/0/23793/coverbig.jpg?v=c36050cef32d3f5aad24a3057bdc75ac&imageMogr2/format/webp)
Nadia berdiri terpaku di ambang pintu kamar tamu, tubuhnya membeku melihat pemandangan yang menghancurkan dunianya dalam sekejap. Di atas ranjang yang seharusnya hanya milik pernikahannya, Reza-suaminya-berbaring bersama wanita lain. Wanita itu adalah Karina, seseorang yang selama ini tinggal di rumah mereka dengan alasan butuh tempat sementara. Alih-alih merasa bersalah, Karina menatap Nadia dengan senyum penuh kemenangan. "Sekarang kau tahu, Nadia," ucapnya tanpa sedikit pun rasa bersalah. "Reza memilihku. Kami saling mencintai." Reza, yang seharusnya bersujud meminta maaf, justru mengangguk setuju. "Aku ingin menikahi Karina. Aku harap kau bisa mengerti." Darah Nadia mendidih. Penghinaan ini terlalu besar untuk bisa dibiarkan begitu saja. Ia mengangkat dagunya, menatap mereka dengan mata penuh tekad. "Kalian pikir aku akan menangis dan menyerah begitu saja? Jangan bermimpi." Dengan hati yang membara, Nadia berjanji pada dirinya sendiri-pengkhianatan ini akan dibayar lunas.
Nadia menggenggam kunci mobilnya erat-erat saat melangkah menuju pintu utama rumah. Hari itu, seperti hari-hari sebelumnya, ia menjalani rutinitas tanpa curiga. Namun, ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya, sebuah perasaan yang sulit dijelaskan. Mungkin hanya kelelahan setelah seharian bekerja, atau mungkin ada sesuatu yang mengganggu hatinya.
Sesampainya di rumah, Nadia menyadari keheningan yang tidak biasa. Pintu depan terbuka sedikit, dan tanpa pikir panjang, ia melangkah masuk. Ditemani suara derap sepatu hak tinggi yang menggema di lorong kosong, Nadia mulai merasakan kegelisahan yang semakin kuat.
Lalu, suara tawa lembut terdengar dari dalam rumah. Ia berhenti sejenak, mengernyitkan dahi. Tawa itu, tawa yang terlalu familiar. Ia tahu persis siapa pemiliknya.
"Reza?" Nadia berbisik pada dirinya sendiri.
Ia mengikuti suara tawa itu, dan ketika sampai di depan kamar tamu, matanya tertuju pada pemandangan yang seolah-olah menghancurkan hidupnya. Reza, suaminya, terbaring di ranjang dengan Karina-wanita yang selama ini tinggal bersama mereka-di sisinya. Mereka tertawa, berbicara dengan sangat akrab, seolah dunia ini hanya milik mereka berdua.
Nadia mematung di depan pintu. Tidak tahu apakah ia ingin berteriak atau menangis, perasaan sakit dan kecewa bercampur dalam dirinya. Ia merasa terjebak dalam labirin kebohongan yang sudah terlalu lama tersembunyi.
"Ah, Nadia, akhirnya kau datang," suara Karina terdengar dengan nada santai. Wajah wanita itu tak tampak cemas sedikit pun, malah seolah menikmati setiap detik dari kehancuran yang sedang terjadi. "Aku rasa ini saat yang tepat untuk kau tahu, kan?"
Reza menatapnya, matanya terlihat kosong dan lelah. Tanpa ekspresi penyesalan, ia mengangguk perlahan. "Nadia, aku... aku mencintai Karina. Kami sudah memutuskan untuk melanjutkan hidup bersama."
Nadia merasa dunia seakan runtuh di sekelilingnya. Kata-kata itu seperti pisau yang menusuk tepat ke hatinya. Suaminya, yang selama ini ia percayai sepenuhnya, ternyata telah mengkhianatinya begitu saja.
"Apa kau tidak merasa sedikit pun bersalah?" Nadia akhirnya bisa membuka mulut, suaranya terdengar rendah, namun penuh kemarahan yang tertahan.
Karina menatapnya dengan senyum puas. "Kenapa harus merasa bersalah, Nadia? Kami saling mencintai. Reza telah memilihku, dan aku tidak akan mundur. Aku akan menjadi istrinya, dan aku akan membuatnya bahagia."
Nadia merasa darahnya mendidih. Ia tidak bisa membiarkan penghinaan ini berlalu begitu saja. "Kalian benar-benar tidak tahu malu." Nadanya semakin tajam. "Dan kau, Reza... bagaimana bisa kau begitu mudahnya mengkhianatiku, setelah semua yang kita lalui?"
Reza menunduk, tampak seolah enggan untuk berbicara lebih jauh. Namun, ia mengangkat wajahnya dengan keputusan yang tegas. "Aku ingin menikahi Karina, Nadia. Aku ingin hidup bersamanya, dan aku harap kau bisa memberi restu, meski aku tahu itu sulit untuk diterima."
Nadia merasa tenggorokannya tercekat, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ada sesuatu dalam dirinya yang ingin hancur, tetapi ia menahannya. Ia harus kuat, tidak bisa membiarkan Reza dan Karina merusak kehidupannya lebih jauh.
Dengan langkah tegap, Nadia melangkah maju, tatapannya penuh kebencian. "Kalian tidak akan mendapatkan apa yang kalian inginkan. Aku akan memastikan kalian membayar atas pengkhianatan ini."
Karina tertawa sinis. "Apa yang bisa kau lakukan, Nadia? Kita sudah membuat keputusan. Tidak ada yang bisa mengubahnya."
Tangan Nadia gemetar, namun ia tidak mundur. Ia menatap mereka dengan penuh keyakinan. "Kalian akan menyesal. Percayalah."
Dengan itu, Nadia keluar dari kamar tamu, meninggalkan pasangan yang penuh kebohongan dan pengkhianatan itu. Tetapi ia tahu, ini baru permulaan dari apa yang akan menjadi pertempuran panjang. Ia tidak akan memberi mereka kesempatan untuk terus bermain dengan hidupnya.
Nadia kembali ke kamarnya, menatap bayangannya di cermin. Ia merasa lelah, kecewa, dan hancur. Tetapi di balik rasa sakit itu, ada api yang mulai membara-api balas dendam yang tak bisa dipadamkan. Ia bertekad, kali ini tidak ada yang bisa menghalangi jalannya.
Bab 1 menjalani rutinitas tanpa curiga
09/04/2025
Bab 2 Setelah kejadian
09/04/2025
Bab 3 suasana hati
09/04/2025
Bab 4 penasaran dan marah
09/04/2025
Bab 5 memperjelas kepanikan
09/04/2025
Bab 6 Gugatan cerai
09/04/2025
Bab 7 Tidak ada rasa bersalah
09/04/2025
Bab 8 menyajikan sarapan
09/04/2025
Bab 9 suasana yang suram
09/04/2025
Bab 10 membangun kepercayaan
09/04/2025
Bab 11 menguat dalam dirinya
09/04/2025
Bab 12 Di ruang pengadilan
09/04/2025
Bab 13 hidupnya sudah diambil
09/04/2025
Bab 14 permainan strategis
09/04/2025
Bab 15 Kebenaran yang Menghancurkan
09/04/2025
Bab 16 Serangan balik
09/04/2025
Bab 17 berhembus kencang
09/04/2025
Bab 18 sibuk kini tampak sunyi
09/04/2025
Bab 19 menyusun
09/04/2025
Bab 20 mengusir
09/04/2025
Bab 21 mencekam seiring berlalunya waktu
09/04/2025
Bab 22 disembunyikan
09/04/2025
Bab 23 rumah yang menjulang
09/04/2025
Bab 24 sangat nyata terpendam
09/04/2025
Bab 25 menjadi saksi
09/04/2025
Bab 26 hanya preambul
09/04/2025
Bab 27 berjuang untuk melawan
09/04/2025
Bab 28 beberapa hari terakhir
09/04/2025
Bab 29 diprediksi
09/04/2025
Bab 30 sudah terlalu jauh
09/04/2025
Buku lain oleh Angga Tri Wahyu
Selebihnya