Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Langkah Zuhra terasa berat saat memasuki rumah yang hampir empat tahun ini ditinggalinya
bersama ayah dan bundanya.
“Assalamualaikum,” ucap Zuhra seceria mungkin.
“Wa’alaikumsalam.”
“Dari mana saja kamu?” tanya Ayah Zuhra, terlihat sekali pria paruh baya itu sedang menahan amarah.
“Da-dari rumah teman, Yah,” jawab Zuhra gugup.
Tentu saja dia gugup, ayahnya pasti akan sangat marah karena anak gadis satu-satunya tidak pulang semalam dan baru kembali pagi ini.
“Duduk,” perintah Pak Albar -Ayah Zuhra- tegas. Dengan gelisah Zuhra menuruti perintah ayahnya.
Gadis itu duduk di hadapan ayah dan bundanya seperti
seorang tersangka. Masih ada satu lagi yang tidak boleh disepelekan. Tatapan tajam pria yang duduk di sebelah sang bunda, Randy Marcello, abang tercintanya.
“Ada apa, Yah?” tanya Zuhra berharap bisa menghentikan tatapan menyelidik ayahnya.
Bunda Zuhra menyodorkan sebuah benda pipih berwarna putih yang menyerupai sebuah stik, ada dua garis merah di sana.
“Bisa kamu jelaskan?” tanya bunda Zuhra dengan suara bergetar.
Zuhra tidak bisa berkata apa-apa, rasa terkejut menyebar menguasainya. Pembuluh darahnya seakan berhenti bekerja. Sekujur tubuh Zuhra seakan tersiram bongkahan es yang membekukan.
Zuhra menyesal tidak langsung membuang benda itu kemarin. Dia meletakkannya begitu saja di kamar mandi saking syoknya melihat dua garis yang muncul. Zuhra terburu- buru menemui seseorang yang menyebabkan kekacauan ini di apartemennya. Namun jawaban yang diberikan pria itu sungguh membuat dunia Zuhra semakin hancur.
“It-itu ” Sungguh lidahnya terasa kelu. Tubuh gadis
itu bergetar hebat.
Dengan sisa kekuatan, Zuhra bersimpuh di kaki sang bunda. “Maafin Zuhra, Bun. Zuhra salah, Bun. Zuhra salah,” ucapnya di sela tangisan.
Dapat dirasakannya tubuh sang bunda ikut bergetar. Zuhra bahkan tidak mampu untuk mengangkat kepala. Sungguh dia tidak akan sanggup melihat bundanya menangis karena kebodohannya.
Ya, Zuhra sadar ia terlalu bodoh. Semalaman ia menangisi keputusan pria berengsek itu. Namun seberapa banyak air mata yang dikeluarkan, tidak akan mampu mengubah kenyataan apa pun. Kenyataan bahwa dirinya hamil tanpa seorang suami. Kenyataan bahwa masa depannya hancur. Kenyataan bahwa dirinya telah melukai hati ayah dan bundanya.
“Apa ini ulah pria bajingan itu?” desis Randy geram.
Zuhra semakin terisak, apalagi kali ini ia menyadari keterdiaman ayahnya. Zuhra yakin ayahnya pasti sangat kecewa sehingga untuk berbicara pun enggan.
Randy Marcello adalah orang yang sedari dulu paling menentang hubungan antara Zuhra dan Reno.
Reno yang terkenal sebagai seorang bad boy membuat Randy tidak menyukainya Apalagi mengetahui bahwa Reno adalah anak tunggal dari seorang pengusaha kaya raya yang hobinya menghambur-hamburkan uang.
“Aku akan menghajar pria itu,” ucap Randy seraya beranjak dari duduknya.
“Jangan, Mas,” cegah Zuhra.
“Lo ngelindungin dia?” Randy mulai kehabisan kesabaran.
Zuhra menggeleng lemah. “Bukan gitu, Mas.”
“Terus apa?” Randy menatap tajam adiknya, “pokoknya gue harus kasih pelajaran si berengsek itu,” tandasnya.
“Dia udah pergi.” Ucapan Zuhra yang serupa bisikan itu nyatanya mampu menyurutkan langkah Randy.
“Apa maksud kamu?” Kali ini Ayah Zuhra yang angkat bicara. Gurat-gurat kekecawaan masih terpancar jelas dari wajahnya.
Zuhra tidak mampu untuk membuka mulut barang sedikit pun. Kenyataan bahwa dirinya hamil di luar nikah saja sudah barang tentu menjadi tamparan keras bagi keluarganya. Ditambah fakta bahwa lelaki itu pergi tanpa tanggung jawab, pastilah menjadi aib yang sangat besar.
“Jawab, Nak.” Kali ini suara bundanya mulai melembut.
Zuhra tergugu. “D-dia pergi, Bun.” Lagi-lagi gadis itu terisak. “Dia berangkat ke Inggris kemarin sore.”
Zuhra terkesiap.
Randy dengan kasar menghancurkan guci di sebelahnya.
“BERENGSEK!!” Teriaknya geram.
“Maafin Zuhra, Yah.” Isak gadis itu saat melihat ayahnya mulai tertunduk dengan bahu bergetar.
Hanya tangisan dan kata maaf yang bisa dia ucapkan, karena rasa kecewa ayah dan bundanya pastilah teramat besar.
Zuhra menyesali kebodohannya sendiri yang terbuai oleh janji-janji manis Reno. Harusnya sedari dulu dia mendengarkan nasihat abangnya untuk menjauhi pria itu. Namun sayangnya sebuah alasan klise membuatnya buta. Cinta!
✏✏✏