/0/29596/coverorgin.jpg?v=9bec6c62baa21cbaf0bd7b6852e019ba&imageMogr2/format/webp)
Dylan Cassanova berdiri di depan jendela besar apartemennya yang megah, memandang kota yang tampak begitu kecil dari ketinggian. Lampu-lampu kota berkelap-kelip seperti bintang yang tak pernah padam. Dunia di luar sana berputar tanpa henti, sementara hidupnya terasa terhenti di dalam ruang ini, sepi dan penuh dengan bayang-bayang masa lalu. Keberhasilannya, kekayaannya, segalanya seolah tak berarti apa-apa lagi.
Di luar sana, Dylan adalah sosok yang disanjung-sanjung, pria yang memiliki segalanya. Miliarder muda, wajah tampan yang tak terhitung jumlahnya wanita yang terpesona. Dunia mengenalnya sebagai *Lady-Killer*, seorang pria yang bisa memikat hati siapa saja dengan hanya sekali pandang. Tapi siapa yang benar-benar mengenal Dylan Cassanova? Siapa yang tahu bahwa di balik senyuman itu ada luka yang tidak pernah sembuh?
Dylan meremas gelas kristal yang ada di tangannya. Arak di dalamnya tidak lagi memiliki rasa. Semua hal di dunia ini terasa hambar. Segalanya terasa hampa. Sementara itu, Serena Tanaya, wanita yang masuk ke dalam hidupnya beberapa bulan lalu, telah mengubah segalanya. Serena bukan seperti wanita-wanita lain yang pernah datang dan pergi dalam hidupnya. Serena tidak jatuh pada pesona kekayaannya, tidak terpikat pada kemewahan yang dia tawarkan. Serena melihatnya, bukan sebagai miliarder Dylan Cassanova, tetapi sebagai pria yang rapuh, yang menutupi luka-lukanya dengan tawa dan senyum palsu.
Dylan meneguk araknya dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan kegelisahannya. Beberapa bulan bersama Serena membuatnya merasa seolah-olah ada yang hilang dari hidupnya. Serena selalu ada di sana, dengan tatapan lembutnya yang selalu membuatnya merasa di rumah. Namun, dia tahu, setiap perasaan itu hanya akan membawa kehancuran, karena tidak ada yang bisa bertahan di dunia yang dia bangun. Dunia yang penuh dengan kebohongan, dunia yang hanya memberi tempat untuk kekuasaan, dan bukan untuk perasaan.
Serena adalah sebuah paradoks dalam hidupnya. Dia adalah satu-satunya wanita yang mampu menembus tembok keras yang Dylan bangun di sekeliling hatinya. Tapi apakah itu cukup? Apa dia cukup untuk merubah Dylan? Ataukah semuanya hanya akan berakhir seperti yang lainnya-seperti kisah-kisah sebelumnya yang berakhir dengan kehampaan?
Dylan memutuskan untuk menghubungi Serena malam itu. Ada sesuatu dalam dirinya yang merasa cemas, seperti ada sesuatu yang akan berubah-sesuatu yang buruk. Dia mengetik pesan singkat di ponselnya, mengirimkan kata-kata yang terasa begitu asing di hatinya. *"Serena, bisa kita bertemu?"*
Tidak ada balasan.
Dylan menunggu. Jam di dinding bergulir begitu lambat. Waktu seolah-olah berhenti, menyiksa dirinya dengan ketidakpastian. Dia tahu dia seharusnya tidak terlalu berharap. Serena bukan seperti wanita-wanita lain yang akan menunggu atau merespons dengan cepat. Serena bukanlah orang yang bisa dengan mudah dipahami. Setiap kali dia berbicara dengan wanita itu, Dylan merasa seperti dia berbicara dengan sebuah misteri yang tak pernah bisa ia pecahkan.
Namun, Serena bukanlah wanita yang akan memberi jawaban begitu saja. Dia bukan tipe wanita yang akan jatuh ke dalam pelukan pria hanya karena pesona atau harta. Ada keteguhan dalam dirinya yang Dylan tak pernah temui pada wanita lainnya. Itulah yang membuat Dylan terpesona-dan itulah yang membuatnya takut.
Akhirnya, ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk. Hatinya berdebar kencang saat melihat nama Serena tertera di layar. *"Aku rasa kita perlu bicara."*
Tanpa berpikir panjang, Dylan segera memutuskan untuk menemui Serena. Dia mengenakan jas hitam, penampilannya rapi, namun dalam hatinya ada perasaan yang sulit dijelaskan. Sesuatu yang berat, sesuatu yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.
/0/22116/coverorgin.jpg?v=c171a2d5a5040b57a66d20cb514b2934&imageMogr2/format/webp)
/0/17021/coverorgin.jpg?v=8bfba2fb2d2820bbe566cfe46ce6b456&imageMogr2/format/webp)
/0/18136/coverorgin.jpg?v=bbddd094c3a24fb96ea320ae91ec957d&imageMogr2/format/webp)
/0/19255/coverorgin.jpg?v=bf25a176b00c418376355bc8252f0915&imageMogr2/format/webp)
/0/15327/coverorgin.jpg?v=027a1fcecb93017dd1d87345850b5037&imageMogr2/format/webp)
/0/22929/coverorgin.jpg?v=7210deed904b68c803a92f2cf55e913f&imageMogr2/format/webp)
/0/7651/coverorgin.jpg?v=4c2f9a954961dfe599635b3d8f1e787d&imageMogr2/format/webp)
/0/21538/coverorgin.jpg?v=99986d535c531f7544eb427d9a9de245&imageMogr2/format/webp)
/0/6214/coverorgin.jpg?v=e7964c940b9a30f19f7aef8a42f2e32c&imageMogr2/format/webp)
/0/21153/coverorgin.jpg?v=a3c220b94da29fd4a4332f588261ba03&imageMogr2/format/webp)
/0/16941/coverorgin.jpg?v=0287241b7668739a4c72736a78e50339&imageMogr2/format/webp)
/0/18210/coverorgin.jpg?v=31158ae1ed59c383e87f44cd82f6a431&imageMogr2/format/webp)
/0/5370/coverorgin.jpg?v=2a674aa6924609945d54c52e1c44793b&imageMogr2/format/webp)
/0/7027/coverorgin.jpg?v=75220ee91a5a06d65d76a3fd76c4fce3&imageMogr2/format/webp)
/0/23524/coverorgin.jpg?v=bf28a9667d89a8d0ddd15401e2bbb7f8&imageMogr2/format/webp)
/0/22772/coverorgin.jpg?v=e46496a6b33705989b174e47bb935022&imageMogr2/format/webp)
/0/5356/coverorgin.jpg?v=ffda3a761434a6526b416ab99b2fbf53&imageMogr2/format/webp)
/0/15361/coverorgin.jpg?v=697efa12926cba2f1d5874822d85ce34&imageMogr2/format/webp)
/0/16452/coverorgin.jpg?v=160ff56ff55019775ce87beb40539ccf&imageMogr2/format/webp)