Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bukan Istri Truth or Dare

Bukan Istri Truth or Dare

Arrastory

5.0
Komentar
181
Penayangan
9
Bab

"Seharusnya kamu bilang dari awal, Mas. Aku bisa jadi partner yang baik untuk membantumu tanpa perlu ada pernikahan sungguhan." Sejak interview lowongan pekerjaan, Rasya telah jatuh pada pesona Fira. Perempuan yang mampu membuatnya bungkan setelah melempar pertanyaan mematikan. Sayangnya, ego Arasya ini sangat tinggi dan membuatnya tak pernah mengakui pada siapapun tentnag perasaannya hingga sang kakak meberikannya tantangan dengan iming-iming penthouse incaran Rasya. "Nikahin perempuan yang masuk UGD itu, kalau rumah tangga lo berjalan lacar selama enam bulan, gue akan kasih penthouse itu cuma-cuma." Awalnya pernikahan Fira dan Rasya berjalan sangat bahagia. Hingga suatu ketika perempuan itu menguping pembicaraan suaminya dengan sang kakak ipar. Hingga dunia rumah tangga yang baru beberapa bulan itu berada di ambang perceraian, walaupun Rasya berusaha memperbaikinya.

Bab 1 Magfirah Adzani Putri

"Terima kasih atas pertanyaan yang telah Bapak berikan. Furniture tentu saja tidak hanya dibutuhkan oleh kalangan yang telah berkeluarga, apabila saya diterima di perusahaan ini, saya akan mengembangkan beberapa inovasi untuk kebutuhan kalangan anak muda yang masih jarang diperhatikan ...."

Senyum Rasya terbit saat mendengar semua pemaparan peserta interview yang sedang melakukan presentasi. Gaya bicara yang menarik, pemikiran kreatif, dan senyum manis yang membuat fokusnya hanya tertuju pada perempuan itu. Kata membosankan beberapa waktu silam seketika sirna, ia justru ingin waktu interview perempuan ini menjadi lebih lama.

Dehaman Rasya setelah perempuan itu melakukan presentasi membuat suasana di Aula BA Furniture menjadi semakin menegangkan. Peserta interview lainnya tak ada yang berhasil membuat CEO dingin itu bergerak, tetapi sekarang justru ikut mengajukan pertanyaan. "Magfirah Adzani Putri?" gumamnya membaca CV perempuan yang berdiri dengan kedua tangan saling bertautan. "Seyakin itu, kah, ide yang Anda sampaikan dapat mendongkrak penjualan produk?"

Magfirah, peserta yang sedang berdiri di depan podium itu mengangguk, senyumnya masih tetap bertahan di wajah, walaupun jatung terus berdetak hebat. "Baik, izinkan saya menjawab dan sedikit menjelaskan ...," ucapnya dengan tenang, "saya amat sangat yakin, dengan menambah terget konumen tentu akan menarik lebih banyak-"

"Bagaimana caranya?" Dengan tatapan dingin Rasya menyela penjelasan Magfirah. Usahanya untuk mengetahui sekuat apa mental perempuan berhijab hitam di depan sana langsung mendapatkan jawaban dari penapilan tenang perempuan itu. "Dari riset perusahaan kami, peminat furniture itu didominasi oleh kalangan yang sudah berkeluarga, untuk orang-orang yang masih hidup sendiri, terutama anak muda yang mayoritas tinggal bersama orang tua itu sangat minim."

Sejujurnya Fira-panggilan kecil Magfirah-sudah ketar-ketir saat melihat tatapan tajam pria yang di mejanya bertuliskan CEO itu. Tetapi, ia tak mau interview kerja pertamnya setelah sekian lama menjadi buruk. Walaupun tidak diterima, minimal harus bagus. "Saya memiliki strategi dan riset dari beberapa anak muda tentang furniture seperti apa yang mereka butuhkan," jawabnya lugas, seakan dunia ada di tangan.

"Strategi seperti apa?"

Lekuk bibir Fira semakin keatas, ia berhasil membuat jebakan untuk pemimpin perusahaan ini. "Saya akan memberi tahu strategi itu setelah menjadi pegawai di BA Furniture," jawabnya dengan yakin. Masih dengan senyuman sopannya, tetapi kali ini ia terlihat seperti sedang menantang.

Rasya sendiri berusaha menahan senyum saat mendengar jawaban dari Fira. Menarik! Ia dapat membayangkan semenarik apa jika berdebat dengan perempuan itu kalau mereka menikah. Bayangan Fira yang mengomel padanya karena anak mereka main kotor-kotoran tiba-tiba saja berputar di otak Rasya. "Sayang sekali, kami memiliki pekerja yang lebih kompeten untuk mencari strategi lain."

Demi Tuhan, Fira tiba-tiba saja menyesal karena menjawab seperti itu. Namun, karena sudah terlanjur yakin tak akan diterima oleh perusahaan besar penyedia furniture ini, membuatnya sekalian saja mebalas perkataan CEO itu. Sudah basah, lebih baik lanjut berenang. "Tidak apa-apa, saya dapat kembangkan strategi saya pada kompetitor perusahaan ini," ucapnya tak mau kalah.

Hati Rasya semakin tertarik pada perempuan itu. "Baik, terima kasih atas jawabannya," tutupnya dan kembali menyerahkan urusan interview itu pada karyawannya. Senyum tipis di bibir CEO itu dengan lancang terbit kala melihat helaan napas Fira yang kembali duduk di kursi peserta dan menonton peserta lainnya.

Dibandingkan jadi karyawan di sini, dia lebih cocok jadi istri dan ibu untuk anak-anakku. Batin dan pikiran Rasya seperti saudah menggila. Pria itu bahkan tak lagi memperhatikan sisa peserta lainnya. Kertas di mejanya saja masih dipimpin oleh daftar riwayat hidup Fira dan tak ada niatan untuk menyingkirkan. Ia tak rela foto perempuan yang tersenyum dengan hijab hitam berlatarkan tembok putih itu tertutup kertas lamaran lain.

---

"Kayaknya gue harus cari perusahaan lain," gumam Fira, tangan kanannya sudah menopang kepala yang terasa berat. Di kafe sebrang gedung BA Furniture Fira menikmati gelisah yang menyerang. Ia sudah yakin tak akan diterima setelah menantang pemimpin perusahaan itu. "Apa gue masukin lamaran ke stasiun tv lagi?"

Kepala Fira langsung terangkat, lalu memggeleng tegas sebagai jawaban dari pertanyaan asal mulutnya. "Nggak! Jangan lagi-lagi lo jadi tim kreatif di TV, lo mau seumur hidup kerja rodi sampe nggak dapet jodoh?" Perempuan itu kembali menyesap coklat panasnya yang telah dingin, lalu kembali menikmati lamunan sembari memaki kesalahan yang telah dilakukannya saat interview yang pertama setelah tiga tahun bekerja di salah satu Stasiun Televisi.

"Fira bodoooh, harusnya tadi lurus-lurus aja. Lagian sok-sokan pake kata strategi! Jelas perusahaan besar itu punya tim riset yang lebih kompeten!" Rengekan perempuan itu kembali muncul, ia bahkan tak lagi menopang kepalanya, membiarkan tempurung otak itu bersandar pada meja dan sesekali membenturkannya. "Bodoh, bodoh, bodoooh!"

Magfirah Adzani Putri, perempuan lulusan S2 Ilmu Komunikasi. Dua bulan lalu ia baru saja mengundurkan diri dari jabatannya sebagai produser beberapa program variety show di stasiun televisi swasta. Sebenarnya alasan Fira resign karena ingin menikah, tetapi karena belum ada pria mapan yang melamarnya, jadi ia kembali mencari pekerjaan. Masih banyak cicilan yang harus dibayar

"Ibuuu ..., Fira mau nikah ajaaa." Benar-benar tidak punya malu, perempuan itu merengek seperti anak kecil. Dengan kepala menelungkup di atas meja dan kedua tangan terlipat, perempuan yang pasmina hitamnya tak serapi tadi pagi itu semakin terlihat seperti anak ilang. "Ini pangeran arab nggak ada yang mau lamar gue apaaa?"

Tanpa Fira sadari, sedari tadi ada pria yang mendengar rengekannya karena posisi duduk yang saling membelakangi. Dia adalah Arasya Nugrah, CEO Bumi Anugerah Furniture yang tidak sengajak melihat Fira saat akan membeli americano. Seakan perempuan itu memiliki magnet yang kuat, niat untuk take away kopi pahit itu berubah seketika. Medan magnetnya tidak salah dan berhasil membuatnya menemukan kutub lain yang sejak pertama bertemu telag menariknya.

Dua sudut bibir Rasya kembali tertarik ke atas, sekarang belum jam makan siang, tetapi wajah tanpa ekspresinya sudah olahraga otot sejak pagi. Mata yang biasanya menajam, kini bahkan membentuk bulan sabit, aura gelap dan dingin khasnya Rasya juga berubah menjadi lebih hangat dan bercahaya.

Astaga ... sebesar itu pengaruh Fira pada Rasya. Hanya mendengar rengekannya saja hati dan pikiran Rasya seketika menggila. Ia bahkan ingin serakah karena penasaran dengan ekspresi perempuan itu. Dari suara perempuan yang sedikit tinggi dan mendayu saja sudah terdengar menggemaskan di telinga Rasya, apalagi kalau ditambah dengan ekspresi yang sudah pasti lucu itu. Argggh! Rasya pasti semakin menggila dan akan langsung mencari info nikah ke KUA.

Selamat untuk Magfirah Adzana Putri, kamu berhasil melelehkan gunug es yang tinggi.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku