Ibu cantik, Ayah licik

Ibu cantik, Ayah licik

Rheny

5.0
Komentar
2.4K
Penayangan
23
Bab

Di jebak oleh kakak dan ibu tiri, membuat dirinya harus membatalkan pernikahan yang sudah di susunnya. karena hal yang tidak mungkin untuk ia menikah hingga beberapa tahun kemudian ia pun kembali ke kota asalnya, demi mendapatkan kembali apa yang pernah menjadi miliknya ia pun berusaha keras agar kembali kepadanya.

Bab 1 Masa lalu

"Dasar anak tidak tahu diri, berani sekali kau tidur dengan pria lain besok adalah hari pernikahanmu! Sungguh memalukan!" ucap wanita paruh baya dengan luapan emosinya.

Gadis itu hanya diam membisu ia paham betul bagaimana adegan tadi malam yang begitu menjijikan, jika ia mengingatnya kembali tak lama datanglah seorang gadis yang seumuran dengannya lalu menghampirinya.

"Oh adik, ada apa denganmu? Lihatlah ada begitu banyak tanda di lehermu, kau tidur dimana semalam," ucapnya dengan menyibakkan rambut yang menutup lehernya.

Tentu saja wanita paruh baya itu murka lalu ia pun menamparnya dan menyuruhnya untuk pergi, karena dialah penyebab semua dari masalah ini.

"Ayah, kau percaya padaku 'kan jika aku di jebak oleh wanita tua itu dan juga rubah licik itu ayah, aku mohon percayalah!" memohon kepada sang ayah.

Tetapi bukan mendapatkan perlindungan ia justru mendapatkan perlakuan yang sama seperti di lakukan oleh ibu tirinya. Rasa panas di kedua pipinya begitu cepat menyebar, ia memegangi pipinya dengan menggeleng kecil karena sang ayah tidak mempercayainya.

"Enyah kau dari hadapanku, aku tidak sudi mempunyai anak sepertimu,"

"Ayah, percayalah padaku jika mereka menjebakku,"

Lalu sang kakak tiri menghampirinya dengan tersenyum tipis, karena satu langkah ia sudah dapatkan demi menyakiti anak kandungnya ia rela melakukan apapun.

"Adik sudahlah, bukti sudah di depan mata jadi kau jangan mengelak lagi,"

Dia pun mendorong kakak tirinya dan penuh emosi, ia memarahi sang kakak yang tidak bertanggung jawab atas kejadian semalam.

"Hentikan sandiwaramu, kau yang sudah menjebakku dengan mengajakku ke bar. Kau penyebabnya!" menujuk ke arah kakak tirinya.

Wanita paruh baya itu pun membela sang anaknya, ia mengatakan jika anaknya ada di kamarnya dan ia tidak pergi kemanpun. Sang ayah langsung percaya begitu saja tanpa mendengarkan penjelasan dari anaknya.

"Cukup Valen, kau yang berbohong! Kakakmu semalam ada di kamarnya ia bahkan menangis karena kau akan menikah," ucap pria paruh baya itu.

Valen menggelengkan kepalanya karena otak sang ayah sudah di cuci oleh kedua orang itu, jadi apa yang di katakan Valen pun tidak akan di percaya. Dengan senyum tipisnya ibu dan anak itu merasa puas karena bisa mengusirnya, tanpa harus mengotori tangannya.

Saat sedang berdebat lalu ada keluarga dari calon pria, karena ia akan membatalkan pernikahan mereka. Lalu akan di nikahkan dengan sang kakak.

"Valen, pernikahan ini di batalkan karena kau tidak bisa menjaga kesucianmu. Aku kecewa padaku Valen," ucap dengan santai tanpa ada rasa sedih di hatinya.

"Dipa, tolong jangan batalkan pernikahan ini, besok kita akan menikah," memegang lengan Dipa.

Dipa langsung menghempaskan tangan Valen hingga ia tersukur ke lantai, semua orang hanya menontonnya saja tidak ada yang mau membantu Valen bahkan mereka tidak memiliki rasa iba sedikitpun untuknya.

Mata Valen hanya bisa mengeluarkan bulir bening karena tidak ada satupun yang percaya kepadanya, bahkan calon tunangannya begitu tidak perduli dengan keadaannya saat ini.

Lalu kedua wanita paruh baya itu pun menceritakan tentang Valen dan membatalkan pernikahannya dan di gantikan oleh sang kakak, mendengar hal itu membuat Valen kesal dan geram lalu ia pun bangun dan ingin menampar Carla. Tetapi tangannya di tahan oleh calon tunangannya lalu di hempaskan lagi tangan Valen,

"Berani kau menyentuhnya, dia adalah calon istriku lebih baik kau segera menjauh," ucapnya dengan dingin.

"Bajingan seperti kau memang pantas bersama rubah licik ini, baiklah jika itu maumu. Aku akan memberikannya kepadamu rubah licik," dengan tersenyum miring.

Dipa pun menjambak rambut Valen dan membuatnya kesakitan, tetapi Valen tidak akan menyerah begitu saja karena terlalu sakit mendengarnya.

"Kau bilang aku bajingan hah! Lalu kau apa, kau bahkan tega mengkhianatiku,"

Wanita paruh baya itu segera melerainya, karena tidak akan ada habisnya jika terus membahas masalah itu. Lalu Valen di bawa keluar bersamaan dengan barang miliknya, lalu ia segera mengambil koper miliknya dan membukanya karena ada barang berharga baginya.

"Dimana foto ibuku, Carla!" ucap Valen dengan membongkar isi kopernya.

"Oh ini yang kau cari?" ucapnya dengan membawa bingkai foto itu."Baiklah, aku akan memberikannya kepadamu,"ucapnya dengan sengaja ia menjatuhkan bingkai foto itu.

Pecahan dari bingkai foto itu sukses membuat Valen semakin emosi, lalu ia pun bangun dari jatuhnya dan menjambak rambut Carla.

"Wanita licik, beraninya kau menjatuhkan bingkai foto ibuku, aku tidak akan memaafkanmu," ucapnya dengan menjambak rambut Carla.

"Lepaskan Valen, kau memang pantas mendapatkannya. Karena kau wanita tidak tahu diri,"

Saat Valen akan mencoba menampar Carla tetapi tangannya sudah di cekal oleh Dipa. Lagi dan lagi Dipa mendorong Valen hingga terjatuh, hanya tetesan air mata yang bisa ia lakukan dan menatap sinis ke arah Carla dan Dipa.

"Segera pergi dari hadapanku, jangan sampai kau merusak acara ku besok," ujar Dipa, lalu ia pun segera merangkul Carla.

Setelah masuk dan menutup pintu untuk Valen, mereka semua pun membahas acara pernikahan Dipa dan Carla. Berbeda dengan Valen, ia di luar rumah masih membereskan barang-barang miliknya dan juga foto sang ibu. Lalu Valen menyimpannya ke dalam koper dan pecahan bingkai itu ia tinggalkan begitu saja.

Valen tidak tahu harus kemana ia pergi, semua temannya menjauhinya karena ulah kedua ibu dan kakak tirinya. Menyusuri gelapnya malam, di tambah susana dingin yang membuatnya semakin bergegas untuk mencari tempat berteduh.

Di pinggir jalan ada ruko kecil, lalu Valen menghampirinya serta menyeret koper miliknya. Baru saja ia akan duduk, sudah ada beberapa orang yang menghampirinya dengan wajah yang begitu menakutkan baginya.

"Cantik sendirian nih, bagaimana jika kami menghangkatmu," ujarnya dengan senyum nakalnya.

"Tidak, kalian pergilah jangan mendekat," ucap Valen yang mulai panik.

Valen memundurkan langkah kakinya ia meninggalkan kopernya begitu saja, dan beberapa orang itu pun mengejarnya. Valen ketakutan lalu ia pun meminta tolong, tetapi percuma saja karena tidak akan ada yang menolongnya.

Para preman itu tertawa puas karena tidak ada orang yang akan mengganggu kesenangan mereka, Valen mencoba untuk lari tetapi tangannya di tahan oleh salah satu temannya, dan membawa Valen ke tempat ia berteduh lagi.

"Jangan lakukan ini aku mohon, lepaskan aku," ucapnya dengan isak tangis.

"Jangan menangis cantik, kita akan bermain sebentar saja jadi nikmatilah," ujarnya lalu ia pun menarik paksa pakaian Valen.

Valen mencoba untuk memohon tetapi tidak di perdulikan oleh preman itu, mereka tetap melakukan aksinya. Namun, belum sempat menariknya ada seseorang yang menarik kerah bajunya sehingga preman itu terkejut.

Sedangkan Valen segera menutupi bagian tubuhnya yang sedikit terbuka, seseorang itupun membuka jasnya lalu melemparkan ke arah Valen. Ia pun terkejut, lalu Valen pun segera memakainya.

Adu tenaga pun terjadi, lalu para preman itu pun melarikan diri karena mereka tidak mau menjadi sasaran empuk seseorang itu. Lalu seseorang itu menggulung kemeja putihnya, dan menghampiri Valen.

"Kau baik-baik saja?" ucapnya dengan berjongkok di hadapan Valen.

"Iya Terima kasih,"

Valen masih menundukkan kepalanya ia begitu malu untuk menatap seseorang itu, seseorang itu pun di bantu sang asistennya untuk mengumpulkan barang- barang milik Valen.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Dilema Cinta Penuh Nikmat

Juliana
5.0

21+ Dia lupa siapa dirinya, dia lupa siapa pria ini dan bahkan statusnya sebagai calon istri pria lain, yang dia tahu ialah inilah momen yang paling dia tunggu dan idamkan selama ini, bisa berduaan dan bercinta dengan pria yang sangat dia kagumi dan sayangi. Matanya semakin tenggelam saat lidah nakal itu bermain di lembah basah dan bukit berhutam rimba hitam, yang bau khasnya selalu membuat pria mabuk dan lupa diri, seperti yang dirasakan oleh Aslan saat lidahnya bermain di parit kemerahan yang kontras sekali dengan kulit putihnya, dan rambut hitammnya yang menghiasi keseluruhan bukit indah vagina sang gadis. Tekanan ke kepalanya Aslan diiringi rintihan kencang memenuhi kamar, menandakan orgasme pertama dirinya tanpa dia bisa tahan, akibat nakalnya lidah sang predator yang dari tadi bukan hanya menjilat puncak dadanya, tapi juga perut mulusnya dan bahkan pangkal pahanya yang indah dan sangat rentan jika disentuh oleh lidah pria itu. Remasan dan sentuhan lembut tangan Endah ke urat kejantanan sang pria yang sudah kencang dan siap untuk beradu, diiringi ciuman dan kecupan bibir mereka yang turun dan naik saling menyapa, seakan tidak ingin terlepaskan dari bibir pasangannya. Paha yang putih mulus dan ada bulu-bulu halus indah menghiasi membuat siapapun pria yang melihat sulit untuk tidak memlingkan wajah memandang keindahan itu. Ciuman dan cumbuan ke sang pejantan seperti isyarat darinya untuk segera melanjutkan pertandingan ini. Kini kedua pahanya terbuka lebar, gairahnya yang sempat dihempaskan ke pulau kenikmatan oleh sapuan lidah Aslan, kini kembali berkobar, dan seakan meminta untuk segera dituntaskan dengan sebuah ritual indah yang dia pasrahkan hari ini untuk sang pujaan hatinya. Pejaman mata, rintihan kecil serta pekikan tanda kaget membuat Aslan sangat berhati hati dalam bermanuver diatas tubuh Endah yang sudah pasrah. Dia tahu menghadapi wanita tanpa pengalaman ini, haruslah sedikit lebih sabar. "sakit....???"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku