Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
The Witcher of Mallacht

The Witcher of Mallacht

Iris

5.0
Komentar
642
Penayangan
12
Bab

Le Delleraz adalah seorang penyihir yang tiba-tiba saja muncul dan membuat kekacauan, dia mengutuk, membakar bahkan mencuri sesuatu yang begitu berharga. Semua makhluk memburu gadis itu, mengincarnya untuk alasan yang berbeda. Kemunculan Le Delleraz membuat keresahan dan rasa bingung untuk semua makhluk, tidak ada yang tahu apa tujuan gadis itu, dia begitu misterius. Le Delleraz harus terus bersembunyi dan melarikan diri dari makhluk-makhluk yang memburunya, termasuk dari Laccuan Holt. Pria pemburu yang selalu mengincarnya dan tidak pernah menyerah untuk bisa mendapatkannya. "Kau tidak akan pernah bisa mengehentikanku, Laccuan Holt." - Le Delleraz "Aku mengejarmu bukan untuk menghentikanmu, tapi untuk memilikimu. Jadi teruslah berlari, Le Delleraz. Kemanapun kau pergi, aku akan menemukanmu." - Laccuan Holt

Bab 1 Hutan Nirthina - Bab 01

Semilir angin malam menerpa rambut panjang seorang gadis yang saat ini tengah berjalan di tengah kegelapan, matanya yang bulat dan terlihat tajam kini menatap lurus ke arah depan.

Dia segera memasang tudung yang tersambung pada jubahnya agar wajahnya tidak bisa dilihat dengan jelas. Gadis itu memperhatikan sebuah gerbang yang berada cukup jauh di depan sana.

Terlihat puluhan pria bertelinga runcing dengan tombak dan panah tengah berjaga di depan pintu gerbang Nirthina, tempat yang menjadi hunian para peri. Mereka tinggal di Nirthina, mempunyai aturan dan hukum mereka sendiri.

Sudut bibir gadis bernama Le Delleraz itu sedikit tertarik ke samping membentuk sebuah senyuman yang teramat tipis.

Delleraz mendongakkan kepalanya untuk menatap rembulan yang terlihat memancarkan cahayanya hingga kulit putih pucat Delleraz kini menjadi bersinar diterpanya.

"Ini waktunya," gumam Delleraz kemudian melangkahkan kakinya keluar dari gelapnya hutan.

Delleraz berjalan dengan tenang, menyusuri hamparan rumput hijau yang terasa basah. Kakinya terus melangkah membuatnya semakin mendekat pada gerbang Nirthina.

"Berhenti di sana!" terdengar suara lantang dari salah satu prajurit membuat Delleraz menghentikan langkah kakinya.

"Apa yang kau lakukan di sini? Sudah malam, tidak ada yang boleh bertamu ke Nirthina di malam hari. Kecuali jika kau sudah memiliki janji dengan Ratu Shanley!"

Delleraz menatap semua prajurit yang kini berdiri beberapa meter di hadapannya, para prajurit peri itu terlihat begitu waspada dengan senjata di tangan mereka.

"Aku tidak memiliki janji," ucap Delleraz dengan suara yang terdengar begitu lembut tetapi tegas secara bersamaan.

"Kalau begitu pergilah dari sini," usir prajurit-prajurit itu membuat bibir Delleraz sedikit berkedut mendengarnya.

"Aku akan pergi setelah mendapatkan apa yang ku inginkan."

Para prajurit itu saling menatap satu sama lain ketika Delleraz melangkah sedikit mundur sembari menurunkan tudung yang menutupi kepalanya. Kini mereka semua bisa melihat mata berwarna coklat gelap milik Delleraz dan wajahnya yang bisa dikatakan sempurna.

"Siapa kau? Pergilah dari sini!" tanya mereka merasa penasaran.

"Kalian pasti mengetahui namaku, apa......ini pertama kalinya kalian melihat wajahku?" Delleaz tersenyum tipis kemudian merentangkan kedua tangannya.

Tiba-tiba saja sebuah cahaya berwarna kemerahan muncul dari kedua telapak tangannya membuat para peri itu begitu terkejut melihatnya.

"Dia penyihir itu!"

"Dia Le Delleraz! Jangan biarkan dia masuk ke dalam Nirthina, dia pasti ingin melakukan kejahatan!"

Prajurit-prajurit itu langsung melemparkan tombak mereka ke arah Delleraz, puluhan anak panah juga mulai dilepaskan. Delleraz hanya diam dan tetap berdiri di tempatnya sebelum ia melepaskan cahaya yang berada di tangannya.

Kraak.

Kraak.

Puluhan anak panah dan tombak itu mengambang di udara kemudian patah begitu saja ketika cahaya yang Delleraz lepaskan menyelimutinya. Peri-peri itu terbelalak kaget, mereka menatap Delleraz dengan penuh kewaspadaan.

Tanpa mengatakan apapun, Delleraz langsung melompat ke udara dan berputar di sana. Ia mengambil serbuk berwarna hitam dari dalam tas kulit yang ia kenakan, serbuk itu berubah menjadi asap ketika terkena oleh angin. Asap itu langsung membuat para peri penjaga terbatuk-batuk ketika menghirupnya.

"Arghh! Apa ini?"

"Jangan sampai dia berhasil masuk!"

"Di mana penyihir itu? Aku tidak melihat apapun!"

Suara panik dari para peri itu terdengar selama beberapa saat karena mereka tidak bisa melihat dengan jelas di mana keberadaan Delleraz, asap itu benar-benar berhasil menutupi pandangan mereka hingga pada akhirnya mereka semua ambruk ke tanah dan kehilangan kesadaran.

Delleraz kembali menginjakkan kakinya di atas tanah, ia menatap datar puluhan peri penjaga yang sudah tidak sadarkan diri.

"Kalian akan bangun dalam kegelapan besok pagi," gumam Delleraz lalu berlajan menuju ke depan pintu gerbang, ia mencoba untuk membukanya, tetapi tidak bisa karena sihir peri yang melindunginya.

Delleraz mengambil nafasnya dalam-dalam, dia sudah mempelajari banyak hal. Delleraz tidak akan berani ke Nithina jika tidak dengan persiapan yang matang. Delleraz menggenggam akar yang menjuntai di depan pintu gerbang itu sembari merapalkan sesuatu dengan begitu cepat.

Hanya dalam waktu sekejap, pintu gerbang itu terbuka lebar untuknya. Tidak ingin membuang kesempatan, Delleraz segera masuk. Keindahan hutan Nithina langsung terlihat di depan matanya, di setiap pepohonan terdapat rumah untuk para penduduk Nirthina.

Di sana tampak begitu bercahaya dan juga hijau, menunjukkan kesuburan tanahnya. Hal itu membuat siapapun yang memandangnya akan merasa damai dan tenang. Delleraz membawa langkah kakinya melewati rumah demi rumah penduduk Nirthina, tidak ada siapapun yang melihatnya.

Semua peri telah terlelap di dalam rumahnya masing-masing, Delleraz tahu bahwa pada larut malam seperti sekarang ini tidak akan ada lagi peri yang berada di luar rumah. Mungkin itu adalah peraturan dari sang ratu, atau memang sebuah kebiasaan yang membuat hutan Nirthina begitu senyap ketika malam hari.

Delleraz segera bersembunyi di balik salah satu pohon saat ia sudah sampai di tengah-tengah hutan Nirthina. Di sana terdapat satu pohon berukuran begitu besar yang dijaga oleh puluhan prajurit di sekitarnya.

Di batang pohon itu terdapat sesuatu yang begitu berharga dan dibutuhkan oleh para peri.

"Permata Damanta," gumam Delleraz dengan mata yang berbinar melihat betapa indahnya permata itu.

Delleraz menatap para prajurit yang terus berlalu lalang di depan pohon itu, dia tidak akan bisa menyelinap dan mengambil permata Damanta begitu saja karena permata itu dijaga dengan ketat selama 24 jam.

Bagaimana tidak? Permata Damanta sudah seperti kehidupan dan nyawa bagi para peri, permata itu memberikan kesuburan dan cahaya di dalam hutan Nithina. Permata Damanta juga memberi energi serta kekuatan untuk mereka. Para peri bahkan menjulukinya sebagai permata kehidupan, dan Delleeaz akan mengambil kehidupan itu dari mereka.

Delleraz segera mengeluarkan serbuk hitam yang masih tersisa dari dalam tasnya, ia menggenggam serbuk itu erat-erat sebelum keluar dari tempat persembunyiannya.

Para prajurit tersentak kaget melihat kedatangannya.

"Berhenti di situ!"

Delleraz tidak menghiraukannya, gadis itu malah berlari membuat para prajurit peri langsung memanahinya. Delleraz segera melemparkan serbuk yang ia genggam ke arah prajurit itu kemudian berguling untuk menghindar dari puluhan anak panah yang sudah sempat mereka lepaskan.

"Arghh! Uhuk uhuk," mereka semua terdengar batuk dan tentunya merasa sesak nafas.

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

Tepat dihitungan ketiga, para penjaga itu ambruk begitu saja membuat Delleraz buru-buru melompat tinggi agar bisa mengambil permata Damanta.

Delleraz mulai memasang sarung tangan berwarna hitam agar kulitnya tidak langsung bersentuhan dengan permata Damanta, ia tersenyum saat melihat permata yang begitu berharga itu kini berada tepat di depan matanya.

Delleraz menatap permata itu lekat-lekat sebelum mengambilnya dari batang pohon membuat cahaya di hutan Nirthina langsung redup seketika, bahkan tumbuhan yang tadinya terlihat hijau langsung berubah layu dan menghitam seperti habis terbakar.

"Ada apa ini?!"

"Permatanya!"

Suara keributan mulai terdengar membuat Delleraz segera memasukkan permata Damanta ke dalam tas kulit yang ia selempangkan di balik jubah setelah membungkusnya dengan selembar kain berwarna hitam.

"Ada pencuri!" teriak para prajurit peri yang kini berdatangan dari segera arah, hal itu membuat Delleraz terkurung di tengah-tengah mereka.

"Dia penyihir itu!"

Delleraz berdiri dan menatap mereka semua dengan waspada.

"Tangkap dia!"

Puluhan anak panah dan tombak dilepaskan ke arahnya, dapat Delleraz lihat para penduduk Nirthina yang keluar dari rumah untuk melihat apa yang sedang terjadi saat ini.

"Sial," Delleraz mengumpat pelan karena tidak menyangka bahwa hutan Nirthina akan langsung kehilangan cahaya ketika ia mencabut permata Damanta dari batang pohonnya sehingga kini ia langsung ketahuan dan dikepung oleh para prajurit peri.

Delleraz langsung mengeluarkan pedang yang selalu ia bawa, dengan cepat ia menangkis setiap anak panah yang melesat ke arahnya. Delleraz melompat dan mengarahkan sihirnya untuk menghalau para prajurit peri agar tidak bisa menyerangnya dengan pedang mereka yang begitu panjang dan tentunya tajam.

Tiba-tiba saja sosok gadis dengan tubuh yang memancarkan cahaya datang dan langsung melepaskan anak panah ke arahnya. Mata Delleraz melebar melihatnya, ia segera menghindar dan menangkis dengan pedang andalannya hingga anak panah itu terbelah menjadi dua.

"Jangan biarkan penyihir itu membawa permataku!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku