Keterlibatan Arumarta Soniya ke dalam sebuah program TV berjudul 'Kami Menikah!' ternyata mengubah 180 derajat sudut pandang Jonathan Nikholas Surya tentang tipe ideal wanita yang dia inginkan. Arumarta membuat Surya sadar akan nilai-nilai yang salah di dalam pola pikirnya, wanita yang dikenal sebagai aktris film komedi membuat Surya menyadari apa yang dia cari selama ini. Seseorang yang mudah memahaminya, yang mampu mengimbangi segala jenis topik yang dia bawa, seseorang yang tidak hanya menawan, namun juga cerdas dalam berkomunikasi. Surya jatuh cinta, jatuh begitu dalam pada pesona Arumarta. Tanpa mampu menyadari tujuan awalnya mengikuti program pernikahan kontrak ini. Tidak seharusnya program TV dianggap serius, tapi Surya sudah terlanjur terjun melayang. Tidak peduli dengan permainan di dalam program ini, dia akan mendapatkan Arumarta. Apa pun caranya, bahkan jika Arumarta tak menginginkannya, dia bersumpah akan menjadikan permainan tv nikah-nikahan ini menjadi pernikahan sungguhan di masa depan. Perjalanan Surya untuk mendapatkan wanita dewasa nan misterius seperti Aruma, baru saja dimulai.
"Program Menikah?" tanya Surya pada manajernya.
"Ya, salah satu stasiun TV mengeluarkan program menikah. Jadi setiap selebriti, dalam ruang cangkup seperti aktor, penyanyi, komedian, sampai influencer dengan nama yang sudah melambung akan dipertemukan di sebuah tempat. Kalian akan saling kenal, dan melakukan pernikahan pura-pura, mungkin hanya memakan 12 episode setiap penayangan, syuting akan dilakukan selama 3 bulan."
"Lebih detail lagi."
"Kalian akan tinggal bersama, bertingkah layaknya sepasang suami istri. Kau tahu sendiri bukan, jenis konten seperti itu jelas akan menarik banyak sekali penonton, mereka suka kisah romantis, tak peduli itu akting atau bukan. Namamu juga akan melejit lebih tinggi lagi karena hal itu."
"Selama tiga bulan itu tinggal bersama?" tanya Surya pada manajernya.
Pemuda itu mengangguk membenarkan,"Tentu saja hanya selama kamera menyala, jika kamera sudah di matikan, kalian bisa melakukan apa pun yang kalian mau. Para kru juga tak akan banyak ikut campur."
"Tapi kita tak bisa memilih pasangan sendiri ya?"
"Iya dong," balas manajernya itu, lalu tertawa. "Tapi aku yakin kamu suka kok."
Surya mendengkus malas, 10 tahun hidup di lingkup dunia hiburan ini, dia bahkan tak pernah menemukan gadis yang sesuai dengan seleranya. Mereka semua muka dua, terkadang hanya menang cantik namun otaknya kosong, ada yang sok pintar tapi dilempar sedikit dengan penelitian lawas saja dia sudah bungkam, ada bahkan yang hanya pintar bersolek, namun sisanya hanya bikin geleng kepala.
Dia tak pernah percaya tiap kali manajernya bilang bahwa kali ini, gadis itu akan cocok dengannya. "Kamu tahu seleraku bang."
"Ya, dia cukup pintar, ramah, cantik. Kau akan suka dengannya."
Surya hanya menatap datar pria di hadapannya itu, "Aku tidak mempercayaimu."
"Tapi kamu menerima tawaran ini bukan? Rumor bahwa kau adalah penyuka sesama jenis benar-benar tak terkontrol akhir-akhir ini. Aku tahu, kau tak peduli dengan rumor seperti itu, namun tetap saja itu akan mempengaruhi kariermu. Lihat berapa banyak iklan yang kini membatalkan kerja sama denganmu karena rumor tersebut."
Pemuda itu mendengkus malas mendengar penuturan manajernya tersebut, "Ya, terserahmu saja."
Manajer itu terkekeh mendengar respons cuek Surya. Dia tahu pemuda itu tak percaya dengan apa yang dia katakan, namun kali ini dia berani bersumpah, bahwa wanita yang akan menjadi pasangannya di program ini, adalah wanita yang benar-benar cocok dengan karakter wanita ideal idaman Surya.
*
*
*
"Ada tiga kemungkinan," gumam Arumarta pada sahabatnya, Rena. "Jonathan Nicholas Surya, aktor yang namanya agak merosot akhir-akhir ini karena rumor gay, Yulias, influencer yang baru naik daun dan katanya tertarik dengan dunia akting, dan orang yang lebih baik tak usah kusebut namanya, aktor lama yang mulai ilang kabarnya sekarang."
Mereka sedang membahas perihal Aruma yang baru saja menerima tawaran program TV. Tahun ini dia memang tak banyak mengambil syuting, dan fokus pada beberapa bisnis yang dia jalankan. Jadi, ketika mendengar jenis program TV seperti ini, jujur saja Rena sedikit kaget dengan keputusan Aruma.
"Kenapa kau bisa memikirkan tiga orang itu?" tanya Rena. Mereka kini sedang membahas pria yang akan dijadikan pasangan Aruma selama program TV 'Kami Menikah' akan berlangsung. "Dari sekian banyak orang?"
"Kalo yang namanya males kusebut, tentu saja itu karena dunia tahu bahwa kami pernah berpacaran. Acara itu akan melesat naik tanpa jeda jika kami dipersatukan kembali di program tersebut, lagi pula ... yang dunia tahu, aku dan dia putus secara baik-baik, tepat saat nama kami sedang naik-naiknya. Kalau dua sisanya, ya karena untuk menaikkan pamor mereka, apa lagi?" balas Aruma mengangkat bahu tak acuh.
Dari ketiga orang itu, dan kandidat wanita yang identitasnya sudah Aruna ketahui. Dia jelas menyadari bahwa program seperti ini hanyalah digunakan untuk menaikkan pamor, atau menambah-nambah drama yang sudah lama usai. Mereka suka memasak gosip, suka menjadikan para selebriti sebagai boneka yang mudah mereka gerakkan ke kanan-kiri.
Aruma hanya merasa, program seperti ini mungkin akan menyenangkan karena jarang sekali TV berani memakai ide seperti ini. Dia berharap semua tebakannya salah, dia masih berharap bahwa mungkin saja dia bisa dipasangkan dengan partner yang cocok untuk mempermainkan penonton.
Namun jika tidak cocok pun tak masalah, wanita itu adalah seorang aktris, dia hanya perlu memainkan peran sesuai dengan keinginan TV saja. Lagi pula, yang terpenting adalah, bayarannya juga sangatlah besar.
Dia jelas tak akan menyia-nyiakan hal seperti itu.
"Kau tak terlihat tertarik dengan ketiga orang itu?"
"Tidak ada yang menyenangkan di antara mereka, Re." Aruma berujar santai, "Si Arogan Surya? Pemuda itu bahkan pernah menolak selebriti papan atas hanya karena orang itu tidak tahu sejarah evolusi manusia."
"Serius?!"
"Untuk apa aku bohong?" tanya wanita itu balik.
"Siapa lagi? Yulias? Dia bocah ingusan, pasti banyak omong dan menyebalkan. Dari tingkahnya merespons pertanyaan wartawan saja sudah cukup terlihat bahwa dia adalah sosok yang suka menjilat." Aruma menghela napas pelan, "Bagian terakhir, kamu jelas tahu alasannya."
Rena hanya mengangguk santai, lalu menyesap minuman dinginnya. "Tapi kau tetap menerimanya?"
"I like problem," balas Aruma tersenyum. "Aku hanya penasaran, dari tiga orang yang masuk kemungkinanku itu, nama yang pada akhirnya menjadi pasanganku? Lagi pula, uangnya juga lumayan Re." Wanita itu memasang senyuman hiperbolis pada Rena, "Nominal itu jauh lebih penting dibandingkan para laki-laki tadi."
Rena terbahak mendengar ucapan terakhir Aruma, "Awas karma loh ya Ma, kamu sudah meremehkan acara ini di awal soalnya." Dia memperingati sobatnya, membuat Aruma terkekeh mendengar peringatan klasik sahabat karibnya itu.
"Aku tak akan menganggap acara nikah-nikahan ini serius kok, lagi pula, mereka hanya laki-laki." Aruma memainkan ponselnya, mencari tahu lebih jauh siapa saja yang mungkin akan menjadi partnernya di program TV seperti itu.
Rena terbahak mendengar balasan singkat Aruna tersebut.
Ya, hanya laki-laki.
Itu yang selalu Aruma katakan pada Rena tiap kali dia tak tertarik pada lawan jenisnya. Mereka hanya pria, penuh harga diri, penuh dengan ego, dan nafsu. Mempermainkan tiga hal itu saja sudah mampu membuat Aruma mempermainkan kehidupan laki-laki yang mendekatinya.
Mereka mudah dibaca, mudah dipermainkan, mudah ditaklukkan.
Laki-laki ... memang seperti itu.
Setidaknya, pemikiran Aruma akan terus terpatok sampai ke titik itu. Sama seperti Surya, dia juga sudah banyak sekali bertemu dengan berbagai jenis laki-laki. Kariernya yang menanjak naik sejauh ini juga karena campur tangan berbagai jenis laki-laki, dari yang paling manis, sampai yang paling berengsek, Aruma sudah merasakannya.
Program TV seperti ini, hanyalah bagian kecil untuk melanggengkan karier wanita itu.
Dia tak pernah meletakkan hidupnya pada laki-laki, tak peduli seberapa bagus tampang lelaki di tanah pusat hiburan ini.
Tidak sampai akhirnya dia bertemu dengan Jonathan Nicholas Surya.