Pesta kelulusan Aleandra pada akhirnya menjadi pesta perpisahan karena sejak saat itu, dia meninggalkan tanah kelahirannya dengan perasaan tertekan sehingga membuatnya ingin bunuh diri. Ketika kembali, Aleandra membawa sepasang anak kecil dari hubungan satu malamnya dengan pria asing dan memalsukan identitas mereka untuk mengelabui semua orang. Bahkan, Austin Lancaster-pria asing yang menjadi saingan perusahaan keluarga Aleandra, juga tidak tahu romansa satu malam mereka menghasilkan dua permata yang begitu menggemaskan dan berharga. Saat Austin mengetahui segelanya, Aleandra sudah pergi jauh bersama kedua anak-anaknya dan meninggalkan penyesalan yang begitu dalam bagi pria itu.
Untuk merayakan kelulusannya, Aleandra Scott mengundang teman-temannya untuk berpesta di klub malam yang menawarkan malam gemerlap kelas dunia, bahkan sering dikunjungi oleh selebriti internasional.
"Aleandra, kamu sangat cantik." Tidak bisa dipastikan apakah kata-kata itu benar-benar pujian atau hanya kata-kata yang sengaja diucapkan untuk menjilat Aleandra Scott-satu-satunya putri pemilik real estate terkemuka South City.
Terlepas dari pujaan atau bukan, Aleandra Scott benar-benar cantik. Apalagi saat mengenakan gaun malam berwarna putih yang memperlihatkan leher panjang dan tulang selangkanya, dia terlihat seperti pengantin yang sangat cantik dan anggun.
Bahkan, kecantikan Aleandra berhasil membuat beberapa wanita iri. Terutama para wanita yang pasangannya melirik Aleandra dengan tatapan terpesona.
"Terima kasih, kamu juga sangat cantik." Aleandra dengan tulus membalas pujian salah satu temannya yang diundang ke pestanya.
"Baiklah, mari kita rayakan kelulusan kita." Aleandra langsung membuka pesta tanpa basa-basi lagi.
Gadis itu mengangkat gelas jus jeruknya untuk mengundang teman-temannya bersulang. Namun, suara seorang wanita mengalihkan perhatiannya dan juga teman-temannya sehingga mereka tidak bersulang.
Apa kalian akan memulai pesta tanpaku?" Seorang gadis mengenakan gaun merah menyala berjalan menuju Aleandra dengan gerakan anggun.
"Aileen, kupikir kamu tidak akan datang." Aleandra menyambut kedatangan Aileen Lelga yang terlambat dengan senyum hangat.
"Bagaimana mungkin aku tidak datang, pesta ini akan menjadi pertemuan terakhir kita." Senyum misterius tersungging di wajah cantik Aileen, kata-kata yang diucapkannya juga mengandung makna yang dalam.
Namun, tidak ada yang benar-benar memikirkan kata-kata Aileen karena pada dasarnya pesta malam itu akan menjadi pertemuan terakhir mereka.
Setelah malam berlalu, mereka semua akan sibuk mempersiapkan masa depan masing-masing. Jadi, belum tentu mereka akan bertemu lagi.
"Belum tentu, aku pasti akan sering bertemu Aleandra." Masih ada satu gadis yang tidak bisa menerima begitu saja ucapan Aileen. Dia adalah Cheirlyn Quinto, sahabat baik Aleandra.
Tidak mungkin Cheirlyn membiarkan malam itu menjadi pertemuan terakhirnya dengan Aleandra karena dia sudah berjanji akan mengikuti ke mana pun sahabatnya itu melanjutkan studinya.
"Apa pun yang kau katakan, aku yakin kau tidak akan melihatnya untuk waktu yang lama," kata Aileen acuh tak acuh.
Tidak hanya Cheirlyn yang tidak senang mendengar ucapan Aileen, tetapi Aleandra juga. Namun, gadis itu tidak ingin menganggap serius kata-kata Aileen, yang sepertinya sengaja memprovokasi hubungannya dengan Cheirlyn.
Lagipula, semua orang yang hadir di pesta juga sudah sangat mengerti dengan watak Aileen dan mereka hanya mencoba mengabaikannya saja.
Saat melihat kemarahan di mata sahabatnya, Aleandra lebih dulu membuka suaranya untuk menghindari perang verbal yang mungkin terjadi antara Cheirlyn dan Aileen. "Meskipun kita semua berpisah, aku harap kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti."
"Kami juga berharap begitu." Suara beberapa gadis menyambut perkataan Aleandra dengan hangat, mereka mulai bersulang.
"Oh ya, Aleandra, aku baru saja selesai syuting untuk menjadi pemeran utama wanita dalam sebuah drama, kamu harus menontonnya setelah drama itu dirilis." Aileen berniat pamer, tidak hanya kepada Aleandra, tetapi juga kepada semua teman sekelasnya.
Bahkan, sebelum datang dan berkumpul bersama teman-temannya, Aileen memang berniat pamer.
Itu sebabnya, Aileen sengaja datang terlambat. Dia mengenakan gaun hitam kekurangan bahan yang sangat mencolok dipadukan dengan dompet tangan dan high-heels yang membuatnya terlihat begitu seksi.
Aileen ingin menjadi pusat perhatian dan berharap salah satu temannya akan menanyakan alasan keterlambatannya sehingga dia bisa mulai pamer.
Namun, tidak satupun dari mereka yang merasa penasaran dan bertanya sehingga Aileen harus berinisiatif untuk memamerkan apa yang baru saja dia capai.
"Wow benarkah? Congratulations to you," ucap Aleandra. Gadis itu sangat tulus mengucapkan selamat kepada Aileen yang berhasil meraih mimpinya tepat di hari kelulusannya.
Siapa pun tahu, Aileen memiliki mimpi menjadi artis karena ke mana pun pergi, dia akan menyebutkan mimpinya itu.
"Tentu saja benar," jawab Aileen dengan sikap angkuhnya. "Jika kamu ingin bermain di drama sepertiku, aku akan membantumu." Gadis itu bahkan menawarkan kebaikannya kepada Aleandra yang sama sekali tidak tertarik dengan dunia hiburan.
Tidak pernah terlintas di benak Aleandra walau secuil saja untuk terjun ke dunia hiburan, baik itu menjadi artis maupun model.
"Namun, kamu mungkin tidak akan mendapatkan peran utama." kata Aileen lagi dengan nada penyesalan, tetapi raut wajahnya jelas terlihat simpatik dan mengejek seolah-olah Aleandra tidak akan mampu bersaing dengan bakat dan kemampuannya.
Cheirlyn tidak senang mendengar kata-kata Aileen dan seperti biasa gadis itu akan menjadi orang yang akan berdiri di garis terdepan untuk membela sahabatnya. "Jika Aleandra mengikuti audisi untuk sebuah peran dalam sebuah drama, kau tidak akan terpilih. Kau jelas bukan saingan baginya dan sutradara juga tahu siapa yang lebih layak!"
Aileen dengan marah menjawab kata-kata Cheirlyn. "Kenapa kau berbicara sinis padaku? Aku hanya bermaksud baik pada Aleandra!" Wajah Aileen berubah muram saat dia menatap Cheirlyn sambil berkata, "Lagipula, tidak semua orang bisa hidup nyaman sepertimu yang hanya bisa menadahkan tangan kepada orang tuamu untuk meminta uang."
"Apa yang salah dengan itu? Aku kaya, jadi suka-suka aku mau menadahkan tanganku atau apa pun kepada orang tuaku. Kamu tidak mampu, itu sebabnya kamu berkata seperti itu." Cheirlyn tentu tidak mau kalah dari Aileen.
"Ayolah, tidak perlu berdebat lagi." Aleandra memegang tangan Cheirlyn, menatapnya penuh arti agar sahabatnya itu tidak melayani Aileen lagi atau acara mereka akan hancur. "Apakah kalian tidak lelah berkelahi sepanjang waktu dari sekolah hingga kelulusan?"
Begitu saja, Cheirlyn melepaskan amarahnya pada Aileen karena bujukan Aleandra.
Lagi pula, Cheirlyn sudah lelah bertengkar dengan Aileen hampir sepanjang waktu, tetapi gadis itu selalu membuat masalah dengannya sehingga dia tidak bisa menahan diri.
"Itu benar, kalian jangan berkelahi lagi atau nona muda dari Cartland Estate tidak akan senang." Saat dia berbicara, Emily melingkarkan lengannya di bahu Aleandra untuk mencairkan suasana.
"Oho, kamu sengaja melebih-lebihkan," jawab Aleandra dengan tawa kecil yang menunjukkan lekukan kecil di pipinya.
Terlihat sangat cantik dan menawan.
Mereka kembali menikmati pesta dengan meminum minuman masing-masing, tetapi Aileen tidak puas hati dan kembali bertingkah.
"Tunggu, apa yang kalian minum?" Aileen melihat satu per satu gelas milik teman-teman sekelasnya dan kemudian menyadari bahwa mereka semua minum jus dengan rasa yang berbeda. "Kenapa kalian minum jus? Bukankah kita seharusnya minum alkohol untuk merayakan kesuksesan dan juga perpisahan kita?"
"Jika kau tidak suka jus dan ingin alkohol, ambil sendiri," cemberut Cheirlyn. "Lakukan apa pun yang kau suka!" tambahnya lagi.
Aileen tidak senang, tetapi dia tidak berniat berdebat dengan Cheirlyn seperti biasanya. Karena seperti yang dikatakan Aleandra, dia lelah berdebat tanpa akhir dengan Cheirlyn.
Apalagi, dalam perdebatan mereka tidak bisa ditentukan siapa yang menang dan kalah. Selalunya seri.
Aileen memilih untuk pergi ke bar untuk menyenangkan dirinya sendiri dengan apa pun yang dia inginkan.
Dan tanpa disadari oleh semua gadis yang sedang berpesta, dari kejauhan ada seorang pria yang menatap Aleandra dengan tatapan mendamba.
Dia sangat terpesona melihat kecantikan Aleandra sehingga tidak ingin berkedip, ditambah lagi penampilan gadis itu yang cukup menggoda.
Rasa memiliki juga terlintas di benak pria itu.