Bukan Istri Pajangan

Bukan Istri Pajangan

EeMaa

5.0
Komentar
3.5K
Penayangan
101
Bab

21+ Riana harus menelan pil pahit dalam hidupnya. Mahkota berharganya harus hilang karena perbuatan Danis anak dari dosennya. Meninggalkan kota kelahiran, berharap mendapatkan ketenangan. Namun, sebuah kabar mengejutkan yang dia dapatkan. Danis bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya dengan Riana. Sebuah pertanggung jawaban dan pernikahan Danis berikan. Namun, Riana tidak pernah mendapatkan nafkah batin yang membuatnya seperti istri yang tidak pernah dianggap. Sebuah fakta mengejutkan Riana, melihat Danis dengan mantan kekasihnya yang sedang hamil besar. Kekecewaan berkali-kali Riana rasakan. Akankah Riana mempertahankan pernikahannya demi ssang anak? Atau merelakan Danis kembali dengan mantan kekasihnya?

Bab 1 MIMPI BURUK

Ting tong. Ting tong. Ting tong.

Suara bel pintu mengganggu tidur lelap Riana. Mengerjapkan mata, mengumpulkan kesadaran penuhnya. Dilihatnya jam dinding yang menunjukan pukul setengah satu malam.

"Siapa yang bertamu tengah malam," gumamnya merasa heran dengan suara bel di tengah malam.

Ting tong, ting tong.

Suara bel rumah berulang menganggu pendengaran bagi orang yang sedang beristirahat. Untungnya keadaan rumah sepi. Pak Salman, Bu Ami dan Maira sedang melakukan kunjungan ke Yogyakarta untuk kepentingan dinas kampusnya. Riana bangkit, dengan malas berjalan membuka pintu rumah melihat siapa gerangan yang bertamu di tengah malam. Hampir sebulan lamanya, Riana menggantikan pekerjaan Mbak Pur.

"Iya, Sebentar!" teriaknya dari dalam rumah, yang sudah mendekat pada pintu Utama.

Memegang handle pintu dengan memutar kunci pintu. Terlihat seseorang yang sedang terduduk di lantai, di pinggir tembok sebelah kanan pintu utama. Danis Anggara putra sulung dari Salman Anggara dan Ami Rosmawita Terlihat sangat kacau keadaannya. Danis terduduk memejamkan mata belum menyadari kedatangan Riana yang sudah membukakan pintu untuknya.

"Mas Danis! Maaf. Saya kira Mas Danis ikut Ibu dan Bapak ke Jogja?" Tanyanya yang tidak mendapatkan tanggapan dari Danis.

Hanya tatapan mata tajam yang Danis berika. Berdiri untuk masuk ke dalam rumahnya. Riana heran dengan keadaan Danis yang kacau. Tercium aroma alkohol yang menyeruak.

"Ih, kenapa itu orang tumben keadaannya kacau begitu. Sedang banyak masalah, mungkin." Riana bergumam pada dirinya sendiri.

Riana menutup pintu rumah kembali dan mengikuti Danis yang sudah menghilang dari ruang depan. Dilihatnya Danis yang duduk di sofa dengan memejamkan mata.

"Mas Danis, saya buatkan teh hangat sebentar, ya!" ucapnya kemudian beranjak ke dapur.

Sebuah cengkraman tangan sangat erat dirasakan Riana dipergelangan tangannya. Menelisik pada cengkeraman tangan yang memegang, melihat pada sang pemilik. Sorot mata yang memerah akibat pengaruh minuman keras terlihat jelas pada pemilik sang pemilik mata elang.

"Mas," ucapnya penuh khawatir dan katakutan.

Danis berdiri, memandang dengan pancaran mata yang tidak dapat diartikan. Dengan masih menahan cengkraman tangannya pada Riana. Danis melangkah untuk mendekat pada Riana.

Riana berjalan mundur merasakan aura yang mencekam atas tatapan Danis padanya. Riana yang

berusaha melepaskan cengkeraman Danis yang semakin erat dirasakannya.

Danis menarik kasar Riana ke atas sofa. Tanpa Riana sadari, Danis sudah berada di atasnya. Riana semakin ketakutan dengan apa yang akan dilakukan Danis padanya.

"Mas Danis mau apa?" tanyanya dengan dipenuhi rasa ketakutan. Danis tidak memberikan respon apapun pada Riana karena telah dipenuhi nafsu.

"Mas, tolong. Lepaskan saya," pintanya memohon yang tetap diabaikan oleh Danis.

Dengan kasar Danis menyambar paksa bibir Riana. Lum***n kasar Riana rasakan dengan berusaha melakukan perlawanan. Riana berusaha mendorong tubuh Danis yang dengan beringas melakukan cumb**annya. Perlawan yang Riana lakukan membuat Danis semakin mengeratkan cengkeraman tangan yang mengunci kedua tangan Riana di atas kepala.

Tangan Danis mulai menjelajah tubuhnya. Menariik dengan paksa baju tidur yang dikenakannya. Pancaran api gairah dan kemarahan terlihat dimatanya.

"Tolong! Tolong!" teriak Riana berusaha meminta tolong.

"Mas! Lepaskan saya!" berusaha memminta tolong, meski sadar tidak aka nada seseorang yang akan mendengarnya.

Danis tidak memperdulikan teriakan yang dilakukan oleh Riana. air mata yang mengalir tidak dihiraukan oleh Danis.

"Mas! Tolong! Jangan lakukan ini, lepaskan saya," ucapnya terengah setelah pagutan yang Danis lakukan terlepas.

Danis tidak menghiraukan dengan melancarkan segala aksinya. Riana yang sudah terkunci tidak bisa melakukan perlawanan. Danis mendorong tubuhnya pada Riana dengan kasar yang membuatnya kesakitan. Tatapan mata Riana menjadi sayu dan kosong dengan apa yang dialaminya.

Di ruang tengah keluarga Pak Salman menjadi saksi bisu Riana dan Danis melakukan sebuah kessalahan. Kesalahan dosa besar yyang tidak akan pernah dapat untuk dibenarkan. Riana berusaha memunguti pakaian yang sudah terkoyak, bangkit dan meninggalkan Danis yang tergeletak lemas di sofa.

Masih dengan menahan sakitnya, berjalan terseok-seok menggunakan apapun yang dapat menjadi tumpuan pegangannya. Mengunci dirinya di kamar menumpahkan segala tangisnya. Air mata yang tidak henti-hentinya keluar dari sudut mata menjadi saksi penderitaan yang dialaminya malam ini. Pikiran yang kosong dengan masih mencerna kejadian yang dialaminya.

Lelah menangis membuat diri Riana tertidur dalam kepedihan. Suara alarm panggilan adzan membangunkan Riana yang baru beberapa jam terlelap dalam mimpi buruknya. Riana mencoba mengerjapkan mata untuk mengembalikan sepenuhnya kesadaran pada dirinya. Mengambi ponsel di atas nakas.

Bangkit dari atas tempat tidurnya, menuju kamar mandi menggosok seluruh badannya berharap supaya bersih dari sisa-sisa dosa yang telah dilakukan Danis semalam pada dirinya. Riana keluar dari dalam kamarnya untuk segera menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Riana menumpahkan segala keluh kesah yang dirasakannya. Berharap mendapatkan ketenangan setelah mengadukan segala permasalahan pada Sang Pemilik kehidupan.

Tok. Tok.tok.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Riana dari munajatnya. Riana menoleh, mencoba mencari melebarkan pendengarannya. Riana mencari tahu siapa yang mengetuk pintu kamarnya.

"Riana! Buka pintunya, ini Mbak Pur." Suara yang terdengar dari balik pintu memberitahukan sang pengetuk yang sangat dikenalnya.

"Iya, Mbak. Sebentar!" sahut Riana dari dalam kamar supaya Mbak Pur lebih bersabar.

Riana bangkit dari duduknya. Merapikan mukena yang dipakai dan mengembalikannya ke tempat semula. Berjalan menuju pintu kamar untuk membukakan pintu yang diketuk oleh Mbak Pur sebelumnya.Riana melihat seseorang yang sangat dikenalnya. Riana mencoba tersenyum pada Mbak Pur yang sedang menelisik dirinya.

"Kamu kenapa Ri? Kamu habis nangis?" Tanya Mbak Pur yang melihat bengkak pada mata Riana.

Riana tersenyum. "Tidak apa, Mbak. Riana hanya kangen saja sama bapak dan ibu. Riana baru selesai mendo'akan mereka," bohongnya, berharrap Mbak Pur tidak curiga pada dirinya.

"Oh, ya udah. Jangan sedih, yang terpenting kamu selalu mendo'akan mereka. Karena, do'a anak sholeh dan sholehah yang bisa menjadi penerangnya di sana."

"Iya, Mbak. Terima kasih, nasehatnya."

"Mbak kapan sampai?" tanyanya heran melihat Mbak Pur yang sudah ada di rumah ini.

"Aku baru saja sampai. Alhamdulillah perjalanan lumayan lancar. Jadi, Mbak bisa lebih cepat sampainya. Kebetulann Mbak bawa kunci rumah, jadi tidak perlu mengganggu waktu istirahat kamu."

"Alhamdulillah ya, Mbak. Sampai dengan selamat," ucap Riana senang mmelihat Mbak Pur datang dengan selamat.

"Ibu belum sampai ya, Ri?"

"Belum, Mbak. Kemarin bilangnya sih, pagi ini sudah sampai lagi ke Bandung."

"Mas Danis ada di rumah?"

Seketika Riana menegang mendengar pertanyaan dari Mbak Pur. Riana segera mengatur detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak kencang tak beraturan.

"Ada, Mbak. Masih tidur sepertinya," Kayla mencoba menetralkan emosi dalam diri, supaya Mbak Pur tidak menaruh curiga pada dirinya.

"Ya sudah, Mbak ke kamar sebentar ya. Nanti kita buat sarapan bareng," ucap Mbak pur yang kemudian berlalu setelah mendapat anggukan dari Riana.

Riana mencoba menahan perih di bagian bawah tubuhnya. Berharap tidak menimbulkan curiga pada Mbak Pur. Hidup harus tetap berjalan, berfikir untuk meminta pertanggung jawaban. Apakah mungkin, orang tidak akan percaya begitu saja dengan kejadian yang sudah dialaminya. Status sosial yang sangat berbeda mengecilkan niat untuk menuntut adanya sebuah pertanggung jawaban dari Danis.

"Aku harus kuat, tidak boleh lemah. Aku tidak ingin orang lain berpandangan rendah terhadap diriku. Aku harus bisa melewati semua ini dengan baik." Riana membisikkan kalimat penyemangat pada dirinya sendiri untuk terus bisa berdiri dan kuat dengan segala apa yang telah di hadapinya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

My Doctor genius Wife

My Doctor genius Wife

Amoorra
4.8

Setelah menghabiskan malam dengan orang asing, Bella hamil. Dia tidak tahu siapa ayah dari anak itu hingga akhirnya dia melahirkan bayi dalam keadaan meninggal Di bawah intrik ibu dan saudara perempuannya, Bella dikirim ke rumah sakit jiwa. Lima tahun kemudian, adik perempuannya akan menikah dengan Tuan Muda dari keluarga terkenal dikota itu. Rumor yang beredar Pada hari dia lahir, dokter mendiagnosisnya bahwa dia tidak akan hidup lebih dari dua puluh tahun. Ibunya tidak tahan melihat Adiknya menikah dengan orang seperti itu dan memikirkan Bella, yang masih dikurung di rumah sakit jiwa. Dalam semalam, Bella dibawa keluar dari rumah sakit untuk menggantikan Shella dalam pernikahannya. Saat itu, skema melawannya hanya berhasil karena kombinasi faktor yang aneh, menyebabkan dia menderita. Dia akan kembali pada mereka semua! Semua orang mengira bahwa tindakannya berasal dari mentalitas pecundang dan penyakit mental yang dia derita, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa pernikahan ini akan menjadi pijakan yang kuat untuknya seperti Mars yang menabrak Bumi! Memanfaatkan keterampilannya yang brilian dalam bidang seni pengobatan, Bella Setiap orang yang menghinanya memakan kata-kata mereka sendiri. Dalam sekejap mata, identitasnya mengejutkan dunia saat masing-masing dari mereka terungkap. Ternyata dia cukup berharga untuk menyaingi suatu negara! "Jangan Berharap aku akan menceraikanmu" Axelthon merobek surat perjanjian yang diberikan Bella malam itu. "Tenang Suamiku, Aku masih menyimpan Salinan nya" Diterbitkan di platform lain juga dengan judul berbeda.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku