apa yang akan menjadi pertempuran panjang. Ia tidak akan memberi mereka kesempatan untuk terus bermain dengan hidupnya.

Nadia kembali ke kamarnya, menatap bayangannya di cermin. Ia merasa lelah, kecewa, dan hancur. Tetapi di balik rasa sakit itu, ada api yang mulai membara-api balas dendam yang tak bisa dipadamkan. Ia bertekad, kali ini tidak ada yang bisa menghalangi jalannya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Angga Tri Wahyu

Selebihnya

Buku serupa

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku