Bianca, gadis cantik berusia 26 tahun yang berprofesi sebagai arsitektur, tak pernah menyangka jika fia akan jatuh cinta dan terperangkap dalam pelukan Devan, pria dingin dan arogan yang tak.lain atasannya dikantor. Karena satu sebab, mereka harus menjalani hubungan rahasia selama di kantor. Sifat arogan Devan membuat Bianca hampir menyerah dengan hubungan mereka, namun dia juga menemukan sisi manis dari sifat pria itu.Namun hadirnya orang ketiga membuat Bianca memilih pergi meninggalkan Devan dalam kondisi mengandung anak mereka.Dan Devan yang merasa bersalah pun tak kuasa menahan rindu pada Bianca. Akankah Bianca menerima.kembali kehadiran Devan dalam hidupnya? Atau tetap memilih untuk hidup sendiri bersama putra mereka.
"Bian, loe dah denger nggak kalo di tempat ini akan dibangun apartemen."
Sisil gadis manis berkulit sedikit gelap membuyarkan lamunan lapar Bianca akan ayam bakar taliwang.
"Hmm, denger," sahut Bianca tanpa mengangkat wajah dari ponselnya yang menampilkan pemandangan indah pantai dan gunung di Nusa Tenggara Barat.
"Tapi kamu pasti nggak tahu 'kan , siapa yang berniat meratakan tempat ini. Termasuk kafe bungamu ini," kata Sisil lagi sembari menyerumput es kopi lattenya.
"Emang siapa?"
"Devan, si Red Devil, bos perusahan Shang Yang Corp, mantan tunanganmu itu," Jawaban Sisil berhasil membuat Bian mengangkat kepalanya. Giginya sedikit gemeretak karena rasa marah.
Devan Keano Liu, pria tampan berdarah Tionghoa yang terkenal arogan dan dingin, calon penerus dari sebuah perusahaan multy nasional yang bergerak dibidang design dan proferty.
Ingatan Bianca secara refleks kembali pada kejadian tiga tahun yang lalu, dimana saat dia masih bekerja diperusahaan Shang Yang Corp atas rekomendasi dosen juga seniornya dikampus.
Bianca merupakan sarjana teknik arsitektur dengan nilai IPK rata-rata diatas 3,2 namun diperlakukan seperti kuli bangunan.
Devan yang saat itu berkedudukan sebagai Manager art and building dengan arogannya selalu memberi Bianca tugas melebihi kapasitasnya yang hanya staf. Shang Yang Corp merupakan salah satu perusahaan besar yang menaungi beberapa perusahaan lainnya yang merupakan lingkaran bisnis keluarga.
Kisah cinta diantara dirinya dan pria arogan itulah yang membuat Bianca akhirnya memilih pergi dari kehidupan pria itu , pergi disaat usai pernikahan mereka belum seumur jagung .
Salah paham, trik bisnis yang kejam dan ketidak pastianlah yang membuat mereka memutuskan untuk saling melupakan.
Melupakan ikatan yang sudah mereka jalin dengan janji suci dihadapan Tuhan.
" Kalau kau ingin pergi, Pergilah ! Tapi aku tidak akan pernah menceraikan kamu, walau kamu meminta itu! "
Itulah kata terakhir yang Bianca dengar dari mulut pria tampan bermarga Liu itu.
Pergi membawa rasa sakit yang teramat dalam.
***
Bianca wanita berusia 26 tahun memiliki profesi sebagai Arsitektur lulusan salah satu universitas negeri yang ada di Kota Beijing, China.
Mengadu nasib di kota Jakarta yang tak pernah tidur , dengan mengantongi surat rekomendasi dari dosennya, Bianca pun memberanikan diri memasuki perusahaan multy nasional di bidang property yang dia tahu juga memiliki kantor cabang di kota Shanghai, China.
Bianca tampak terburu-buru berlari kearah pintu lobby salah satu pusat perbelanjaan ternama di kota metropolitan tersebut
Karena keasikan mencari buku tentang pekerjaan yang dia tekuni, gadis itu sampai lupa jika pukul tiga sore nanti ada rapat terkait proyek yang akan dia tangani.
Bianca sedikit tertegun, saat melihat mobil SUV berhenti di depan lobby.
"Wuih keren banget taksi onlinenya. Sekelas Mercy ngojek juga ya," gumam Bianca.
Karena terburu-buru, gadis itu tak memperhatikan plat nomor juga merk mobil di aplikasi transfortasi online yang ada di ponselnya.
Tanpa bertanya, Bianca pun langsung masuk ke mobil yang tengah berhenti tersebut.
"Ayo, Bang! Langsung jalan," pinta Bianca pada pria yang duduk di belakang setir.
"Nona siapa?" tanya pria didepan Bianca bingung.
"Lah saya yang pesan taksi online tadi," jawab Bianca lagi.
"Tapi ini bukan taksi online, Nona! Saya sedang menunggu boss saya."
"Bukan taksi online tapi kenapa berhenti di depan lobby bertepatan dengan saya memberi koordinatnya," ujar Bianca tak mau kalah.
"Suka-suka saya mau berhenti dimana," sahut pria tersebut." Lagi pula mana ada taksi online sekeren ini, Nona tahu kan, ini mobil mahal !"
"Mau mahal atau tidak, disaat membutuhkan pekerjaan, merk apapun bisa digunakan," jawab Bianca.
"Cepat keluar, Nona! Mobil dibelakang yang mungkin taksi online Nona sudah menunggu," cetus pria itu dengan wajah dinginnya.
Bianca sontak nyengir saat sebuah chat masuk dari sopir taksi yang dia pesan.
Tanpa pamit Bianca pun langsung keluar dan berlari kearah mobil di belakang mobil yang sebelumnya dia masuki.
"Gadis aneh! Nggak bisa lihat mobil bagus langsung masuk saja. Pakai alasan taksi online lagi," omel pria berwajah rupawan namun dingin itu.
"Ayo, Dev! Jalan. Mobilmu menghalangi mobil lainnya," perintah seorang wanita berpenampilan elegan yang sudah duduk dikursi belakang.
"Kenapa minta jemput saya. Kemana pak Jaka sopir mama?"
"Pak Jaka lagi mengantar kakek ke Bogor. Sudah jangan ngomel!" sahut wanita yang ternyata ibu dari pria jutek itu.
Pria bernama Dev itu pun lantas menjalankan mobilnya sebelum didemo oleh penggendara lain karena menghalangi jalan.
"Sejak kapan kamu membaca novel, Dev? "
Pria bernama Dev itu lantas menoleh kearah sang mama yang di tangannya terdapat d
Sebuah buku tebal yang terlihat seperti novel.
"Oh mungkin novelnya Jihan, Ma! Semalam dia ikut mobil Dev saat pulang pemotretan," sahut Dev seraya mengambil novel tersebut dari tangan sang mama.
"Bianca Lau, apa ini nama gadis aneh tadi? " gumam Dev saat membaca nama pemilik di halaman belakang novel tersebut.
Dan tanpa sengaja, sebuah id card terjatuh dari dalam novel tersebut.
"Dia karyawan Shang Yang Corp? Divisi Perencanaan dan design. Kok aku nggak pernah lihat?" gumam Dev lagi saat membaca id card di tangannya.
Sementara itu, Bianca tampak berusaha tenang saat berada di dalam taksi yang membawanya ke gedung milik Shang Yang Corp.
"Moga saja aku tidak bertemu pria jutek itu lagi! Mau ditaruh dimana wajahku nanti," keluh Bianca pelan.
Dan saat mobil telah sampai di depan lobby perusahaan property tersebut, Bianca langsung keluar dan berjalan dengan cepat masuk ke lobby bangunan dengan design kaca berwarna biru itu.
"Ya Tuhan! Dimana id cardku? Gawat ini, gimana aku bisa masuk!" jerit Bianca tertahan saat tak menemukan id card miliknya di dalam tas ransel yang dia pakai.
"Kenapa Nona?" tanya seorang petugas keamanan mengagetkan Bianca.
"Emm... An-anu, Pak! Id Card saya tertinggal," jawab Bianca dengan ekspresi menyesal.
"Anda tamu atau karyawan kantor ini?"
"Saya karyawan, Pak! Saya bertugas sebagai wakil kepala divisi perencanaan," jawab Bianca.
"Jika seperti itu, anda harus membuat pernyataan jika anda benar karyawan Shang Yang dan anda harus kembali besok dengan membawa Id Card anda, Nona," ujar sang petugas.
"Tapi saya karyawan sini, Pak! Saya ada rapat jam tiga nanti!" tolak Bianca berusaha untuk merayu petugas yang berjaga di pintu masuk.
"Maaf, Nona! Saya hanya menjalankan peraturan!"
Dengan lemas, Bianca pun berbalik dan berjalan kearah pintu lobby.
Namun suara seorang wanita menghentikan langkahnya.
"Mau kemana? Sebentar lagi kita rapat dengan manager baru," ujar wanita tersebut.
"Saya nggak bisa masuk, Mbak Dyas!"
"Kenapa?"
"Id Card saya tertinggal."
"Haduhh, teledor banget kamu, Bian! Ayo ikut dengan saya," jawab wanita bernama Dyas lantas kembali membawa Bianca ke petugas keamanan.
Setelah bernegosiasi yang lumayan alot, akhirnya atas jaminan Dyas, Bianca bisa masuk area kerjanya di lantai lima.
"Makasih, Mbak Dyas," ucap Bianca tulus.
"Lain jangan di ulang, karena jika sampai tiga kali ketinggalan Id Card akan menerima SP dari atasan."
"Iya, Mbak! Maaf saya teledor," jawab Bianca.
'Haduh, seingatku tadi id card itu ada didalam tas, kok tiba-tiba nggak ada?' tanya Bianca pada diri sendiri.
Gadis itu lantas mendudukkan diri di kubikel tempatnya bekerja dan kembali memeriksa barang belanjaannya tadi."Aku ingat, Id Card aku taruh di novel yang tadi aku baca."
"Ya ampun, novel aku kemana? Apa mungkin terjatuh di taksi tadi?" tanya Bianca panik, lantas langsung menelphone sopir taksi yang mengantarnya tadi.
Namun jawaban yang diterima membuat Bianca semakin panik karena pak sopir taksi online yang dia tumpangi tidak menemukan benda yang dia cari.
"Keruang rapat segera!" Terdengar suara Mas Irham kepala Divisi Perencanaan memberi intruksi pada semua orang yang ada di ruang Perencanaan dan Design tersebut.
"Ayo, Bian! Jangan sampai memberi kesan buruk pada pimpinan yang baru, " ajak Mbak Dyas dengan perutnya yang membuncit enam bulan.
"Pimpinan baru? Lalu Mas Irham mau kemana, Mbak?" tanya Bianca seraya berdiri dan mengambil buku catatan juga ponselnya.
"Dipindah ke kantor cabang Surabaya sebagai manager Design disana," jawab Dyas yang lantas merangkul lengan Bianca.
Bianca hanya mengangguk dan berjalan bersama menuju ruang rapat.
Menempati kursi paling pojok, Bianca memilih untuk menundukkan kepala memikirkan bagaimana cara dia bisa mendapatkan id cardnya kembali.
"Nad, aku nanya dong," bisik Bianca pada Nadia gadis yang duduk di sebelahnya.
"Nanya apa, Mbak?" Gadis berkerudung dan berwajah manis itu pun mendekatkan kepalanya ke Bianca.
"Kalau kehilangan ID Card bagaimana prosedurnya?"
Terlihat kedua mata Nadia membola, dan sedikit terkejut gadis itu pun bertanya,"Apa Id Card punya Mbak Bianca hilang?"
"Aku belum yakin apa hilang atau tertinggal di rumah. Tapi seandainya hilang bagaimana prosedurnya?"
"Harus buat surat kehilangan dari kepolisian Mbak, terus photokopi SK Bekerja dan KTP."
"Oh gitu, oke deh. Kalau gitu aku cari dulu, sapa tahu aja ada di rumah."
"Iya, Mbak! Lebih baik di cari saja dulu. Karena mengurus ID Card baru memakan waktu dua minggu."
Kembali Bianca mengangguk, dan saat suara Irham memperkenalkan tamu yang mereka tunggu, Bianca pun ikut mengangkat kepalanya.
Dan sontak raut terkejut terlihat di wajah gadis itu saat melihat siapa tamu yang di maksud.
'Jadi dia.... ' ucapan Bianca dalam hati belum selesai suara Irham kembali terdengar.
"Perkenalkan Tuan Devan Keano Liu, beliau adalah manager Design dan Perencanaan yang baru."
Dan tatapan dingin pun langsung Bianca dapatkan saat sorot mata bernetra violet itu mengarah padanya.
"Mati aku!" keluh Bianca dalam hati.
****