Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
TAKTIK WANITA Cantik

TAKTIK WANITA Cantik

Devie Archanie

5.0
Komentar
61
Penayangan
5
Bab

Hancur dua kali! Setelah dikhianati tunangan dan sahabatnya, kini, Min Happy harus menghadapi masa sulit kedua kali. Dia adalah seorang gadis berusia 28 tahun yang memiliki 6 orang adik yang harus ia urus di rumah. Sejak kedua orang tuanya terbaring di rumah sakit, kini ia harus menjadi tulang punggung keluarga. Beruntung, Min bukanlah gadis yang pesimis, dia selalu optimis dalam menghadapi apapun. Melihat kehidupannya yang amat menyedihkan, dia tidak mau berputus asa. Dia mau terus bangkit dan bisa merubah keadaan. Sejak saat itu, Hosea Sanwijin muncul disaat yang tepat dan selalu membantunya. Akankah Min Happy dapat melalui berbagai macam kesulitan dalam hidupnya? Apakah dia dapat mencapai impiannya? Dan apakah Hosea benar-benar tulus untuk membantunya?

Bab 1 Aku Masih Kuat! Harus!

PYAAARRR!

Semua piring kotor yang ia bawa jatuh dan serpihan kacanya berserakan dilantai-saat seorang wanita yang dengan sengaja menabraknya.

"AH! MAAF!" ucap Min-tanpa memandang orang yang menabraknya.

Gadis itu sontak terkejut dan langsung jongkok bermaksud membersihkan pecahan piring-piring itu.

Kejadian itu menyita perhatian pengunjung restoran yang ada disana. Namun tak ada yang berani mendekati, mereka hanya melihatnya dari kejauhan.

Krek!

Saat sedang mengumpulkan pecahan piring, tangan kanannya di injak oleh kaki kanan wanita yang putih mulus nan cantik dengan memakai heels berwarna hitam.

"Aw!" lirihnya pelan. Dia terus berusaha menarik tangannya namun tekanan dari heels itu terasa semakin berat baginya. Tangannya mulai terluka karena tertusuk pecahan itu.

Gadis itu langsung mengangkat dagunya dan melihat seseorang yang menginjak tangannya itu.

"Wah, wah, wah! Siapa ini yah? Bukankah kau Min Happy?" tanya sinis wanita itu.

"Silvia?" gumam Min pelan.

Silvia adalah sahabatnya sejak SMA. Dia sangat cantik namun ternyata licik. Sejak sekolah ia selalu berusaha merebut kebahagian Min dan selalu iri kepadanya. Bersikap baik hanya untuk membodohi Min.

Dua orang lelaki muda datang menghampiri mereka.

"Sayang, ada apa?" tanya Jendri pada Silvia.

Mata Min langsung menatap tajam wajah pria itu.

"Eh, sayang? Kamu udah balik dari toilet? Hm, Ngga ada apa-apa. Ayo pergi. Aku gak mau makan disini." jawab Silvia dengan tidak merasa bersalah.

Silvia segera mengangkat kakinya dari tangan Min. Dan hanya berkata, "Sorry, gak sengaja."

DHEG!

Mendengar itu rasanya hati Min sakit sekali. Lebih sakit daripada luka ditangannya sendiri.

Jendri adalah calon suami Min yang sebelas bulan lagi akan menikah. Namun, ternyata dia berpacaran dengan Silvia secara diam-diam.

"Sayang?" tanya Min dengan tatapan yang berkaca-kaca pada Jendri. Tubuhnya gemetar dan terasa lemas. Melihat calon suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

"Min?" Jendri langsung jongkok dan bermaksud membantunya berdiri. Namun, dia langsung menepis tangan Jendri. "Jangan sentuh aku! Pergi!"

"Min, aku bisa jelasin!"

"Aku bilang, pergi!" teriaknya dengan sangat keras.

"Sebaiknya kalian pergi dari sini. Aku akan mengurusnya." ucap Sandy sepupu Jendri pemilik restoran itu.

Tapi Jendri masih mengotot ingin bicara pada Min dan menjelaskan semua yang terjadi. Tapi, Min terus menerus mengusirnya pergi dengan nada tinggi lantaran hatinya sudah sangat kesal, marah, dan kecewa pada Jendri. Satu-satunya pria yang dia pikir dapat membantu kehidupannya kelak setelah menikah. Ternyata seorang lelaki yang tidak setia.

"Pengkhianat! Kalian berdua sangat serasi. Sama-sama pengkhianat!" teriak gadis itu dengan bibir yang gemetar dan airmata bercucuran membasahi kedua pipinya.

Mendengar ucapan Min, membuat Jendri sendiri tidak terima. Dan kehilangan kesabaran. "Ya, katakan saja sesuka hatimu! Bagus aku sudah tahu sikap aslimu sekarang. Semua yang dikatakan Silvia ternyata memang benar. Kau wanita yang tidak bisa menjaga ucapanmu! Mulut kotor! Hubungan kita berakhir sampai disini."

"Aku juga sudah muak! Kau dan keluargamu pasti hanya ingin memanfaatkan kekayaanku kan? Haha! Mustahil! Kalau mau hidup enak, kalian harus ada usaha dong! Bukannya jadi parasit!"

"Selamat tinggal wanita miskin!" sambung Jendri yang terlihat amat kesal karena penjelasannya tidak ingin didengar oleh Min.

Sandy langsung menyuruh Jendri dan Silvia pergi.

DHEG!

Sakit? Banget! Mendengar ucapan terakhir pria itu membuat Min menarik napas dan menahannya. Rasanya benar-benar sakit. Sesak sekali!

Min terus menahan agar tidak menjerit lagi. Melihat Min sangat menderita, Sandy langsung berinisiatif memapahnya keruang karyawan.

Dia memanggil pelayan lain untuk membersihkan pecahan piring-piring itu.

Diruang karyawan, Min duduk dikursi besi dan hanya terdiam. Sampai tidak peduli darah dari tangannya dibiarkan terus mengalir. Sandy mendekatinya setelah mengambil kotak P3K.

"Maaf yah, selama ini aku gak tahu, kau adalah calon istri sepupuku itu. Harusnya aku memberimu posisi yang lebih tinggi." ucap Sandy sambil mengobati tangan Min yang terluka.

"Pak Boss...."

"Ya?"

"Maaf, boleh aku izin pulang?" tanyanya dengan tatapan mata yang berlinangan air mata dan bibir yang terlihat menahan kesedihan.

"Aku antar yah?"

Min menggeleng, dia mengatakan ingin pulang sendiri. Melihat suasana hatinya sedang tidak baik, Sandy pun akhirnya mengizinkan Min untuk libur selama tiga hari. Agar dia dapat beristirahat dirumah.

"Baiklah, aku juga akan memberimu cuti 3 hari. Kau bisa istirahat dulu dirumah. Tapi ingat jangan berbuat macam-macam. Hubungi aku jika kau butuh sesuatu. Kau mengertikan?"

Min hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih. Lalu dia segera keluar ruangan dan pergi dari restoran.

***

Min tidak berani pulang kerumah dengan keadaan kacau. Dia memilih datang kepinggir pantai dan duduk diatas batu karang sambil memejamkkan matanya. Dia sangat suka laut. Mendengar deburan ombak, merasakan hembusan angin, dia sangat menyukainya.

"Padahal, dia sendiri yang sering membelikan makanan dan pakaian untuk keluargaku, walaupun kami miskin, kami tidak pernah meminta apa-apa darinya. Bisa-bisanya dia berkata begitu. Dasar jahat!"

"Putus? Tidak masalah. Kenapa harus takut? Meskipun 8 tahun pacaran, dan akan segera menikah, aku bersyukur tidak pernah melakukan hubungan terlarang dengannya. Aku sangat bangga pada diriku sendiri. Yang bisa menjaga kekudusan selama berpacaran dengannya. Putus darinya pun, aku tidak merasa rugi." ucap Min dengan tegas.

Min memberanikan diri untuk berdiri diatas batu karang itu dan dia menaruh kedua tangannya disudut-sudut bibirnya, sambil berteriak.

"Dasar Pengkhianat!" teriaknya dengan sangat kencang. Membuat hatinya jadi sedikit lebih lega.

"HOWAAAA..."

Tiba-tiba ada suara anak kecil yang menangis setelah mendengar jeritan Min.

EH?

"Ada suara bayi yang menangis?" gumamnya langsung celingak-celinguk mencari suara itu.

Seorang pria memakai kaos oblong warna putih dan celana pendek warna cream memanggilnya. "Hey, kau! Kemari!"

Hosea Sanwijin memanggil-manggil Min. Dia sambil menggendong anak yang menangis itu.

HEH? AKU?

'Memangnya anak itu menangis gara-gara aku teriak yah?' batinnya.

Min langsung mengusap airmatanya dan menghampiri pria tampan itu.

"Ya, ada apa?"

"Kenapa kau teriak-teriak?"

"Ah, itu... Maaf yah."

"Owaaa..."

"Aduh, baru juga tidur, bangun lagi deh. Gimana nih diemin nya?"

"Sini, aku coba gendong!"

"Coba saja. Kamu harus bertanggung jawab loh."

"Iya baiklah."

Ketika Min menggendong anak perempuan berusia dua tahun itu, anak itu langsung diam. Bagi Min, mendiamkan anak kecil yang menangis adalah masalah mudah. Karena ada 6 orang adik yang sudah dia urus dirumah. Jadi, hal seperti ini sudah biasa baginya.

Hosea merasa salut akan sikap Min yang tenang dalam menghadapi masalah. Dia sedikit melirik kearah tangan Min yang dibungkus perban. Namun, dia belum mau membahasnya.

"HAH? AJAIB! Dia langsung diam." seru Hosea.

Min tersenyum, "Tentu saja! Aku sudah berpengalaman membuat anak berhenti menangis. Duh, Gemas sekali. Siapa namanya?"

"Namanya Chan Sanwijin."

"Wah, nama yang cantik." ucap Min sembari tersenyum memandang Chan.

"Makasih yah."

Hosea menatap dalam-dalam wajah Min. Pasalnya, Hosea adalah pria yang mengikuti Min sejak dari restoran tadi. Dia sangat tertarik dengan sikap Min yang tidak ngamuk-ngamuk seperti kebanyakan wanita yang telah di khianati. Dia juga tidak membalas kejahatan wanita yang telah melukai tangannya.

Di tambah lagi, Hosea merasa bangga pada sikap Min. Dia bisa menjaga diri selama 8 tahun berpacaran tanpa melakukan hubungan berlebihan dengan pacarnya itu sangat luarbiasa. Karena anak muda jaman sekarang, sudah banyak yang melakukannya bahkan sampai hamil diluar nikah.

Sejak tadi, Hosea mengikutinya bahkan mendengar semua keluh-kesahnya diatas karang. Chan menangis pun sebenarnya adalah perbuatan Hosea agar membantu Min tidak bersedih lagi. Dan ternyata berhasil menyita perhatiannya. Min jadi berhenti menangis.

Ini adalah kesempatan bagi Hosea untuk mengenalnya dan menjadi dekat. 'Aku harus membantunya menyembuhkan luka hatinya.'

"Oiya, saya Hosea Sanwijin, 29 tahun. Siapa namamu?"

"Oh, lebih tua setahun dariku? Namaku Min Happy kak. Kakak bisa memanggilku Min."

"Kalau begitu salam kenal yah, Min. Panggilnya nama saja. Canggung kalau panggil kak."

"Oke, baiklah."

Chan tertidur dengan sangat menggemaskan. "Boleh aku mencium pipi Chan? Aku sangat suka anak kecil."

"Iyah, tentu saja boleh! Hati-hati bangun yah."

Karena merasa gemas, Min langsung mencium pipi chubby Chan. "Duh, manisnya. Wangi bedak bayi."

Setelah mencium pipi anak itu, dia langsung memberikan lagi pada Hosea. Dan Min bermaksud pamit untuk pulang.

Baru saja melangkahkan kaki beberapa meter, Chan yang tadi tertidur pulas, langsung menangis kencang sehingga suaranya terdengar oleh Min dan membuat Min langsung kembali lagi untuk melihatnya.

Namun, kali ini bukan rencana Hosea.

"Eh? Kenapa menangis lagi?" tanya Min heran.

"Entahlah, aku tidak tahu." jawab Hosea hanya menggelengkan kepalanya.

BROT!

Tiba-tiba ada suara aneh dan bau yang menyengat!

"Hm! Bau!"

"Iyah, aku tahu nih, dia pasti ee!" jawab Min polos.

"Ee? Ah! Maksudmu, dia PUP?"

BERSAMBUNG

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku