/0/28867/coverorgin.jpg?v=7b0e6024e1de511891092aedce1d1655&imageMogr2/format/webp)
Gemerlap lampu kristal menggantung mewah dari langit-langit ballroom Valmere Grand Hotel, menyebarkan cahaya keemasan yang memantul pada setiap permukaan mengilap. Hari itu, sebuah pernikahan agung antara dua nama besar-Sterling dan Harrison-dilangsungkan dengan kemegahan yang nyaris tak masuk akal. Karpet putih salju terbentang sepanjang lorong, dihiasi kelopak mawar putih yang tampak suci, namun sesak oleh kepalsuan yang melingkupi setiap sudut ruangan.
Aroma lily dan mawar yang semestinya menenangkan, kini terasa menyesakkan, seolah setiap helaan napas dipenuhi dengan janji-janji kosong dan harapan yang rapuh.
Para tamu, dengan balutan busana desainer dan perhiasan berkilauan, memenuhi kursi-kursi yang berjejer rapi. Mereka adalah jajaran elite masyarakat, para taipan bisnis, politisi berpengaruh, dan figur-figur yang namanya sering terpampang di majalah-majalah finansial. Bisik-bisik dan tawa kecil terdengar samar, menciptakan simfoni sosial yang lazim dalam acara sekelas ini. Namun, di balik senyum-senyum formal dan jabat tangan erat, ada intrik yang tak terlihat, perhitungan strategis, dan rasa ingin tahu yang membuncah tentang masa depan dua keluarga besar ini.
Di ujung altar, di bawah lengkungan bunga yang menjulang tinggi, berdiri seorang pria tinggi dengan setelan jas hitam klasik yang dijahit sempurna, membingkai tubuh atletisnya dengan elegan. Rambut hitam pekatnya disisir rapi, dan rahangnya yang tegas menunjukkan keteguhan yang tak tergoyahkan. Tatapannya tenang, terlalu tenang untuk seorang calon pengantin pria yang seharusnya diliputi kebahagiaan atau setidaknya kegugupan.
Dia adalah Arthur Sterling. Pewaris tunggal Sterling Group, sebuah konglomerat yang merentang luas dari properti, teknologi, hingga media. Namanya identik dengan kekuasaan, kekayaan, dan reputasi sebagai seorang pengusaha yang dingin, brilian, dan tanpa kompromi. Ia adalah pria yang terbiasa mendapatkan apa pun yang ia inginkan, dan hari ini, ia akan "mendapatkan" seorang istri.
Tak ada senyum di bibirnya. Tak ada binar kebahagiaan di mata obsidiannya yang tajam. Hanya wajah datar, nyaris tanpa ekspresi, yang menyiratkan ketidakpedulian yang mendalam terhadap prosesi sakral yang akan segera berlangsung. Baginya, ini hanyalah sebuah kewajiban, sebuah langkah bisnis yang penting, dan sebuah permintaan terakhir dari kakeknya yang sudah renta. Hatinya beku, terlindungi oleh dinding es yang telah ia bangun selama bertahun-tahun. Cinta? Emosi? Itu semua hanyalah gangguan, kelemahan yang tak bisa ia toleransi.
Dari kejauhan, pintu ballroom terbuka perlahan, dan sorot lampu langsung tertuju pada sesosok wanita yang muncul dari baliknya. Lysandra Harrison melangkah perlahan ke arahnya, didampingi oleh Tuan Harrison yang tampak bangga luar biasa. Ayah angkatnya itu berjalan tegak, senyum lebar menghiasi wajahnya, seolah ini adalah puncak dari segala impiannya. Gaun putih Lysandra menjuntai anggun, kain sutra dan renda terbaik memeluk tubuhnya dengan sempurna, memantulkan cahaya kristal dan membuatnya tampak seperti sosok bidadari yang turun dari khayangan.
Wajah Lysandra tersenyum tipis-senyum yang dirancang untuk menyembunyikan kegelisahan yang bergemuruh di dada, badai emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. Matanya menatap lurus ke depan, menghindari tatapan penasaran para tamu. Tangannya menggenggam buket bunga lili putih dengan erat, jari-jarinya sedikit gemetar. Setiap langkah terasa berat, seolah ia membawa beban seribu ton di pundaknya, menyeret dirinya menuju takdir yang tak ia inginkan. Tapi ia terus melangkah, selangkah demi selangkah, menapaki karpet putih yang terasa seperti jurang. Karena sekali lagi, ia harus menjadi alat. Alat untuk ambisi ayahnya, alat untuk menyelamatkan nama baik keluarga, dan alat untuk memuluskan kesepakatan bisnis yang melibatkan hidupnya.
Pikirannya melayang pada beberapa bulan terakhir, bagaimana hidupnya berubah drastis setelah kegagalannya dengan Vincent. Bagaimana ia menjadi "aib" yang harus disembunyikan, bagaimana ia ditolak berkali-kali hanya karena statusnya sebagai putri adopsi. Ia bukan darah daging Harrison, dan itu menjadi dosa yang tak terampuni di mata banyak keluarga elite. Lalu, tawaran dari keluarga Sterling datang, seperti badai yang tiba-tiba muncul. Sebuah tawaran yang sulit ditolak, sebuah kesempatan emas yang hanya bisa dibayar dengan kebahagiaan pribadinya.
Ketika akhirnya ia sampai di altar, di hadapan Arthur yang tak bergerak, tangan Lysandra yang dingin dan sedikit basah oleh keringat diserahkan ke tangan Arthur. Sentuhan itu adalah kejutan listrik yang tak menyenangkan. Arthur menatap tangan itu sekilas, matanya seperti pemindai yang menganalisis sebuah objek, bukan seorang manusia. Ia menyentuhnya hanya karena harus, karena itu adalah bagian dari ritual, bukan karena mau, bukan karena ada rasa ketertarikan apalagi kehangatan. Jemarinya kaku, sentuhannya dingin.
Penghulu, seorang pria paruh baya yang terhormat, memulai upacara dengan suara lantang dan khidmat, memecah keheningan yang tegang. "Lysandra Harrison," ucapnya, suaranya menggema di seluruh ballroom, "apakah engkau bersedia menerima Arthur Sterling sebagai suamimu, dalam suka maupun duka, dalam kaya maupun miskin, hingga maut memisahkan kalian?"
Lysandra menelan ludah. Ada ribuan kata yang ingin ia teriakkan, ribuan pertanyaan yang ingin ia lontarkan. Bisakah ia mengatakan "tidak"? Bisakah ia lari dari semua ini? Tapi kemudian ia melihat sekilas wajah ayahnya, sorot mata penuh harapan dan tekanan. Ia melihat para tamu yang menunggu dengan napas tertahan. Tidak ada jalan kembali.
"Saya bersedia."
Suara Lysandra bergetar, tapi tegas. Sebuah janji yang dibuat bukan dari hati, melainkan dari keterpaksaan. Sebuah janji yang akan mengikatnya pada seorang pria asing yang berjanji tidak akan pernah mencintainya.
Lalu giliran Arthur. Penghulu mengalihkan pandangannya pada pria di hadapannya. "Arthur Sterling, apakah engkau bersedia menerima Lysandra Harrison sebagai istrimu, dalam suka maupun duka, dalam kaya maupun miskin, hingga maut memisahkan kalian?"
Arthur diam sejenak. Keheningan menggantung di udara, begitu pekat hingga bisa dipotong dengan pisau. Beberapa tamu tampak gelisah, ada helaan napas kecil yang terdengar samar, dan bisikan-bisikan mulai muncul. Apakah Arthur akan menarik diri? Apakah pernikahan ini akan gagal di menit-menit terakhir? Lysandra merasakan jantungnya berdebar kencang, menanti keputusan yang akan menentukan seluruh sisa hidupnya. Ia tidak tahu apa yang ia harapkan. Kelegaan jika Arthur menolak? Atau kehancuran jika ia menerima?
Kemudian, dengan suara yang dingin, datar, dan tanpa perasaan, Arthur berucap. "Saya bersedia."
/0/26613/coverorgin.jpg?v=7ef3a1c8787b23b50f23a8314f78f397&imageMogr2/format/webp)
/0/20458/coverorgin.jpg?v=fa31c4420d3b4676f9029979308f5564&imageMogr2/format/webp)
/0/2345/coverorgin.jpg?v=77d2c259fba79165682b15f34d3c47cc&imageMogr2/format/webp)
/0/2958/coverorgin.jpg?v=41f7d5bb6f4e9e1173ee4c6625ac580e&imageMogr2/format/webp)
/0/5296/coverorgin.jpg?v=b661641e628f8a8a69709a76ac5ad2a5&imageMogr2/format/webp)
/0/9925/coverorgin.jpg?v=76704e864aa0c8701137c1f549f0be96&imageMogr2/format/webp)
/0/5367/coverorgin.jpg?v=7b8c421c3023f29e2ed162a85458107c&imageMogr2/format/webp)
/0/14608/coverorgin.jpg?v=735a087f628e9299843ef3642c7fd537&imageMogr2/format/webp)
/0/2850/coverorgin.jpg?v=97f0192d4a1aae7e692969c4bbac8de6&imageMogr2/format/webp)
/0/3577/coverorgin.jpg?v=9a10b40436f7abf9f3b857b8ccdd06e1&imageMogr2/format/webp)
/0/14447/coverorgin.jpg?v=05af3d30aea5c3a050a6440174e89965&imageMogr2/format/webp)
/0/17998/coverorgin.jpg?v=a7613bb9bc22ad1edee1fe36ae271d43&imageMogr2/format/webp)
/0/5732/coverorgin.jpg?v=f16c643d8089a2a44a47d9310725f002&imageMogr2/format/webp)
/0/2271/coverorgin.jpg?v=cee7b8f96f143390feaac003409d6d7f&imageMogr2/format/webp)
/0/5790/coverorgin.jpg?v=9af903677fa8001e4c6d90e49bf62d0a&imageMogr2/format/webp)
/0/7843/coverorgin.jpg?v=fd5abd8393c59ee69f53adb1cf5258c0&imageMogr2/format/webp)
/0/10720/coverorgin.jpg?v=26db13cb8316e205f96f641575c80282&imageMogr2/format/webp)
/0/29970/coverorgin.jpg?v=8468e320cc264639e38e064c33f62408&imageMogr2/format/webp)
/0/16900/coverorgin.jpg?v=dc44248f1eddbf3ec2f3185d5a9341b9&imageMogr2/format/webp)