Rasya putus kuliah lantaran tak ada biaya. Lebih lagi sang Ayah meninggal dengan menitipkan segala hutang yang ada. Atas saran sang bibi, dia pergi ke negeri ginseng untuk mencari sebuah pekerjaan. Tak masalah untuknya mendapatkan pekerjaan apa saja walaupun menjadi pembantu rumah tangga tak ada dalam list-nya. Segalanya sangat lancar untuk Rasya, bos yang sangat ramah dan berasal dari negaranya sudah cukup sangat membantu. Masalahnya, kenapa bos-nya harus memiliki anak yang berkepribadian bunglon begini?! "Awas kau Lee Soo, aku akan membunuhmu!" "Cih, gadis yang bahkan masih di bawah umur sepertimu bukannya membunuhku yang ada akan jatuh cinta padaku, camkan itu, bodoh!" Keduanya seperti tom and Jerry saat pertama berjumpa. Namun, siapa yang menyangka bahwa takdir dan kisah masa lalu bisa mempengaruhi kisah manis itu?
Jalanan yang cukup lengang. Namun, jadwal yang dimiliknya tak ada kata 'senggang'. Laki-laki yang baru saja debut tahun lalu itu mendesah kala menatap rumahnya yang menjulang tinggi.
"Setidaknya aku bisa membeli ini dengan uangku sendiri," kekeh pria itu.
"Ya, tak ada yang perlu disesali saat ini. Hidupku akan baik-baik saja jika Mama tertawa lepas seperti biasanya."
Dia lantas keluar dari mobilnya, membiarkan para penjaga mengatur bagaimana akan diparkir mobil sport tersebut. Sembari terus menghela nafas, dia pun memutuskan untuk lekas membuka pintu bergaya Eropa itu.
Ceklek!
"Mama, aku pulang!" Lelaki berusia 23 tahun itu, melangkah masuk ke dalam rumah.
Matanya menatap seluruh penjuru ruang tamu, melihat keberadaan mamanya. Tapi, mamanya tidak ada di sana. Soo-young-pria berpakaian acak-acakan itu menghela napas panjang, mengistirahatkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tamu.
Lagi-lagi pandangannya terfokus ke arah setumpuk kado, dan bunga yang tergeletak di meja ruang tamu. Mendesah jengah Soo, dia benar-benar lelah dengan drama yang sedang digelutinya.
Seperti yang dia duga, semua itu pasti pemberian dari para fans-nya. Maklum, kini profesinya sudah beralih dari trainee menjadi debutan nomor tiga di tahun ini. Entah selagi menjadi trainee maupun saat ini dia sudah bertemu ribuan bahkan jutaan penggemar. Mereka hanya melihat sisi kamera tapi mengirimkan kado-kado untuknya.
"Menyebalkan sekali rasanya menipu semua wanita-wanita cantik itu," kekeh Soo.
"Padahal aku lebih suka menyeret mereka ke sebuah kamar, mengencani satu persatu," imbuhnya dengan gelak tawa yang makin menjadi-jadi juga.
Tapi ... rasanya ada yang janggal. Kenapa kado-kado ini tidak langsung dimasukkan ke dalam kamarnya? Biasanya Ahjumma-pembantu rumah tangganya, selalu meletakkan kado itu langsung ke dalam kamarnya, kenapa hari ini tidak?
"Ahjumma! Halo!" teriaknya.
Tak ada jawaban sama sekali, hening. Soo kembali menghela napas berat, dan bangun mencari keberadaan pembantu rumah tangganya yang entah di mana kini dia berada.
Di dapur? Sudah dia kelilingi namun tak ada siapa-siapa.
Halaman rumah? Sampai matanya perih karena melotot tapi ahjumma tak kunjung ditemukannya.
Lelaki itu hampir menyerah, tapi telinganya kini mendengar suara Mama-nya tengah berbicara dengan seseorang di ruang tamu sana. Tentu saja dia yang tadi juga melewati area ini sempat bergidik ngeri.
"Mama dari mana?" Soo bertanya dengan sedikit ketus.
Sorot matanya menatap tajam, bukan ke arah eomma-nya, melainkan ke arah wanita yang kini duduk berhadapan dengan mereka. Tak cantik, dandannya begitu nyentrik namun kelihatan sangat polos (?)
"Soo-ya, kamu sudah pulang? Sini duduk, Mama ingin mengenalkanmu dengan seseorang," pinta Kirana-mama Soo yang memang berasal dari Jawa, salah sebuah pulau di Indonesia.
"Kamu tidak ingin bertanya, siapa dia?" Mama-nya kembali bertanya.
Soo terdiam, menatap gadis yang ada di hadapannya kini, sembari duduk di samping sang Mama. Lelaki itu hanya menautkan kedua alisnya, dengan raut wajah yang sulit diartikan bahkan oleh Mama-nya sendiri.
"Baiklah, jika kamu tidak mau bertanya. Mama akan kenalkan, dia Rasya Alvira Maesa. Rasya, kenalkan lelaki yang duduk di samping saya ini Lee Soo-young, putra tunggal keturunan keluarga kami. Ngomong-ngomong, Rasya dari Jawa juga, Soo," ucap Mama-nya terlampau bahagia.
"Saya sudah mengenalnya, Tante," sahutnya.
"Loh kalian sudah saling kenal?" Kirana kembali bertanya.
Rasya menggelengkan kepalanya.
"Lalu?"
"Siapa yang tidak kenal dengannya, Soo ini 'kan idol yang baru saja debut tapi multitalenta, mana mungkin saya tidak mengenalinya," jelas Rasya yang memang sepertinya berjiwa K-Pop.
"Jadi, kamu salah satu penggemarnya juga?" Lagi-lagi pertanyaan itu keluar dari mulut Kirana.
Sontak Rasya menggelengkan kepalanya, bahkan tanpa berpikir panjang dia spontan melakukan hal itu karena memang dirinya tidak mengidolakan Lee Soo sama sekali. Hal ini, tentu membuat Kirana terheran-heran, begitu juga dengan Soo yang langsung membulatkan kedua bola matanya mendengar pengakuan itu, bukan pengakuan lebih tepatnya masalah harga dirinya.
Bagaimana mungkin, ada wanita yang tidak mengidolakan dirinya, sementara penggemarnya sudah lebih dari puluhan juta wanita, dan Rasya bukan salah seorang dari mereka?
'Apa wanita ini bodoh? Tidak bisakah dia melihat betapa tampannya aku?!' seru Soo dalam hatinya, dia tak bisa menerima kenyataan yang ada.
Melihat ekspresi dua orang yang tengah duduk di hadapannya kini, Rasya terlihat begitu panik mungkin yang dia katakan tadi salah, gadis hanya bisa diam, menelan ludah mendapati ekspresi dua orang itu. Datang kemari adalah kesalahannya, tapi melunasi hutang-hutangnya pun kewajiban juga!
"Ya sudah, Rasya sekarang kamu boleh bereskan barang-barang, mulai sekarang kamu yang menggantikan ahjumma, jadi pembantu rumah tangga di sini, sekaligus mengurus semua keperluan Soo anak Tante yang bandel ini." Mama Kirana kembali membuka suara.
"Mama! Sejak kapan aku bandel?! Lebih lagi, di mana ahjumma? Aku tak bisa bekerja dengan gadis yang bahkan tak fasih menggunakan bahasa sehari-hari kita!" Soo memang bandel dasarnya, namun dia terbiasa di atas sehingga disalahkan sedikit langsung ngegas.
Nada bicara Soo terdengar penuh emosi , benar-benar tidak bisa diartikan ekspresinya saat ini. Gigi pria berkulit seputih susu itu tampak bergemeletuk.
"Dia pulang ke Indonesia untuk tiga bulan ke depan, dan Mama terpaksa cari pembantu rumah tangga baru karena pekerjaan di rumah ini sangatlah banyak, apalagi rumah ini sangat besar Soo-ya, mama tidak bisa mengurusnya sendiri. Jadi, Mama memutuskan cari pengganti dan untungnya Rasya ini memang sedang mencari pekerjaan," jawab Mama-nya.
Soo hanya berdecak, mendapati jawaban yang mama-nya berikan. Selalu saja begini, dia tak diberi kesempatan untuk memberikan saran.
"Kalau begitu, Mama tinggal keluar dulu, masih ada urusan yang harus ditangani. Rasya, kamar kamu ada di belakang, dekat dapur, kamu bisa bereskan barang lalu untuk hari ini istirahat saja di sana, besok baru mulai bekerja," jelas sang Mama itu.
Wanita paruh baya itu keluar dari rumah, kini hanya tinggal Soo dengan wajah datar dan dingin yang masih duduk di atas sofa sambil memainkan handphone miliknya, dan Rasya, gadis itu terlihat ... ketakutan, bingung harus berbuat apa.
Mengingat pesan dari Tante Kirana tadi, untuk membereskan barangnya ke belakang, dia memberanikan diri untuk berdiri mengambil tas yang dia letakkan di atas lantai, dan hendak langsung menuju ke kamarnya di belakang.
Tapi, sebuah suara terdengar begitu tegas membuat langkahnya berhenti seketika. Suara itu, milik seorang lelaki yang kini masih duduk di sofa belakanganya.
"Ekhem!" Soo berdehem.
Membuat Rasya langsung menoleh ke arahnya. Dia sedikit kesal namun juga ditahan lantaran hanya ini pekerjaan yang menjanjikan.
"Siapa yang suruh kamu pergi?" Pertanyaan itu seolah membuat Rasya mati kutu di tempat.
Sial, apa yang harus dilakukannya saat ini?!
Bersambung ....
Bab 1 Kesan Pertama
10/06/2022
Bab 2 Sialan!
10/06/2022
Bab 3 Bisa Diam Tidak !
10/06/2022
Bab 4 Sepertinya Bisa, Sih
10/06/2022
Bab 5 Milikku
10/06/2022
Bab 6 Butuh Sugar Daddy
10/06/2022
Bab 7 Lemah Banget
10/06/2022
Bab 8 Sebuah Tanda Tanya
10/06/2022
Bab 9 Mau Pergi Denganku
10/06/2022
Buku lain oleh Nona Verlon
Selebihnya