Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Janda Tapi Perawan

Janda Tapi Perawan

MHoiriyah

5.0
Komentar
1.7K
Penayangan
4
Bab

Hanum Jamilah adalah kembang desa yang sudah menyandang status janda sejak belia. Kenyataan hidup yang pahit menjadikan dia kuat dan terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Dan, keterpurukan ekonomi membuat Hanum harus pergi ke kota untuk menjadi asisten rumah tangga. Di saat Hanum mulai hidup layak di kota, ia dihadapkan oleh pilihan sulit. Jatuh cinta dengan cucu majikan sendiri yang notabene adalah miliarder nomor satu di Turki. Sedangkan status sosial dan juga mantan suami yang mulai mengusik kisah asmaranya yang terpendam! Apakah cinta Hanum si janda kembang akan terbalas? Apakah Hanum juga bisa lepas dari bayang-bayang si mantan suami yang sudah berusia senja tersebut? Saksikan kisahnya di sini!!!

Bab 1 Setuju Menikah

Hanum Jamilah adalah gadis desa yang terkenal dengan wanita si hitam manis. Kulit yang sawo matang membuatnya terlihat kusam seperti para gadis-gadis desa pada umumnya. Namun, wajah dan bentuk tubuhnya seakan membuat kulit kusam itu hilang diterpa kilatan mata para pria yang memandang kelebihan wajah Hanum. Bagi mereka, Hanum memiliki nilai sempurna di mata para pria dan tak memandang batas usia.

Para laki-laki yang tinggal di sekitar Hanum, sering menggodanya dengan sebuah kata-kata serta rayuan ala orang kampung. Mereka biasanya bersiul genit serta dibumbui dengan ucapan yang menggandung godaan. Laki-laki mana yang tidak tergoda kepada Hanum yang saat itu bisa disebut sebagai bunga desa di kampungnya!

Bentuk tubuh sempurna, wajah yang memiliki mata bulat dihiasi oleh bulu mata yang lentik bak model yang sedang memakai bulu mata pasangan. Hidungnya kecil tapi bangir, bibirnya seksi dengan bagian bawah agak tebal dan membetuk sebuah cekung di tengahnya, mirip dengan belahan. Dan yang paling membuat dia semakin menarik adalah, lesung pipit yang terlihat jelas di kedua pipinya saat dia tersenyum, dan Hanum sering disebut mirip dengan Pretty Shinta, artis India yang naik daun pada masanya. Kekurangan Hanum hanya pada kulit tubuh yang sedikit gelap dan tak terawat.

Hanum sering menjadi bahan omongan ibu-ibu tetangga yang ketakutan jika suaminya kecantol pada bunga desa tersebut. Bahkan tak sedikit dari mereka yang dengan jelas-jelas melabrak ibu Hamum agar anaknya tidak berkeliaran di luar rumah. Padahal, suami mereka saja yang ganjen. Tidak bisa melihat daun muda.

Karena tidak ingin terus-menerus mendapatkan gunjingan dari para tetangga di sekitarnya, Harun dan Marni selaku orang tua dari Hanum memutuskan, untuk menerima pinangan juragan sapi di kampung mereka.

Meskipun pria paruh baya itu mengetahui, bahwa anaknya tidak menyetujui pertunangan tersebut, Harun serta Marni mau tidak mau harus menikahkan anak sulungnya itu dengan Sujono. Karena mengingat, utang yang mereka miliki kepada juragan sapi itu sangatlah banyak. Belum lagi omongan para tetangga yang terus mendesak agar putrinya itu segera memiliki suami.

Alasan utama yang Harun serta Marni pertimbangkan adalah, bisik-bisik tetangga yang sering menganggap Hanum sebagai gadis penggoda suami mereka. Padahal, suami-suami merekalah yang genit dan sering menggoda Hanum.

Bagi Harun, hidup di kampung memang harus kuat mental, karena bukan kita yang bisa menilai sikap baik kita sendiri, meskipun kita sudah merasa menjadi orang baik. Tapi mereka yang tidak suka selalu mencari celah keburukan kita, daripada kebaikan kita.

Harun sudah berulangkali menasehati dan memberi pengertian kepada Marni agar tidak gegabah menanggapi para mulut tetangga, yang sering membuat istrinya itu menangis karena sakit hati terkena korban perasaan, dengan kata-kata yang selalu menganggap anak perempuan mereka sebagai bahan gosib dan gunjingan disetiap harinya.

Apa salah Hanum? Apa wajah yang mereka anggap memiliki kelebihan itu telah membutakan pikiran mereka. Sehingga anak gadisnya yang baru lulus Madrasah Aliyah itu menjadi sasarannya. Ingin sekali Marni melabrak dan membungkam mulut tetangga-tetangganya karena sifat emosi yang suka tersulut itu kerap kali muncul secara tiba-tiba jika mendengar anaknya dipergunjingkan.

Harun adalah orang yang penyabar, jujur, dan lembut penuh kasih sayang, cenderung pendiam. Tapi Marni? Wanita hebat itu lebih mengandalkan mulut daripada megendalikan hatinya. Ya, meskipun Marni hanya mengomel di dalam rumah dan tidak pernah benar-benar melabrak para ibu-ibu di luar sana yang julid terhadap Hanum.

Meskipun banyak para tetangga yang tidak suka dengan keluarga Harun, lebih tepatnya kepada Hanum. Tapi, masih ada beberapa orang yang merasa kasihan dan tulus serta mengangangap keluarga Harun adalah orang yang jujur dan memperlakukannya dengan baik.

Sujono adalah pria tua yang berusia 50 tahun. Dia sudah sering kawin cerai berulangkali karena merasa berkuasa dengan uang yang ia miliki. Tidak ada perempuan yang betah ada di sampingnya karena setiap menjadi istri Sujono, pria itu sering bermain wanita lain. Dan semua wanita-wanita itu pun memilih pergi.

Menyandang predikat duda paling kaya serta terkenal dengan sifat buaya darat membuat Hanum semakin takut untuk jadi istri dari juragan tersebut. Namun, Hanum dididik dengan agama yang kuat membuatnya tak berdaya untuk menolak permintaan orang tuanya. Dan itu adalah bentuk bakti baiknya kepada, ibu serta bapaknya.

Dengan sangat terpakasa, Hanum harus menyetujui pernikahannya dengan si juragan sapi. Apalagi, Sujono dengan sangat meyakinkan mengatakan di depan kedua orangtuanya, untuk menjadikan dirinya sebagai istri untuk selamanya.

Harun yang sebenarnya tidak tega dengan sang putri, karena merasa sangat dilema. Di satu sisi, Harun merasa susah tidak mampu dwngan utang yang terus ditagih oleh Sujono sebagai senjata. Di sisi lain, sang istri sudah menyetujui perjodohan itu karena terdesak oleh mulut-mulut tetangga yang membuat telinga semakin panas.

Marni sangat ingin mempercepat pernikahan itu, agar sang putri tidak menjadi bahan omongan, dan bebas dari tuduhan ibu-ibu yang menilai secara sepihak, serta menyimpulkan sendiri akan asumsi mereka adalah yang maha benar. Padahal, semuanya salah besar!

Bagaimana mungkin putrinya yang sangat polos itu bisa menggoda laki-laki, apalagi bapak-bapak yang sudah bau tanah dan sebentar lagi menuju ajal. Sungguh, Marni sangat gatal untuk meluapkan semua kesalahan dan rasa jengkelnya. Tapi, buat apa? Yang ada malah akan menimbulkan banyak masalah baru.

Kesabaran yang diajarkan Harun kepadanya ternyata mampu meredam semua sikap yang suka sekali emosi jika terpancing oleh keadaan sekitar, atau sesuatu yang menyangkut ketenangan keluarganya. Tapi, meskipun Marni punya jiwa yang suka emosian, tapi rasa kasih sayangnya kepada keluarganya sangatlah besar, dan semua kemarahan hanya ia simpan di dada dan mulut saja. Mungkin, dengan Hanum menikah, mulut mereka akan terbungkam.

Dua sifat yang berbeda menjadi satu dalam sebuah hubungan pernikaha, itu membuat Harun dan Marni saling melengkapi. Dan karakter itu yang selama ini yang ditanamkan Hanum dalam dirinya. Hanum yang memiliki sifat yang lemah lembut, tidak tegaan, penyabar dan sangat jujur.

Sifat positif Hanum di atas ia dapatkan dari sang bapak yang memang memiliki sifat tersebut. Dan sifat penyayang dan kuat ia dapatkan dari sang ibu yang tidak pernah menyerah dengan sulitnya kehidupan, untuk membesarkan dirinya serta sang adik- Gani, adik laki-lakinya yang masih berumur 15 tahun.

Akhirnya pernikahan yang besar-besaran itu dilangsungkan di kampung Hanum. Sebuah desa kecil yang sangat jauh dari perkotaan. Bahkan, hanya untuk menuju kota di kabupaten itu saja harus memerlukan waktu berjam-jam.

Sujono tidak segan-segan menggelontorkan semua uangnya karena merasa bangga akan dirinya yang mampu memperistri Hanum sebagai pendamping hidup yang ke sekian kalinya.

Sedangkan Hanum yang saat ini hanya bisa menangis di kursi pelaminan karena sudah sah menjadi istri Sujono. Juragan sapi yang terkenal dengan sifatnya yang tidak baik.

Hanum semakin menangis sesenggukan, manakala Sujono yang sejak tadi tidak mau melepas genggamannya pada tangan kanannya, dan secara berulang kali menciumi tangan tersebut dengan penuh bangga dan kemesuman. Seakan senyum itu menunjukkan bahwa sebentar lagi dia tidak akan membiarkan Hanum lepas dari kendalinya.

Setelah ijab kabul, Harun dan Marni memang sengaja tidak berbaur dengan semua tamu dan orang terdekat Sujono, yang saat ini sudah menjadi menantunya. Mereka berdua pergi menjauh dan tidak berani mendekat karena tidak kuat melihat kesedihan putrinya. Kedua orang tua itu hanya bisa berharap Sujono menepati janjinya untuk menjadikn Hanum istri satu-satunya.

Marni meneteskan air mata, bersandar pada dada sang suami yang sudah terlihat sangat tua seperti halnya dirinya. Suaminya itu hanya diam, namun matanya tersirat sebuah rasa yang jauh lebih terluka dari dirinya, namun berusaha ia redam untuk menguatkan anak serta sang istri.

"Pak, opo iki wes bener? Aku ora tego ndelok Hanum, Pak!" (Pak, apa ini sudah benar? Aku tidak tega melihat Anum, Pak!" ungkap Marni dengan logat Jawanya yang kental.

"Ojo mikir seng aneh-aneh, Buk, opo maneh sampek metu dadi omongan. Opo seng metu teko mulute wong tuwo wedok iku adalah doa. Dadi ngomongo seng apik-apik wae yo. Dungakno Hanum seneng karo Sujono. Tapi, nek ancene Sujono due niat elek karo Hanum, mandar mugo Gusti Allah ngeke'i dalan seng liyo karo Hanum, supoyo urep seneng," ujar Harun. (Jangan berpikir yang aneh-aneh, Bu, apalagi sampai mengeluarkan kata-kata. Apa yang keluar dari mulut seorang orang tua perempuan itu adalah doa. Jadi berucap lah yang baik-baik saja, ya. Doakan Hanum bahagia sama Sujono. Tapi, kalau Sujono memang punya niat jelek sama Hanum, semoga saja Tuhan memberikan jalan lain untuk Hanum hidup bahagia).

Harun berusaha menenangkan sang istri yang terus sesenggukan di dadanya. Harun juga mengabaikan para tamu yang menatapnya dengan penuh tanda tanya. Bukannya bahagia, kok malah menangis. Mungkin itulah yang ada di pikiran semua orang yang menilai Harun dan Marni, karena telah menjadi mertua dari juragan sapi yang kaya raya serta banyak.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku