Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Si Pahit Lidah

Si Pahit Lidah

Author Lani

5.0
Komentar
55
Penayangan
9
Bab

Seorang perempuan yang diberikan sebuah anugerah yang tidak semua orang miliki, setiap yang diucapkan oleh perempuan itu dalam sekejap langsung terjadi di dunia nyata. Bahkan anugerah yang dimiliki olehnya mampu melawan orang-orang yang telah menyakitinya sampai pada akhirnya ia merasakan kemenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya.

Bab 1 Tegar Menjalani Ujian

Sari merupakan nama seorang perempuan yang memiliki paras yang sangat manis bahkan terlihat tampak meneduhkan ketika dipandang. Selain itu, ia sangat tegar menjalani ujian hidup yang selalu menimpanya sedari kecil sampai dirinya beranjak dewasa.

Sewaktu Sari berumur empat belas tahun, ia sangat tersiksa karena pembullyan yang dilakukan oleh teman-temannya disekolah ketika Sari kelas satu duduk dibangku sekolah menengah pertama. Pada saat itu dirinya menjadi korban bullying, bahkan teman yang lain ikut mengejek dirinya.

Sari pernah merasakan diperbudak oleh teman-temannya sehingga dirinya dijadikan babu sekolah.

"Heh! Belikan aku bolpoin dong," suruh Amel salah satu teman kelasnya.

"Berapa?" Sari bertanya kepadanya.

"Satu saja," ujar Amel.

Saat itu hampir jam pelajaran pertama dimulai, Sari seorang diri keluar dari kelas dan bergegas keluar sekolah membeli bolpoin yang berada di warung dekat sekolah.

*Kring ... Kring ... Kring* (Suara bell sekolah berbunyi)

Sari sedikit kaget dan ia langsung berlari menuju sekolah, hampir saja gerbang sekolah ditutup oleh satpam. Sari langsung bergegas masuk ke dalam kelas, ia memberikan bolpoin milik Amel yang sudah dibelikan olehnya.

Pelajaran pertama dimulai sampai pelajaran ke tiga, murid yang berada di dalam kelas sangat menghargai guru. Suasana kelas sangat hening dan tenang, bahkan murid di dalam kelas fokus belajar.

Suara bell istirahat berbunyi kembali.

"Silakan kalian istirahat," ujar guru pelajaran ke tiga.

Temannya yang lain berbondong-bondong keluar kelas dan membeli jajan, ketika Sari hendak berdiri dari tempat duduk ia langsung dihadang oleh Amel serta kelompoknya.

"Mau ke mana kamu? Sebelum keluar belikan kita semua makanan," ucap Amel.

"Boleh, Mel. Tapi uangnya mana?" ujar Sari.

"Pakai uang kamu," jawabnya. Tatapan Amel begitu sinis melihat Sari.

Sari hanya terdiam tanpa berkata satu kata pun. "Kenapa diam? Pergi sana! Jangan lupa belikan kita semua makanan pakai uangmu," bentak Amel.

Sari melangkah pergi keluar kelas dan meninggalkan Amel beserta teman-temannya di dalam keluar kelas. Saat itu, uang yang Sari punya hanya lima belas ribu saja.

Ia melihat sekeliling warung dengan raut wajah yang sedang bingung.

"Hufftt..." Suara helaan nafas Sari.

Sari membelikan makanan ringan untuk Amel serta kelompoknya.

"Aku beli yang ini saja ... Siapa tahu dia suka," gumam Sari membatin.

Setelah itu Sari membeli satu roti serta air putih dingin yang ia ambil dari dalam kulkas. Ia langsung bergegas jalan ke sekolah dan masuk ke dalam kelas.

Dirinya melihat Amel serta kelompok gengnya sedang tertawa membicarakan sesuatu. Sari memberikan makanan ringan untuk mereka dan ia mengambil roti serta air putih yang sudah dibelinya.

Tiba-tiba saja, ketika Sari duduk salah satu teman dari geng Amel menghampiri Sari dan merebut roti yang hendak dimakan oleh Sari.

"Kamu tak usah makan karena kebetulan aku juga ingin roti ini," ucapnya sambil merampas roti dari tangan Sari.

Teman kelasnya yang baru saja datang dan masuk ke kelas, mereka melihat Sari sehingga merasa kasihan olehnya.

Sari yang sedang menahan nangis dan lapar ia hanya bisa terdiam. Tiba-tiba saja, ia diberikan beberapa makanan oleh teman-teman sekelasnya yang menghampirinya.

Sari menatap mereka dengan tampak wajah kebingungan.

"Tak usah, Ren," ucap Sari menolaknya.

Reni dengan tenang menjawab, "Tak apa-apa, Ri. Tolong terima saja pemberian dari kami." Sari tampak tak enak hati dan berkali-kali ia menolak, sekaligus Reni berkali-kali memaksa Sari untuk menerimanya.

Reni, Adel, Nur, Nisa, dan Dewi duduk menemani Sari. Mereka mengajak Sari berbicara dan mengobrol.

Adel bertanya dengan berbisik, "Tadi kami melihat kamu dipalak dan dirampas makananmu oleh golongannya Amel tapi kenapa kamu hanya diam saja?"

Sari hanya tersenyum melihat teman-temannya dan berkata, "Biarkan saja karena aku memang sengaja diam untuk melihat keburukan mereka jika sudah waktunya mereka akan mendapatkan karma jahat yang setimpal sehingga membuat mereka tersadar."

Mereka yang mendengar perkataan Sari hanya geleng-geleng kepala dan ada pula yang kesal dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Sari.

"Mau sampai kapan kamu ditindas oleh Amel serta gengnya itu? Mereka hanya menyusahkan kamu saja," celetuk Nisa yang sedikit kesal terhadap Sari.

"Biar karma yang akan membalasnya dan waktu yang akan menjawabnya," jawabnya.

"Yasudah terserah kamu saja ... Aku hanya memberitahumu agar kamu tidak ditindas oleh mereka," kesal Nisa.

Sari, Reni, Nur, Nisa, Adel, dan Dewi menikmati makan bersama ditempat duduk dekat Sari.

Amel yang hendak menghampiri Sari langkahnya terhenti ketika melihat ada yang menemani Sari.

"Kurang ajar! Baru saja aku ingin menghampirinya," celetuk Amel.

Vivi memberikan saran, "Sudahlah, kamu tenang saja. Nanti pulang sekolah kita jegat saja dia."

Amel menyetujui saran Vivi, mereka berdua menatap Sari dengan penuh dendam dan amarah.

*Kring ... Kring ... Kring ... Istirahat telah selesai harap masuk ke dalam kelas masing-masing untuk melanjutkan pelajaran* (Suara bell sekolah berbunyi kembali

Ketika Sari hendak berjalan keluar kelas untuk membuang sampah, ia tersandung kaki Amel hingga Sari terjatuh.

*Plak*

"Suara apa tuh?" tanya mereka yang kaget. Teman-teman satu kelas melihat ke arah Sari yang sedang terjatuh.

"Lho? Perempuan culun itu rupanya yang jatuh," celetuk Dika.

"Hahahaha," ejek satu kelas menetertawakan Sari.

Reni menghampiri Sari dan membantunya bangun.

"Jangan didengarkan ejekan mereka dan sekarang kamu buang sampahnya sebelum guru masuk ke dalam kelas," saran Reni.

Reni menatap Amel yang sedang tertawa terbahak-bahak dengan tatapan tajam, ia menghampiri Amel.

"Heh! Punya hati tidak sih? Jahat sekali kamu terhadap Sari," gertak Reni sambil menggebrak meja Amel.

Sontak saja murid yang didalam kelas kaget dengan gebrakan meja dan gertakan Reni yang memarahi Amel.

Amel yang tidak terima, ia langsung berdiri dari tempat duduknya.

"Berani sekali kamu menggertakku!" kilah Amel yang marah.

"Apa? Kau kira aku takut sama kamu? Tentu tidak!" ketus Reni sekaligus menarik baju depan Amel.

Reni dan Amel saling bertatap wajah dengan tatapan yang sangat tajam. Sari masuk ke dalam kelas, ia melihat Reni bertengkar dengan Amel.

Sari langsung menghampiri Reni.

"Sudah, Ren. Tahan amarahmu karena aku lihat diluar ada guru yang akan datang ke kelas," tegur Sari.

Reni melepaskan tarikannya dan ia duduk kembali ke tempat duduknya. Amel menoleh ke belakang dan ia menatap Sari.

Sari yang mengetahui ditatap oleh Amel, ia tidak menghiraukannya.

Jam pelajaran telah dimulai kembali ketika guru datang ke kelas. Murid-murid dikelas fokus pada pelajaran, sampai pelajaran terakhir selesai.

Suara bell berbunyi kembali, guru memberikan tugas sekolah untuk dikerjakan di rumah.

"Silakan rapihkan buku-buku kalian dan jangan lupa tugas sekolah harus dikumpulkan besok," pesan guru.

"Siap, Buk," jawab murid serentak.

"Deni?" tanya guru memanggil.

"Iya, Buk?" jawab Deni ketua kelas.

"Kamu pimpin doa sebelum pulang," pintanya.

Deni memimpin doa. Setelah berdoa, mereka keluar kelas dengan tertib.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku