Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PESONA CEO TUAN MUDA JIGAR

PESONA CEO TUAN MUDA JIGAR

stmsyrh

5.0
Komentar
116
Penayangan
9
Bab

Permasalahan yang dihadapi oleh Tera kini bukan lagi tentang masa lalu ayahnya. Karena setelah diterimanya dia di perusahaan Gio Chocolate dan bekerja sebagai asisten Jigar, teror demi teror dia rasakan dari seseorang yang membenci keluarga itu. Belum lagi, dia pun harus menerima kenyataan jika ternyata rencana dari semua kejahatan itu adalah Toben, ayahnya Jigar. Demi melindungi Tera, akhirnya Jigar mengambil tindakan serius untuk itu. Dia mengajak Tera ke sebuah taman dan memberikan cincin sebagai pertanda bahwa dirinya ingin menikah dengan wanita tersebut. Akankah Tera menerima lamarannya atau memilih menjauh dari Jigar demi keselamatan pria itu? ...

Bab 1 Melamar Pekerjaan

Kurang lebih ada lima puluh pria ataupun wanita berseragam hitam putih duduk di depan lapangan perusahaan cokelat yang cukup terkenal di kota tersebut.

Keringat yang turun membasahi pelipis tak membuat mereka menyerah untuk itu. Wajah penuh harap bisa terlihat dari perjuangan mereka melawan panas terik matahari yang seolah benar-benar membakar kulit.

Pertahanan mereka untuk menunggu interview tetap mereka lakukan demi mencari pekerjaan yang layak untuk itu.

Tak hanya pria. Ada setengah wanita yang turut menunggu dengan sabar sambil terus berusaha menjaga penampilan mereka agar tetap baik dan tak bau. Sesekali, mereka kembali memoles wajahnya dengan bedak atau memberi deodorant pada ketiaknya agar terlihat segar.

Bahkan untuk penantian penuh waktu itu, mereka sama sekali tak dijamin apakah lolos atau tidak mengingat masih ada beberapa tes yang harus dilakukan untuk benar-benar bisa bergabung di perusahaan itu.

Tak sedikit dari mereka yang menyerah dan memutuskan pulang. Ada pula yang tetap bertahan walau penantian interview itu cukup melelahkan.

"Eh itu pak Tom!" beberapa dari mereka tampak bersemangat ketika ada seorang pria berjalan menghampiri para pelamar sambil membawa catatan kecil. Tak lupa, semua suara yang berisik itu seketika lenyap karena penasaran nama siapa yang selanjutnya akan dipanggil olehnya.

"Bagaimana, masih kuat?" tanya Pak Tom kemudian sambil tersenyum.

"Ada yang pulang, pak," seru salah seorang pelamar.

"Tak masalah. Kami juga minta maaf karena telah membuat kalian menunggu. Untuk tahun ini para pelamar membludak. Jadi kami harus lebih ekstra dalam memilih siapa yang berhak untuk bergabung di sini," jelas Pak Tom secara singkat, "Baiklah. Untuk selanjutnya..., Tera Pasha, ada?"

"Saya pak!" di ujung riuh manusia itu, seorang wanita mengangkat tangannya penuh semangat.

Pak Tom tersenyum, "Shira Adnan, Citra Lestari, Ilham Pramudya dan Glenn Zafir, ada?"

"Ada pak!" semua nama yang dipanggil menyeru dengan cepat. Ada rasa bangga karena mereka diberi kesempatan untuk interview setelah menanti waktu berjam-jam.

Soalan masuk atau tidak, itu belakangan. Yang terpenting, mereka memiliki pengalaman melamar di perusahaan terkenal di kota tersebut.

"Shira, ayo," Tera begitu senang ketika dirinya dipanggil dengan sahabatnya secara bersamaan. Setelah dirasa siap, mereka lantas berjalan mengikuti Pak Tom untuk proses interview bersama yang lain.

"Semangat ya," Pak Tom tersenyum, "Semoga kalian dipermudah. Silakan masuk."

Mereka berlima mengangguk lantas masuk ke sebuah ruangan khusus secara bersamaan.

Tak lupa, Tera mengambil kursi di paling ujung sambil berusaha mempersiapkan dirinya dalam menjawab semua soalan dari sang penguji.

"Halo selamat datang. Bisa perkenalkan nama kalian?" seru salah seorang penguji.

Secara berurutan, mereka berlima memperkenalkan dirinya satu persatu. Hingga saat Tera berdiri memperkenalkan dirinya, seorang pria di hadapannya tersenyum sambil mengangguk.

Keempat orang itu ditanyai dengan intens oleh para penguji. Tampak dari mereka ada yang cekatan menjawab dan ada pula yang tampak gugup karena berusaha mencari jawaban terbaik untuk diucapkan.

Sementara itu, Tera masih menunggu penguji di depannya memberi pertanyaan. Dia terlihat ragu tatkala pria itu memberi senyuman aneh yang membuatnya merasa tak nyaman.

Perasaan gugup tak lagi dirinya rasa selain ingin segera menyudahi semua itu.

"Baiklah. Kalian boleh kembali. Dalam waktu cepat kami akan memberi tahu hasilnya lewat email masing-masing," setelah tiga puluh menit, seorang wanita memberi pengumuman tersebut.

Tentu, Tera berdiri dan memberi interupsi karena dirinya merasa belum ditanyai apa pun. Shira yang melihatnya pun merasa aneh.

"Tolong maju sedikit," seru penguji di depan Tera kemudian. Tatkala Tera dan Shira saling berpandangan, sahabatnya itu mengangguk.

"Aku akan menunggumu di luar."

Tanpa menguras waktu, Tera mengikuti perintah pria itu. Kali ini, dia berhadapan dekat dengan pengujinya yang bernama Toben.

"Apa tujuanmu bekerja di sini?" tanya pria itu sambil membaca lamaran Tera.

"Ingin mencari uang, pak," jawab Tera dengan yakin.

"Selain itu?"

"Ingin mengasah kemampuan. Saya juga ingin menambah relasi dan bekerja sama dengan para karyawan yang lain."

Pak Toben mengangguk, "Andai jika pekerjaanmu jauh berbeda dengan pekerjaan yang ingin kamu lamar saat ini, bagaimana?"

"Tidak masalah," jawab Tera sambil tersenyum, "Selagi ada tempat untuk belajar, saya akan berusaha melakukan yang terbaik."

"Dari mana kamu tahu perusahaan ini?" tanyanya selanjutnya.

"Kebetulan, dulu ayah saya karyawan di sini. Beliau telah bekerja selama kurang lebih sepuluh tahun. Jadi sejak kecil, saya memang sudah berkeinginan untuk melamar di perusahaan ini."

"Mengapa ingin di sini? Bukankah masih banyak pabrik cokelat yang lain?"

Tera tersenyum, "Kebetulan jarak rumah saya kemari tak terlalu jauh, pak. Jadi saya rasa, akan mudah jika saya dapat bergabung di sini karena saya yakin, saya pasti akan datang tepat waktu."

"Kerja di bagian mana ayahmu? Biar saya panggil."

"Kebetulan, ayah saya sudah berhenti kerja di sini tiga tahun yang lalu," jawab Tera kemudian.

"Karena?"

Wanita itu terdiam sesaat, "Ayah saya difitnah."

Pak Toben tersenyum. Dia memasukan lamaran Tera ke dalam amplop cokelat dan menyimpannya di depan wanita itu.

"Kamu percaya?"

"Maksudnya, pak?" Tera terkekeh.

"Kamu percaya ayahmu dikeluarkan dari sini karena difitnah?"

Tera mengangguk dengan sedikit ragu, "I-iya pak."

Pak Toben tersenyum kecil sambil melemparkan pandangan ke arah lain. Wajah pria itu merah padam. Tangannya mengepal keras karena berusaha menahan semua amarah yang berusaha ia redam sejak tadi.

Tera yang memperhatikannya sedikit ketakutan. Dia menelan salivanya bulat-bulat sambil berpikir apakah ada jawaban menyakitkan yang membuat pria itu bersikap seperti itu?

"Pulanglah. Cari tempat kerja yang lain," seru pria itu kemudian dengan nada datar.

Tera terhenyak, "Maksud bapak?"

"Kamu tak bisa bekerja di sini."

"Karena apa?" tanya Tera penasaran.

"Kurang beruntung kamu diwawancarai oleh saya. Andai jika bukan karena ayahmu, saya pasti akan menerimamu di sini."

Wanita itu semakin keheranan. Dia tak tahu menahu soalan itu, bahkan ketika Pak Toben mengatakan hal tentang ayahnya.

"Maksud bapak apa ya? S-saya kurang mengerti. Memangnya bapak ada masalah dengan ayah saya? Atau sebelumnya saling kenal?"

"Pulanglah. Cari pekerjaan yang lain."

"Saya tidak akan pulang sebelum bapak menjelaskan semuanya," tegas Tera dengan cepat.

Toben terdiam. Napasnya terdengar berat di telinga tera. Luka lama yang ia tutupi untuk semua itu, kini kembali terbuka atas kedatangannya.

Pria itu sudah mengiranya sejak awal ketika dirinya membaca lamaran Tera. Ternyata, apa yang ia sangka benar adanya. Sebelum dendam itu kembali menguasai dirinya, Toben lebih memilih untuk menjauhi apa pun hal yang berkaitan tentang itu.

"Ini ayahmu kan?" tanya Toben ketika dirinya menunjukan sebuah foto. Tentu, Tera terkejut karena ayahnya berada di sana.

"Iya. Itu ayah saya."

Toben tersenyum, "Wanita di samping ini adalah istri saya. Ayahmu telah merebutnya dan kini, kehidupan rumah tangga saya hancur karenanya."

...

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh stmsyrh

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku