Brakk..
Noah menggebrak meja ruangan rapat, matanya menatap tajam kepada setiap karyawan yang ada di sana.
"Bisa-bisa nya penjualan kita bulan ini menurun!"
"Kalian ini kerjaannya apa sih? Saya bukan menggaji kalian untuk bersantai-santai!" Noah tampak marah.
"Saya akan tarik kembali kursi pijat dan camilan gratis di pantry ini!" tegas Noah.
Para karyawan hanya menunduk ketakutan, melihat bos mereka marah-marah.
"Pokoknya, kalian harus bisa menaikan lagi penjualan di bulan berikutnya! Saya targetkan, harus lebih unggul dari pencapaian kita terakhir. Jika tidak kalian semua akan saya pecat!"
"Baik Pak,"
Rapat selesai, semua karyawan cepat-cepat keluar dari ruangan rapat. Mereka sebenarnya mengeluh dengan bos mereka yang seenak udel, dan suka marah-marah itu.
Noah Samudera, dia adalah seorang Presdir perusahaan Samudera. Perusahaan milik papa nya yang diwariskan kepadanya. Sebuah perusahaan retail yang memiliki department store di setiap mall.
Noah, Laki-laki berusia 28 tahun. Tinggi, putih, alis tebal, hidung mancung. Sikapnya yang arogan, angkuh, dan suka marah-marah kepada karyawan. Banyak karyawan yang sering kena pecat hanya karena melakukan kesalahan sedikit saja. Bahkan, Sekretaris nya pun terus berganti-ganti, tidak tahan lama.
Tapi, sekretaris satu ini sudah bersama Noah selama 2 tahun. Para karyawan menjulukinya pawang Presdir. Wanita cantik dengan ciri khas kulit kuning langsat dan mata coklat nya itu. Wanita yang kalem, ramah, sopan dan perfeksionis. Dia adalah Jihan Almahyra, wanita berusia 27 tahun.
"Minum.. Minum.. " ucap Noah.
Jihan membuka botol minum lalu menuangkannya ke dalam gelas. "Silahkan, Pak."
"Ahh.. "
Noah melihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 12 siang.
"Tempat makan siang saya sudah dipesan?"
"Sudah Pak," ucap Jihan.
"Saya makan sendiri, kamu boleh makan di kantin atau dimanapun."
Jihan mengangguk, "Setelah makan siang, bapak harus kembali ke kantor karena ada beberapa dokumen yang harus ditinjau dan ditandatangani."
"Iya iya." Noah pun pergi sendiri menuju restoran.
Sebelum ke kantin, Jihan ke meja nya yang berada di depan ruangan Noah. Ia menulisnya di catatan untuk menyimpulkan hasil rapat tadi.
"Tuk.. Tuk.. "
Jihan menoleh sambil tersenyum.
"Tumben ngga makan siang sama Pak Noah," ucap Mela.
Jihan tidak menjawab, dia terus menulis.
"Ayo makan dulu, udah jam makan siang ini," ajak Mela.
Mela karyawan dari divisi marketing, dia juga teman dekat Jihan di kantor. Karena, Jihan tidak pandai bergaul hanya Mela saja yang memang benar-benar dekat.
"Sebentar lagi," ucap Jihan.
Mela tahu, jika Jihan belum menyelesaikan pekerjaannya, dia pasti akan menyelesaikannya lebih dulu, tidak peduli mau itu jam makan siang atau jam pulang.
Mela tetap setia menunggu Jihan, sambil terus berbicara. "Pusing gue, Pak Noah marah-marah mulu. Coba dia jadi tim marketing sekali-kali, gimana yang terjadi di lapangan. Survei aja sebulan sekali."
"Lo kan dekat Ji, coba deh bantuin ngomong sama Pak Noah. Kejam banget tau ih, gimana bisa penjualan harus di tingkatkan, sementara produk-produk di departement store gitu-gitu aja," cerocos Mela.
Jihan menutup bukunya, lalu melirik Mela. "Kenapa ngga kamu sampaikan aja saat rapat nanti?"
Mela berdecak, "Masalahnya.. Gue ga berani."
"Kita kan sama-sama karyawan untuk membantu perkembangan perusahaan, ya ngga apa-apa menyampaikan pendapat."
Mereka berdua jalan ke kantin. Makan siang saat itu sisa tumis sayuran dan kentang balado.
"Yah, ngga kebagian daging," keluh Mela.
"Mbak Jihan, sudah saya pisahkan," ucap bu Wati pegawai kantin.
"Terimakasih"
Mereka duduk di salah satu meja yang kosong. Jihan memberikan daging sapi dibuat dendeng kepada Mela.
Mela menoleh, "Dapat darimana? Bukannya tadi abis?"
Jihan hanya tersenyum, "Makan,"
"Masakan bu Wati emang ter lezat."
"Ji, nanti malam ikut yuk, ke pasar malam sama anak-anak."
Jihan menoleh, "Nanti malam?"
"Iya pulang ngantor,"
"Maaf, tapi aku ngga bisa ikut," tolak Jihan.
Mela mencebikan bibirnya, "Kamu kalo diajak keluar habis pulang kerja, pasti ngga pernah ikut. Sekali-kali ikut lah,"
Jihan tersenyum, "Iya, lain kali aku ikut."
/0/28729/coverorgin.jpg?v=c633ef4c6b3b70c6acc2ffdbdfbb1bfa&imageMogr2/format/webp)
/0/7507/coverorgin.jpg?v=28a159aa22e6bde8fb61b07f4ac871ba&imageMogr2/format/webp)
/0/4187/coverorgin.jpg?v=1982cfaa3ae7e80165fa084f1e6f7162&imageMogr2/format/webp)
/0/21070/coverorgin.jpg?v=dc91ba231520bcd3f36d4b77d584145c&imageMogr2/format/webp)
/0/16583/coverorgin.jpg?v=d079e452856b2395bb926554570624b0&imageMogr2/format/webp)
/0/2763/coverorgin.jpg?v=c13d98027b5c9cb99c3bf8ee58e4bfd6&imageMogr2/format/webp)
/0/6521/coverorgin.jpg?v=0dc886fcefd9b9ebecbf37d72dfccdf5&imageMogr2/format/webp)
/0/16699/coverorgin.jpg?v=ef38da27c5b45f8a4b46710eefac8e7c&imageMogr2/format/webp)
/0/17375/coverorgin.jpg?v=f5494a05a3dc42a3314fa0f160ba5c1f&imageMogr2/format/webp)
/0/8783/coverorgin.jpg?v=af27107cbfc6acc2dcf03bdf570d81b2&imageMogr2/format/webp)
/0/6939/coverorgin.jpg?v=536d7981939f235022db29fa66b5db4a&imageMogr2/format/webp)
/0/10836/coverorgin.jpg?v=8d0975248f15c19e079103be94872283&imageMogr2/format/webp)
/0/5579/coverorgin.jpg?v=8451cc3231d03f5ae1bfcd5aa5500814&imageMogr2/format/webp)
/0/19772/coverorgin.jpg?v=8f5b1cec967d49189cb61877cfcec29e&imageMogr2/format/webp)
/0/10104/coverorgin.jpg?v=8e3d277fbf390d46b876f25adf010ff8&imageMogr2/format/webp)
/0/17107/coverorgin.jpg?v=71acc20171e6e29bdd625a25bc2f3358&imageMogr2/format/webp)
/0/19703/coverorgin.jpg?v=86ab5b943739c7e60385623ce1999541&imageMogr2/format/webp)
/0/15131/coverorgin.jpg?v=c284c56676002d03be678d9fd4e1d28a&imageMogr2/format/webp)
/0/13672/coverorgin.jpg?v=727d866839f9b4188741514c56e47234&imageMogr2/format/webp)