Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Walau dengan tubuh penuh luka bercucuran darah, Miranda tak pernah berhenti melepaskan tangannya, memeluk seorang anak berusia dua belas tahun yang tergeletak pingsan di pangkuannya, Robert Hans.
Puluhan pasukan cyborg bersenjata lengkap mulai mengepung dan menodongkan senjata rifle ke arah mereka berdua.
“Miranda! Mengapa kau malah melindungi anak itu? Anak itu telah membunuh suamimu!” teriak salah satu cyborg.
“Apa kalian tidak sadar? Kalian mau membunuh seorang anak kecil? Kalian orang WG sungguh biadab sekali!” sanggah Miranda, perempuan berambut perak, berjas lab dan mengenakan kacamata.
Seorang perempuan berseragam militer tiba-tiba berjalan masuk ke tengah kerumunan pasukan cyborg.
“Kami tidak akan membunuh anak itu, Miranda. Serahkan saja Robert Hans kembali pada WG, anak itu akan menjadi aset yang berharga bagi kami!” sahut perempuan tersebut.
Miranda merogoh saku jas labnya, lalu diambillah sebuah remote kontrol, dan diarahkannya kepada perempuan tersebut.
“Jika kalian nekat ingin mengambil anak ini dariku, seluruh bidikan laser yang terpasang di setiap dinding di ruangan ini akan aktif dan menyerang kalian! Aku juga tak akan ragu menekan tombol penghancur ruangan ini!” ancam Miranda serius, “Memang anak ini telah menghilangkan nyawa suamiku, tapi itu dilakukannya tanpa dia sengaja! Dan, aku tak akan membiarkan WG memanfaatkan anak ini hanya untuk melanjutkan mesin waktu ciptaannya!”
Dhuar!
Sebuah tembakan dilancarkan oleh perempuan tersebut, tepat mengenai punggung Miranda.
“Aku peringatkan kau! Walau kau ilmuan WG, jika kau berani melawan perintah atasanmu, maka tak akan ada tempat bagimu lagi di dunia ini!” ancam perempuan tersebut dengan angkuhnya.
Huek!
Miranda muntah darah, tubuhnya kesakitan menahan luka serius di punggungnya.
“Cepat serahkan anak itu Miranda!!” bentak perempuan berseragam militer tersebut sembari menodongkan pistol ke arah Miranda.
“WG sungguh serakah … tak hanya telah merampas putri kesayanganku, kalian bahkan memaksa seorang anak kecil hanya untuk memenuhi ambisi kalian yang tidak berguna!” ucap Miranda dengan terbata-bata, “WG benar-benar licik!”
“Diam kau!!” bentak Emma, perempuan berseragam militer tersebut dengan penuh amarah.
Dhuar!
Tembakan kedua dilancarkannya tepat mengenai kaki Miranda.
“Miranda Ozora!! Kali ini aku tak akan segan lagi untuk membunuhmu!!” teriak Emma lantang.
Zab!
Tiba-tiba satu unit cyborg tumbang terkena serangan laser dari dinding menembus dadanya.
Zab!
Zab!
Zab!
Serangan laser susulan secara beruntun, dengan sekejap serangannya telah menumbangkan seluruh pasukan cyborg yang mengepungnya.
Tatapan mata Emma tampak serius. Dia tampak sangat ketakutan bercampur panik saat seluruh pasukan cyborg-nya tergeletak berjatuhan.
“Kurang ajar kau, Miranda!!!” teriak Emma lantang.
Dhuar!
Tembakan ketiga mengarah tepat mengenai dada Miranda.
Huek!
Miranda kembali muntah darah sembari menahan rasa sakit yang luar biasa.
Emma lalu mengarahkan pistolnya tepat di pelipis kepala Miranda.
Tanpa sedikit pun rasa takut, Miranda justru tersenyum sembari memandang wajah Robert Hans.
“Robert Hans, aku harap kau akan menjadi ilmuan yang berguna di masa depan. Aku harap kau juga bisa berteman baik dengan putriku, Zora … uhuk! Uhukk!” pesan Miranda kepada Robert Hans, “Kau masih muda, dan jalanmu masih panjang, kejarlah impianmu, kembangkan keahlianmu, dan jangan pernah kau kembali ke WG untuk melanjutkan mesin waktu yang berbahaya itu.”
Klik!
Miranda lalu menekan tombol merah pada remote-nya, alarm peringatan berbunyi.
Seluruh ruangan berguncang dahsyat.
“Keluarlah Mike!! Bawa Robert Hans keluar dari sini!!” teriak Miranda lantang.
“Tak akan kubiarkan!!” sahut Emma.