Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Married with My Lecturer

Married with My Lecturer

PSYCHODIARY

5.0
Komentar
109
Penayangan
6
Bab

"Ayo kita nikah!" Laura, seorang gadis cantik tiba-tiba bertemu dengan pria bernama Dion. Pria itu lalu mengajaknya menikah ketika mereka berdua tidak sengaja bertemu lantaran Dion tidak ingin menikah dengan wanita pilihan orang tuanya. Laura menolaknya dan berharap tidak pernah bertemu dengan pria aneh seperti Dion. Namun, takdir berkata lain. Dion ternyata dosen baru di kampusnya. Akankah mereka saling jatuh cinta?

Bab 1 Pertemuan Pertama

"Eh, eh! Siapa kamu?" Laura terkejut ketika seorang pria menarik tangannya dan membawanya lari dengan tujuan entah kemana.

"Lepasin! Atau aku bakal teriak maling." Pria yang tidak dikenalnya itu lalu membawanya masuk ke dalam toserba. Pria yang mengenakan pakaian formalnya itu lalu bersembunyi bersama dengan Laura.

"Siapa kamu?!" Intonasi suaranya terdengar tinggi, Laura mengira jika pria itu ingin menculiknya.

"Sstt! Diem dulu." Pria itu lalu mengintip beberapa pria yang berlari melewati toserba dimana tempat mereka bersembunyi. Setelah dirasa aman, pria itu lalu menghela nafas leganya.

Sementara, Laura hendak pergi kembali. Gadis itu harus pergi ke kampusnya.

"Tunggu!" Pria yang baru saja ditemuinya itu menghadang langkahnya.

"Kenapa lagi? Aku sibuk!" Laura berkata.

"Ayo kita nikah!" seru pria itu. Sontak hal ini membuat Laura terkejut. Kedua matanya membelalak bulat menatap pria yang ada di depannya itu. Apalagi saat itu, toserba masih dipenuhi oleh para pengunjung. Bagaimana tidak, pria yang baru saja ditemuinya itu langsung mengajaknya menikah. Sedangkan mereka saja tidak saling mengenal satu sama lain.

"Hah? Apa katamu? Dasar gila!" Laura yang terburu-buru untuk pergi ke kampus segera pergi dari toserba saat itu.

"Dasar laki-laki nggak waras! Apa dia pikir nikah itu cuma buat mainan?" Sepanjang jalan, Laura terus menggerutu tidak jelas lantaran merasa kesal dengan pria yang tidak dikenalnya itu.

Setelah menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya Laura sampai di kampusnya. Gadis itu membawa beberapa buku dengan halaman tebal untuk mencari bahan materi skripsinya. Gadis cantik dengan surai panjang, kulit putih berseri serta tinggi semampai membuatnya menjadi wanita idaman di fakultasnya. Laura merupakan mahasiswa dari fakultas Ekonomi dan Bisnis yang menempuh semester akhir. Dia dikenal sebagai mahasiswa abadi lantaran sudah 6 tahun kuliah, namun belum lulus juga. Masalah ekonomi serta otak yang tidak begitu cerdas tak mampu berkuliah dengan baik. Di tahun ketujuhnya ini, ia berusaha keras untuk lulus. Ia berambisi untuk lulus tahun ini tanpa halangan sehingga ia bekerja dengan keras untuk bisa lulus.

Seorang dosen masuk ke dalam ruangan, lalu tak lama kemudian diikuti dengan langkah seorang pria di belakangnya.

"Selamat siang." Dosen bernama Pak Ari itu menyapa para mahasiswa di dalam ruangan. Lalu, diikuti oleh mahasiswa yang menjawab sapaan Pak Ari.

Laura yang sebelumnya sibuk membaca buku dengan halaman tebal lalu melihat ke arah dosennya, betapa terkejutnya gadis itu ketika melihat pria yang ditemuinya berada di ruangan kelasnya.

"Astaga! Dia kan ..." Laura segera menutupi wajahnya dengan buku yang dipegangnya. Khawatir jika pria itu paham dengannya.

"Kenapa dia ada di sini sih?" batin Laura dalam hati. Berbeda dengan Laura, mayoritas mahasiswi tampak begitu antusias dengan kedatangannya. Ya, pria yang ditemui Laura tadi memanglah tampan, auranya begitu kuat dan sangat memikat.

"Laura? Kamu kenapa?" Pak Ari bertanya, dosennya itu melihat Laura yang sengaja menutupi kepalanya menggunakan buku miliknya.

"Tutup bukumu. Itu nggak sopan." Akhirnya, Laura meletakkan buku yang sebelumnya digunakan untuk menutupi wajahnya agar pria yang bersama dengan Pak Ari tidak dapat mengenalinya.

"Perkenalkan, nama saya Dion. Panggil saja Pak Dion dan saya yang akan menjadi dosen pembimbing kalian nantinya." Pria itu memperkenalkan dirinya di depan para mahasiswa. Pria tampan berusia 33 tahun itu akan menjadi dosen pembimbing mereka saat ini, menggantikan Pak Ari yang sebentar lagi akan pensiun di usianya yang tak lagi muda.

Ketika baru saja memperkenalkan dirinya di depan mahasiswa fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dion mengamati wajah para mahasiswanya. Namun, betapa terkejutnya ketika melihat gadis yang baru saja ditemuinya tadi berada dalam satu ruangan dengannya.

"Itu kan? Cewek yang ketemu sama aku tadi," batinnya dalam hati.

***

"Ra? Dipanggil sama dosen tuh!" Teman Laura memberitahu jika dirinya dipanggil oleh dosen mereka.

"Pak Ari?" Laura bertanya, temannya itu menggeleng cepat, lalu berkata, "Bukan, Pak Dion. Dosen pembimbing kita yang baru." Laura menelan salivanya, ketika dosen pembimbingnya yang baru itu memanggilnya.

"Mau apa dia?" tanya Laura dalam hati. Tak lama kemudian, akhirnya Laura memutuskan untuk menemui Pak Dion, pria yang ditemuinya pagi tadi sekaligus dosen pembimbingnya.

Gadis cantik itu melenggang pergi dengan menaiki tangga menuju ruang para dosen yang berada di lantai atas kampusnya. Namun, hal mengejutkan tiba-tiba saja terjadi. Pak Dion itu berada di area tangga.

"Ka-kamu?" Laura berkata, pria itu lalu menuruni anak tangga untuk menghampiri Laura yang berada di bawahnya.

"Sepertinya emang kita ditakdirkan buat berjodoh ya," ucap Dion dengan santainya. Mendengar hal itu, Laura mengernyitkan keningnya.

"Jangan basa-basi ya, Pak. Saya sibuk, mau mau bilang apa sama saya?" Laura tak ingin bertele-tele. Pertemuan pertama mereka telah membuat Laura merasa kesal.

"Ayo, nikah!" Untuk kedua kalinya, pria itu mengajaknya nikah. Kekesalannya semakin menjadi ketika Pak Dion ingin mengajaknya menikah.

"Pak, Bapak nih gila ya?! Emang nikah itu cuma sehari dua hari, apa Bapak pikir nikah cuma buat mainan?" Intonasi suaranya terdengar tinggi, Dion hanya bisa menggaruk salah satu alis tebalnya ketika mendengar ocehan Laura yang sedikit membuat bising karena suara nyaringnya.

"Kalo kamu nggak mau, saya bisa kok nggak ngelulusin kamu tahun ini. Biarin aja jadi mahasiswa abadi," ucap Dion sedikit mengancam. Pria itu menatap Laura dengan lekat.

"Apa?!" Laura tercengang mendengar ucapan yang dilontarkan oleh dosen pembimbingnya itu. Hal ini semakin menyulitkan keadaan, di sisi lain ia tidak ingin menikah dengan Pak Dion karena keduanya saja belum saling mengenal. Namun, di sisi lain gadis itu juga ingin lulus tahun ini, ia tidak ingin mempertahankan gelar "Mahasiswi Abadi" yang sudah melekat pada dirinya.

Gadis itu sudah berjanji pada dirinya untuk menikah hanya dengan pria yang mencintainya dengan tulus.

"Kenapa sekarang Bapak ngancem saya?!" Intonasi suaranya masih terdengar keras.

"Bisa nggak pelanin suaramu itu?" ucap Dion dengan menutupi kedua telinganya. Laura terdiam, memasang wajah suramnya. Karena merasa kesal, Laura berniat untuk pergi meninggalkan dosen pembimbingnya tersebut.

"Aku dijodohin," ucap Dion ketika Laura hendak melenggang pergi menuruni anak tangga. Mendengar hal itu, Laura lalu menghela nafasnya sejenak.

"Terus apa hubungannya sama aku?" Laura bertanya, Dion lalu menghampirinya.

Dion terlihat bingung untuk menjelaskannya. "Jadi, aku minta bantuanmu. Tolong, kamu mau nikah sama saya. Saya janji bakal buat kamu bahagia," ucap Dion dengan memohon. Wajahnya terlihat memelas, membuat relung batin Laura tersentuh. Tapi, ia masih meragukan Dion, keduanya bahkan baru bertemu untuk pertama kalinya.

"Apa bukti kalo Bapak dijodohin? Terus, kenapa harus saya? Yang lain kan masih banyak," jawab Laura yang masih meragukan perkataan Dion sebelumnya.

"Kamu bisa temuin saya nanti malem di Hotel Fave. Disana ada acara pernikahanku." Gadis itu masih meragukan Dion, namun ia penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Dion sebelumnya.

"Ini kartu undangan buat kamu. Di pernikahanku nanti, para tamu harus nunjukin kartu undangan mereka."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku