Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
The Secret of the Second Marriage

The Secret of the Second Marriage

Rose White

5.0
Komentar
Penayangan
2
Bab

Alea nyaris gila karena hilangnya sang suami karena Accident. Datangnya Elzio memberi dampak positif, semakin dekat dan mereka pun akhirnya menikah. Tanpa Alea tahu bahwa Elzio menyimpan rahasia dan niat terselubung di pernikahannya kali ini. Niat apakah apakah itu? Mampukah Alea merengkuh cinta yang tulus di pernikahan keduanya ini?

Bab 1 The accident

"Mas ... kita kapan pulangnya," ucap pelan seorang wanita dengan wajah pucat, sepertinya ia sedang sakit.

Namanya Alea liodra, seorang wanita berusia awal dua puluhan, menikah dengan bahagia dengan suaminya Axel, yang merupakan pewaris perusahaan Leon Group.

Leon Group adalah perusahaan besar yang dikenal karena keberhasilannya di dunia bisnis, tetapi pernikahan Alea dan Axel dibangun atas dasar cinta dan kepercayaan, bukan gengsi yang dimiliki nama keluarga mereka.

Axelio atau yang biasa akrab di sapa Axel adalah pewaris tunggal kekayaan keluarganya yang melimpah.

Tumbuh dalam keluarga yang kaya raya dan berkuasa, ia telah dipersiapkan untuk mengambil alih bisnis keluarga sejak usia dini.

Meskipun dibesarkan dalam lingkungan yang istimewa, Axelio bukanlah orang yang terlalu sombong atau angkuh, ia adalah pria yang rendah hati dan seorang pria yang menghargai istrinya dan cinta mereka di atas segalanya.

"Sabar ya, aku sudah pesankan mobil sewa karena kalau tiket pesawat malah lebih lama," ucap pria berparas tampan itu lembut pada istrinya Alea.

Alea mengangguk lemah menanggapi pertanyaan dari sang suami.

Axelio akhirnya mengalah pada keinginan Alea dan setuju untuk mengakhiri liburan mereka lebih awal. Melihat wajah ketakutan Alea dan gemetarnya suaranya membuat hatinya tersentuh, dan dia tidak tahan melihat Alea menderita lebih lama lagi.

Pasangan itu segera mengemasi barang-barang mereka dan Axelio mengatur agar mereka segera pulang. Kegembiraan dan relaksasi yang mereka alami sebelum Alea jatuh sakit kini tergantikan oleh kecemasan dan kekhawatiran akan kesehatan mentalnya.

"Maaf ya ... aku yang minta liburan, aku juga yang merengek minta pulang cepat," ujar si wanita di sela Axel mengemasi barang mereka dengan mengerucutkan bibir tipisnya.

Ia merasa tak enak hati pada sang suami. Liburan yang ia harapkan bisa menjadi penghilang jenuh di rumah malah membuat traumanya kambuh.

Alea memiliki trauma pada ombak di laut tapi bodohnya ia yang minta liburan di pantai, katanya ia rindu wangi laut yang menenangkan tapi tidak ombaknya.

Siapa yang mengira kalau cuaca hari ini di luar prediksinya, awal yang cerah tapi tiba-tiba mendung lalu turun gerimis serta ombak yang menggulung tinggi.

Orang-orang di sekitar pantai berteriak panik, berlarian ke sana ke mari.

Siapa tahu perubahan alam, tidak ada yang bisa memprediksinya bukan?

"Sudah jangan di pikirkan, hm?"

Axelio dan Alea tengah menikmati liburan romantis di pantai, tetapi kenangan traumatis Alea membuatnya ingin pergi sebelum tanggal keberangkatan yang dijadwalkan. Ketakutannya terhadap lautan dan ombak yang menghantam membuatnya panik, dan ia memohon kepada Axelio untuk mempersingkat masa liburan.

Axelio terkejut dengan perubahan perilaku Alea yang tiba-tiba, tetapi ia mencoba menghiburnya dan meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, ketakutannya terlalu kuat, dan ia bersikeras untuk segera pergi.

Waktu bergulir dengan begitu cepat, akhirnya mobil sewa yang di tunggu-tunggu pun tiba.

"Nah ayo, mau jalan sendiri apa mau di gendong saja?" tanya Axel lembut.

"Aku masih kuat jalan," jawab singkat Alea karena badannya masih lemas biasanya juga banyak bicara kok kalau nggak sakit.

Keduanya pun menaiki mobil sewa yang sudah di pesan, kebetulan liburan kali ini mereka naik transportasi umum sekalian nostalgia masa pacaran dulu katanya.

Setelah mengatakan tujuan pada sang driver, mobil itu pun melaju dengan kecepatan sedang.

Saat pasangan itu duduk di mobil sewaan dalam perjalanan pulang, Alea menoleh ke Axelio dengan ekspresi penyesalan di wajahnya.

"Maafkan aku," bisiknya.

"Aku tahu kita sudah berencana untuk tinggal di pantai selama satu hari lagi, tapi aku tidak bisa tinggal di sana lebih lama lagi. Ombak, suara laut, semuanya membawa kembali kenangan buruk itu, dan aku tidak tahan lagi."

Axelio menatap istrinya dengan campuran antara pengertian dan kesedihan di matanya.

"Tidak apa-apa," katanya lembut, mengulurkan tangan untuk memegang tangannya.

"Aku mengerti. Kesehatan mentalmu dan kenyamanan kamu adalah prioritas utamaku. Kita bisa pergi hari ini, tidak perlu tinggal sehari lagi."

Saat Axelio dan Alea pulang dengan mobil sewaan, mereka tak bisa tidak memperhatikan sesuatu yang aneh pada pengemudi itu. Ia adalah pria yang pendiam, sangat-sangat pendiam.

Pria yang tidak begitu tua itu tidak menjawab sepatah atau dua patah kata dengan suara, ia hanya memberikan jawaban berupa isyarat, kalau tidak mengangguk ya menggelengkan kepala jika Axel atau Alea mengajak komunikasi.

Hampir tak berbicara sepatah kata pun selama perjalanan. Matanya tampak terus bergerak ke sana kemari, dan ia tampak terlalu fokus pada jalan di depannya.

Axelio dan Alea saling berpandangan, merasakan ketidaknyamanan di hadapan pengemudi itu. Ada sesuatu tentangnya yang tampak tidak beres, sesuatu yang membuat mereka merasa tidak nyaman dan gelisah.

Saat pengemudi itu terus melaju, Axelio dan Alea berusaha keras menyingkirkan kecurigaan mereka dan berasumsi bahwa pria itu hanyalah orang yang pendiam dan tertutup atau mungkin lagi sakit sariawan.

Mereka mencoba untuk bersantai dan mengobrol satu sama lain, tetapi perasaan tidak nyaman masih menyelimuti mereka.

"Jika tidak ada kamu aku tidak tau lagi nasibku akan gimana," ujar Alea di dalam mobil.

"Untung saja aku datang tepat waktu tadi, jika tidak aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri," jawab Axel.

"Aku sungguh beruntung di miliki kamu Mas," ucap Alea dengan tersenyum cantik ke arah Axelio.

"Apa jadinya hidupku tanpa kamu," imbuhnya lagi sambil menyentuh setiap detail wajah rupawan milik sang suami.

Saat pasangan itu duduk di mobil sewaan dalam perjalanan pulang, Alea menoleh ke Axelio dengan ekspresi takut di wajahnya.

"Mas kamu sadar nggak ini mobilnya kok semakin lama semakin kencang ya?"

Axel yang baru saja akan menegur sang driver agar laju kendaraan sedikit di lambatkan malah di kejutkan oleh suatu kejadian.

Tiba-tiba, mobil itu berbelok tajam, dan sebelum mereka menyadarinya, mobil itu melaju kencang ke arah belakang truk di depannya.

Jantung Axelio dan Alea berdebar kencang saat menyadari bahwa pengemudi sengaja menabrakkan mobil ke truk. Benturan itu membuat mereka berdua tersentak, membuat mereka langsung mengenakan sabuk pengaman, linglung dan kehilangan arah.

Pikiran mereka berpacu, keterkejutan mereka awalnya berubah menjadi ketakutan dan kebingungan. Mengapa pengemudi itu melakukan ini? Apakah dia mencoba menyakiti mereka?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rose White

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku