Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Belang si Janda Kembang

Belang si Janda Kembang

SanSan954

5.0
Komentar
306
Penayangan
48
Bab

'Belang Janda Kembang' menceritakan konflik rumah tangga Amy (24/P) dengan Tesla(27/L), lima tahun menikah belum juga dikaruniai anak. Padahal Amy ingin sekali meramaikan rumah dengan kehadiran anak-anak, segala usaha dilakukannya dari konsultasi ke dokter, ikut program kehamilan, sampai menjalani terapi ruqyah. Semua itu Amy lakukan juga atas desakan ibu mertuanya yang sangat ingin memiliki cucu, bahkan Dialin (50/P) ibu mertua Amy nekat menjodohkan Tesla--anaknya, pada Arem (24/P) janda kembang tetangga mereka. Amy dihadapkan pada dua pilihan bercerai dari Tesla atau menerima hidupnya dimadu?

Bab 1 Harapan Dan Doa

"Sayang, sarapan yuk!" panggilku pada Tesla.

Kemudian aku membantunya merapikan dasi, dan kancing atas kemeja--Tesla.

"Kamu gak kerja?" tanyanya.

Mungkin dia heran melihat aku masih santai dengan daster panjang, sementara jarum jam telah berada di angka delapan.

"Hari ini, Amy ada janji dengan Umi Fullsun," jawabku, dengan senyum terkembang.

"Siapa dia?"

Kening Tesla berkerut keheranan mendengar nama, yang aku sebutkan. Aku memang belum pernah, bercerita tentang wanita itu padanya. Kemudian dia mulai menikmati segelas teh hangat, dan sepiring nasi goreng yang aku suguhkan.

"Umi Fullsun--seorang peruqyah, kata teman Amy, tidak ada salahnya dirukiah, untuk melihat apa ada gangguan di rahim atau tidak," paparku.

Tesla mengangguk-anggukkan kepalanya sambil terus mengunyah, membuat aku merasa gemas ingin mengecup bibirnya.

"Enak gak, Sayang?" tanyaku dengan tatapan menggoda.

"Apanya?" dia balik bertanya.

"Nasi goreng buatan Amy lah, memang apanya?" rajukku.

Entah bercanda atau sengaja Tesla selalu membuatku salah tingkah, itu jugalah yang mungkin membuat aku selalu merasa, kami masih berpacaran.

Tidak ada kata bosan bila sedang bersamanya, dan selalu ada rindu, yang menggebu bila tidak bertemu.

"Aku pikir, yang semalam," jawabnya dengan senyum terkembang.

"Emang, yang semalam gak enak?" kejarku deg-degan.

Dia menatap lama membuat aku merasa jengah. Aku pura-pura membersihkan bekas sarapannya, menyingkirkan piring kotor, dan menambahkan air putih ke gelas minumnya.

"Enak dong, mau nambah sebenarnya ...."

Hawa panas seketika menjalari wajah, mungkin kini kulit mukaku memerah, membayangkan adegan panas semalam. Aku akui, semalam kami pakai gaya baru. Gaya, yang kami pelajari dari buku 'Kama Sutra'.

"Terus, kenapa gak minta?" gumamku tersipu malu.

"Ha ha ha ...." dia tertawa membuat aku semakin salah tingkah.

"Nanti malam aku kasih, yang ekstra," bisiknya mesra. "Hari ini kamu gak kerjakan? Jadi selesai ruqyah istirahat. Kumpulkan tenaga untuk nanti malam," sambungnya sambil mengecup pipiku. Aku semakin tersipu, aku antarkan lelaki itu ke teras. Melambaikan tangan dengan tatapan mesra saat mobilio warna merah itu membawanya pergi.

Aku, dan Tesla menikah lima tahun yang lalu. Pernikahan kami tidak dimulai dengan pacaran. Iya, kami berpacaran setelah menikah. Perkenalan kami atas perantara Ustadz Handoko--seniorku di kampus, dan sekarang menjadi rekan sejawat Tesla di sebuah universitas swasta.

Dulu, aku juga dosen pembimbing di sana. Sekarang hanya menjadi penasehat saja, sejak ikut program kehamilan, aku mengurangi segala aktivitas di luar rumah. Satu-satunya pekerjaan yang masih aku tekuni--menjadi penulis lepas, kadang membantu mengedit skripsi para mahasiswa. Keputusan berhenti menjadi dosen adalah, karena kerinduan akan hadirnya sosok anak di dalam rumah.

Lima tahun hidup berdua terasa hampa, tanpa adanya tangis dan tawa balita di rumah. Selain itu, mama Dialin--mertuaku bawel sekali bertanya soal anak.

Aku juga kerap minder saat bertemu teman semasa sekolah atau kuliah, yang bila berjumpa pasti bertanya "Sudah punya anak berapa?"

Segala cara telah aku coba, dari mulai memakan segala makanan, yang katanya penyubur kandungan. Hingga menjalani pengobatan ala tradisional, berupa urut perut. Jangan tanya soal dokter, aku sudah mendatangi beberapa orang dokter ahli kandungan, dan mengikuti berbagai program kehamilan. Namun, hasilnya memang belum ada. Belum sekalipun, aku merasakan telat datang bulan.

Kali ini, aku ingin mencoba alternatif lain. Ruqyah syariah, 'katanya' sulit mendapatkan keturunan bisa jadi karena adanya gangguan dari makhluk sebangsa jin. Ruqyah disinyalir dapat menghilangkan gangguan itu, akupun ingin mencobanya.

***

Setelah selesai semua tugas rumah, aku berangkat menuju rumah Umi Fullsun. Tentu sebelumnya, aku telah membuat janji terlebih dulu dengan wanita tersebut.

"Assalamualaikum," sapaku, di depan pintu sebuah rumah sederhana.

"Waalaikumsalam. Oh, Dik Amy, mari masuk!"

Aku menyalami wanita berkerudung panjang itu. Lalu, mengikutinya masuk ke rumah. Umi Fullsun begitu dia biasa disapa, aku mengenalnya dari seorang sahabat, yang aktif di majelis taklim. Menurut temanku itu umi Fullsun wanita muslimah taat, yang juga sangat ramah. Beliau hafal Al Qur'an, dan juga paham ayat-ayat ruqyah. Karenanya, dia menjadi seorang peruqyah.

"Mari duduk, Dik Amy," ujarnya mempersilahkan.

Aku menurut duduk di sofa sederhana, yang ada di ruang tamu rumahnya. Setelah beberapa menit berbasa-basi, aku pun mengutarakan niat kedatangan ke rumah itu.

"Jadi begini Umi, Amy kan sudah lama menikah, dan belum dikaruniai anak. Kedatangan Amy sekarang, selain silaturahmi juga ingin minta tolong Umi, ruqyah kan Amy. Mana tahu dengan perantara Umi, Tuhan titipkan seorang hamba di rahim Amy," pintaku.

"Aamiin Allahumma Aamiin. Kita manusia hanya berusaha, soal hasil berserahlah pada Tuhan pemilik kehidupan," ujar Umi Fullsun mengingatkan.

Singkat cerita umi mulai membaca ayat-ayat ruqyah padaku, setelah sebelumnya memastikan bahwa aku dalam keadaan suci dari segala hadas. Sembari umi membacakan ayat-ayat ruqyah, aku tidak berhenti berdzikir, memohon dan berharap Allah mau mempercayakan hambanya untuk aku kandung, aku lahirkan, dan nanti aku besarkan dengan didikan yang baik.

Aku akui, aku bukanlah perempuan, yang betul-betul taat pada agama. Namun, setidaknya aku tidak menyekutukan Tuhan. Aku yakin akan hal itu, karena aku tidak pernah sekalipun mendatangi dukun atau peramal. Aku percaya jin, dan iblis itu ada. Tapi aku tidak seperti kebanyakan orang, yang takut, dan paranoid dengan segala macam cerita tentang hantu..

Satu jam berlalu, tidak ada reaksi apa-apa. Selama umi membacakan ayat-ayat ruqyah, yang aku rasa hanyalah ketenangan. Tidak ada hawa panas, gelisah, ataupun sakwasangka.

"Melihat kondisimu, dan sesuai dengan apa yang kau rasa, seperti ceritamu. Insya Allah, sepertinya tidak ada gangguan apapun pada dirimu," ujar umi.

Aku mengangguk lega, setidaknya apa, yang selama ini dicurigai teman-teman, kalau aku diganggu makhluk gaib terbantahkan sudah.

"Terima kasih, Umi. Sekarang Amy merasa lega," ucapku.

"Sama-sama Dik Amy, teruslah berdoa dan berusaha. Terkadang belum terkabulnya doa kita bukan karena tidak didengar. Mungkin saja Allah ingin menguji kesabaran, dan keikhlasan kita sebagai hamba," papar umi panjang lebar.

Setelah mengucapkan kata terima kasih berulang-ulang, akupun izin pamit untuk pulang. Aku benar-benar merasa lega, harapanku kembali bergelora. Diam-diam aku meraba perutku sendiri, berharap setelah ini ada janin yang tumbuh di rahimku.

"Ya Allah ... Percayakan lah hamba untuk menjadi seorang ibu, hamba berjanji akan menjaga dan mendidiknya dengan cara terbaik," doaku dalam diam, sebelum melangkah meninggalkan halaman rumah umi Fullsun. Ah ... semoga saja setelah ini, aku segera hamil. Tidak sabar rasanya, ingin menggendong bayi ke mana-mana. Membayangkannya saja, membuatku merasa riang. Bagaimana kalau semua itu menjadi kenyataan, bukan cuma sebatas angan.

[Amy, kamu di mana? Mama udah lama nih nunggui kamu,] pesan tex dari mertuaku.

Ah ... mau apa lagi dia?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh SanSan954

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Belang si Janda Kembang
1

Bab 1 Harapan Dan Doa

14/02/2022

2

Bab 2 Suami Idaman

14/02/2022

3

Bab 3 Gairah Halal

14/02/2022

4

Bab 4 Pemeriksaan

14/02/2022

5

Bab 5 Seorang Sahabat

14/02/2022

6

Bab 6 Tajamnya Mulut Tetangga

14/02/2022

7

Bab 7 Bertamu Hingga Malam

14/02/2022

8

Bab 8 Surat Cinta dari Tesla

14/02/2022

9

Bab 9 Malam Penuh Gairah

14/02/2022

10

Bab 10 Tentang Sahabat

14/02/2022

11

Bab 11 Antara Aku Mama dan Arem

15/02/2022

12

Bab 12 Tesla Ketahuan

15/02/2022

13

Bab 13 Jejak Para Pengkhianat

15/02/2022

14

Bab 14 Cerdasnya Seorang Sahabat

15/02/2022

15

Bab 15 Bara Dendam Istri yang Tersakiti

15/02/2022

16

Bab 16 Penangkapan Arem dan Paket Misterius

17/02/2022

17

Bab 17 Bapak Mertua Meninggal

22/02/2022

18

Bab 18 Arem Hamil

22/02/2022

19

Bab 19 Tesla Menghilanh

22/02/2022

20

Bab 20 Peneror Misterius

25/02/2022

21

Bab 21 Memilih untuk Tenang

25/02/2022

22

Bab 22 Berlibur

25/02/2022

23

Bab 23 Pelangi di Taman Bunga

25/02/2022

24

Bab 24 Kewajiban Suami

25/02/2022

25

Bab 25 Kabar Duka dari Padang

25/02/2022

26

Bab 26 Undangan dari Pak Handoko

28/02/2022

27

Bab 27 Kabar Duka dari Padang bagian Dua

28/02/2022

28

Bab 28 Hadiah Cinta

28/02/2022

29

Bab 29 Ade Pulang

28/02/2022

30

Bab 30 Saudara Baru

28/02/2022

31

Bab 31 Bulan Penuh Berkah

28/02/2022

32

Bab 32 Arem Menghantui

01/03/2022

33

Bab 33 Hatiku Terluka lagi

01/03/2022

34

Bab 34 Semua Tentang Yuni

01/03/2022

35

Bab 35 Yuda Buana

01/03/2022

36

Bab 36 Hari Kemenangan

07/03/2022

37

Bab 37 Usaha Baru

07/03/2022

38

Bab 38 Cinta Pertama

07/03/2022

39

Bab 39 Antara Neneng dan Yuda

07/03/2022

40

Bab 40 Rekaman CCTV

07/03/2022