Bramantyo Anderson adalah pemilik sekaligus pendiri FW Company. diusianya yang sudah menginjak lanjut, ia mewariskan perusahaannya pada anak dan cucu-cucunya. salah satunya Leo Bramantyo Anderson. dan sejak perusahaan dipimpin oleh Leo, banyak bandit-bandit berdasi yang berhasil dimusnahkan oleh Leo, membuat kinerja perusahaan meningkat begitu pesat. bahkan Leo berhasil mempertahankan posisi FW Company sebagai nomor lima terkaya di Indonesia dan masuk jajaran 50 perusahaan terkaya di dunia. sifat dingin dan sulit disentuh yang Leo milikilah yang menjadi pertahanan utama bagi pria tampan tersebut. bahkan penerus yang lain pun banyak belajar darinya. namun sedingin-dinginnya Leo dan sesulit apapun Leo untuk disentuh, ditangan seorang Lista, Leo selalu kehilangan harga dirinya. kekasihnya itu berhasil memporak-porandakan pertahanan Leo, bahkan Leo bisa berubah layaknya anak kecil jika sudah bersama Lista. punya dua kepribadian yang berbeda membuat banyak sepupu Leo selalu meminta bantuan Lista jika Leo sulit untuk diajak kumpul keluarga, dan seperti biasa, Leo akan jinak jika bersama sang kekasih yang faktanya masih SMA kelas tiga disaat ia sudah menginjak umur 26 tahun.
Hiruk pikuk kesibukan siang ini terlihat sangat jelas di FW Company.
Sebuah perusahaan adidaya yang bergerak di bidang pariwisata, perkapalan, perhotelan dan properti. Bahkan FW Company masuk dalam daftar lima perusahaan terkaya di Indonesia dan masuk dalam jajaran 50 perusahaan terkaya di dunia.
Dan sudah hukum alamnya setiap perusahaan yang saat itu sedang berjaya pasti akan banyak musuh dalam selimut yang juga Mulai bermunculan satu persatu. Namun seperti mempunyai kekuatan super, para penerus FW company bisa dengan mudah menyelesaikan semua masalah yang didatangkan oleh tikus-tikus berdasi yang muncul di perusahaan mereka.
Pemilik sekaligus pendiri perusahaan FW Company adalah Bramantyo Anderson yang saat ini sudah tak mengurus perusahaan lagi. Pria 78 tahun itu kini tengah asik menikmati hasil kerjanya dengan liburan keliling dunia bersama istri tercinta.
Sejak Bramantyo pensiun, semua tanggung jawab perusahaan ia berikan pada anak dan cucunya. Dan yang saat ini banyak dikenal publik adalah Anderson bersaudara. Lima orang cucu Laki-laki Bramantyo yang juga menjadi ahli waris semua hartanya.
Leo Bramantyo Anderson, cucu tertua Bram dari anak pertamanya. Leo punya sifat yang dingin dan sulit untuk ditebak. Saat ini Leo sudah menginjak usia 26 tahun dan sudah menjadi pemegang saham terbesar di FW Company.
Tak ada yang berani macam-macam dengan Leo. Seolah punya insting yang bagus, Leo begitu sulit untuk dijatuhkan. Bahkan Leo diberi gelar pria kulkas seribu pintu.
Namun dibalik sifat dingin dan tak tersentuhnya seorang Leo, ada seorang bocah perempuan SMA kelas tiga yang berhasil membuat Leo porak-poranda. Gadis itu bernama Lista. Gadis gila yang masuk ke dalam hidupnya dan mengacak sistem pertahanan seorang Leo.
Dan hanya Lista lah yang bisa membuat Leo manut dan tak berani membantah.
*****
Braakk!
Map berisi beberapa kertas penting itu bertebaran di atas meja kerja dan lantai ruang kerja Leo. Tak ada yang berani masuk dalam kemurkaan sang bos besar. Bahkan Angga Bramantyo Anderson, adik kandung Leo yang masih duduk di tahun satu semester satu perkuliahan.
Dan yang menjadi penyebab Leo murka, adalah sebuah pesan singkat yang berisi foto sang kekasih sedang berduaan dengan seorang siswa laki-laki.
Oh, bahkan Leo tak peduli mereka berdua sedang apa. Yang jelas, Ia melihat Lista tengah berduaan dengan siswa tersebut.
Leo menekan interkom di meja kerjanya dan langsung terhubung dengan sekretarisnya, "Kosongkan jadwal saya hari ini. Saya ingin pergi membunuh seorang bocah siang ini." Ucapnya tanpa bisa dibantah.
Bahkan Ririn, sang sekretaris hanya bisa mengiyakan saja tanpa ingin bertanya lebih lanjut. Ia tak mau diamuk dan dipecat.
"Kau masih ingin di sini atau kembali ke rumah?" Tanya Leo pada Angga saat ia berdiri dan hendak keluar ruangan.
"Aku ingin di sini. Kakak duluan saja. Setidaknya jika kau gila karena gadismu, aku bisa menggantikan posisimu di sini sampai kau sembuh." Jawab Angga membuat Leo seketika mendengus.
Leo tak bicara lagi. Ia langsung melangkah keluar. Selama perjalanan turun menuju parkiran, setiap karyawan yang berpas-pasan dengan Leo, tak berani menyapa pria tersebut. Seperti ada peringatan "Senggol bacok" di wajah Leo.
"Kenapa lagi itu bos kita?" Tanya Melisa salah satu tim HRD.
"Biasalah. Siapa lagi yang sanggup membuat bos besar murka seperti ini kalau bukan bocah SMA itu. Kau tahu sendiri kan betapa BuCin nya bos kita pada Lista."
"Ckckck! Terkadang aku iri dengan bocah gila itu. Sudah punya kekasih super sempurna dan kaya raya, tapi masih belum bersyukur."
"Husss.. jangan begitu. Nanti terdengar bos besar, kau bisa selesai di sini."
"Aku benar kan? Sebenarnya apa yang Pak Leo cari dari bocah SMA itu? Cantik nggak, tepos iya. Kenapa nyarinya yang seperti itu? Padahal di sini banyak yang semok dan aduhai."
"Hahahaha. Maksudmu siapa? Kau gitu?"
"Ya siapa lagi? Bahkan goyanganku tak akan kalah dari goyangan wanita penggoda di club' malam."
"Ckckck. Sayangnya pak bos tak tertarik dengan tubuhmu. Tuan muda itu lebih memilih gadis tepos seperti yang kau sebutkan tadi." Ucap Yuni yang langsung pergi meninggalkan Melisa.
Sementara itu, di mobilnya, Leo sudah panas membara ingin segera sampai di sekolah kekasihnya itu. Gadis nakal itu tak juga mau mendengarkan peringatannya. Sepertinya ia memang harus menghukum Lista agar mau patuh padanya.
Leo bahkan sudah menginjak pedal gas sangat dalam. Ia tak peduli dengan umpatan yang ditujukan padanya dari pengguna jalan raya. Baginya, ia hanya ingin cepat sampai di sekolah Lista.
Dan perjalanan lima belas menit dari kantornya ia pakai untuk sampai di sekolah kekasihnya itu. Ia memarkirkan mobilnya di parkiran khusus tamu. Tanpa keluar dari mobil, ia menghubungi Lista yang ia tahu sedang belajar.
Ia menghubungi Lista. Panggilan pertama, gadis itu tak menjawab sedikitpun. Namun saat panggilan kedua, ada jawaban dari seberang sana.
"Ke parkiran sekarang juga. Aku di parkiran.!!!" Hanya itu yang Leo ucapkan sebelum ia mematikan ponselnya secara sepihak.
Leo melirik jam di tangannya. Ia mengetuk pelan setir mobil sembari menunggu Lista datang. Tak terlalu lama ia menunggu sampai dari koridor ia bisa melihat Lista yang berlari menuju mobilnya dan langsung masuk ke dalam.
"Beritahu padaku sayang, ini apa." Tanpa basa basi, Leo menunjukkan layar ponselnya pada Lista.
Gadis itu sedikit menyipit melihatnya. "Kenapa? Apa ada yang salah?"
"Ayolah Honey. Beritahu padaku dia siapa?"
Lista memajukan sedikit bibirnya lalu menatap Leo dengan tatapan usil. "Kenapa? Dia tampan bukan?"
"LISTA!"
"Kenapa? Dia hanya teman sekelas ku om. Dan di foto itu kita juga tak bicara hal penting. Hanya bertanya perihal tugas. Apa salahnya?"
Leo menggeram kesal saat Lista memanggilnya dengan sebutan Om. Ia tahu jika Lista sudah memanggilnya seperti itu, itu artinya kekasihnya ini juga dalam mode kesal padanya.
Leo menatap lekat wajah manis kekasihnya itu. Wajah yang selalu ia rindukan namun juga selalu membuatnya naik darah.
Oke. Ia harus tenang. Jika ia keluarkan marahnya pada Lista, gadisnya ini akan membuatnya semakin gila.
"Baiklah. Beritahu padaku honey dia siapa? Kenapa dia mendekatimu dan kenapa kamu tersenyum semanis ini padanya?" Tanya Leo memberondong Lista dengan berbagai pertanyaan yang sebenarnya sudah Lista jawab semuanya di awal tadi.
Lista tak langsung menjawab. Ia mencebik sedih melihat Leo yang memerah kesal menatapnya.
Lista menarik nafas dalam lalu melepaskannya secara perlahan. "Namanya Bintang, teman sekelas aku sekaligus menjadi ketua kelas dan ketua OSIS. Foto ini kejadian tadi pagi dimana Bintang manggil aku dan minta bantuan untuk ikut menjadi panitia acara Promnight yang akan diadakan satu bulan lagi. Jadi,"
"Tolak!"
"Ha?"
"Bukan Ha! Tapi tolak sayang."
"Kenapa? Apa salahnya aku jadi panitia."
"Sayang, kamu kelas tiga. Kamu juga sibuk persiapan ujian. Jangan sibuk dengan hal tak jelas seperti itu."
"Om!"
"Jangan panggil aku Om."
"Om Leo."
"Lista!"
"Om Singa."
"Honey!"
"Om Singa!"
Leo menghela nafas kasar. Ia mengacak rambutnya kesal. "Oke baiklah. Jelaskan padaku bagaimana susunan acaranya dan sesibuk apa kamu saat jadi panitia."
"Om, jangan mulai lagi. Aku hanya jadi panitia acara."
"Sayang, setahuku siswa di sekolah ini ratusan, apa tidak ada yang lain?"
"Ada."
"Terus kenapa harus kamu?"
"Karena aku cantik dan kompeten." Jawab Lista santai. Lista tahu seberapa kesalnya sang kekasih padanya. Namun ini yang ia suka dari Leo. Kekasihnya ini akan semakin terlihat tampan jika sedang kesal.
Lista menangkup wajah Leo lalu mengecup bibir Leo singkat. Hal yang biasa yang selalu ia lakukan jika Leo sedang kesal. "Om, kali ini saja, biarkan aku jadi panitia acara ya. Lagian aku juga tak akan macam-macam kok. Lebih tepatnya tak bisa. Mata-mata kamu ada di mana-mana sayang. Ya! Please....."
Lista memanyunkan bibirnya sembari memasang mimik wajah memohon.
Puppy eyes, pipi chubby. Sudah. Itu senjata andalan Lista untuk melunakkan rahang kekasihnya itu. Leo paling tak bisa menahan keuwuan Lista jika sudah memasang mimik seperti anak kucing minta dibelai.
Namun kali ini Leo mencoba untuk tidak tergoda. Pria itu memukul pelan bibir Lista membuat Lista berdecak kesal.
"Untuk masalah yang satu ini, aku tak akan bisa digoda dengan puppy eyes honey."
"Ck. Om menyebalkan."
Leo menautkan kedua alisnya. "Oke. Selesaikan di apartemen."
Kali ini Lista yang membola. "Eh. Apa-apaan. Aku ada kelas om. Ini masih belajar."
"Nanti biar Teddy yang urus."
"Nggak mau. Om, bukain pintunya. Aku mau sekolah."
"Sayang, aku bisa keluarkan kamu dari sini dan home schooling di rumah."
"Ha? Om jangan aneh-aneh deh. Bukain nggak! Aku mau sekolah."
"Tidak sayang." Leo menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya keluar dari sekolah. Lista semakin dibuat kejang.
"Om, balik lagi. Tas aku ketinggalan."
"Sudah aku bilang nanti biar Teddy yang urus."
"Nggak mau!!! Om nyebelin banget sih."
Lista memukul lengan Leo kuat membuat pria itu menggeram tertahan.
"Jangan panggil aku Om."
"Emang om sudah om om kan? Siapa suruh pacari anak SMA."
Ciiittt!!!
Leo menginjak rem secara mendadak membuat Lista terkejut.
"Om!!" Bentaknya. "Om mau mati ya? Untung tak ada mobil di belakang. Coba kalau ada, pasti mobil om sudah ditabrak. Syukur syukur kalau mobilnya pelan, kalau kencang gimana,? Bisa remuk sampai depan. Aku masih mau main om, masih muda, aku masih mau lihat banyak cowok, dan masih mau nikah!!"
Leo semakin dibuat kesal. Rentetan kalimat yang Lista ucapkan semakin membuat hatinya memanas. Dari semua banyak kaum hawa di dunia ini, kenapa harus Lista yang mendobrak pertahanannya.
Bahkan ia masih ingat bagaimana awal pertemuan dirinya dan Lista.
Semua berawal sejak dua tahun yang lalu. Saat Ia berkunjung ke SMA Anderson yang menjadi salah satu saham yang harus ia pegang. Gadis gila di sampingnya ini tiba-tiba menghampirinya dan mengatakan
"Kamu mau jadi kekasihku? Aku gadis yang imut dan manis. Aku juga periang dan tak terlalu banyak menuntut. Aku menggemaskan seperti anak kucing. Jadi bagaimana? Mau jadi kekasihku?"
Dan pria gila ini entah kenapa bisa langsung tergoda dengan wajah polos gadis gila itu. Dan sudah dua tahun ini hidupnya dibuat gila dengan 'kepolosan' Lista.
Gadisnya ini benar-benar seperti bunglon. Bisa berubah-ubah tergantung tempatnya berdiri.
Suara klakson mobil di belakang mobilnya seketika mengejutkan Leo. Sedikit mengumpat kasar, ia kembali menginjak pedal gasnya kuat dan melajukan mobil tersebut membelah jalan raya menuju apartemennya.
Sementara Lista, gadis itu mendadak diam. Bukan karena marah pada Leo yang menculiknya, namun karena takut melihat wajah merah padam Leo saat ini.
"Keluar!" Perintah Leo pada Lista saat ia sudah sampai di parkiran apartemennya. Leo keluar lebih dulu dan disusul Lista dari belakang.
Gadis itu berlari-lari kecil untuk menyamai langkah Leo yang lebar sampai ia masuk ke dalam apartemen. Lima menit di dalam, Leo sama sekali tak mau bicara. Pria itu sibuk duduk di sofa sambil bermain dengan ponsel.
Sebenarnya bukan bermain, melainkan berselancar melihat email miliknya yang sudah dipenuhi oleh kiriman dokumen yang harus ia pelajari. Pekerjaan memang cukup ampuh mengembalikan mood Leo yang rusak.
Sementara Lista, gadis itu masih duduk menatap Leo yang mengabaikannya. Dan bukan Lista namanya kalau diam begitu saja. Ia paling benci kesunyian. Hidupnya sudah cukup sunyi selama ini dan ia merasa hari-harinya lebih meriah sejak Leo ada. Jadi ia tak akan bisa membiarkan Leo diam begitu saja padanya.
Lista berdiri dan menghentakkan kakinya lima kali. Tujuannya untuk menarik perhatian Leo, namun pria itu sama sekali tak menggubrisnya. Lista berdehem bahkan batuk namun tetap sama. Leo tak bergerak dari tempatnya.
Ide cemerlang terlintas di benaknya. Ia berjalan menuju dapur, mengambil mug keramik couple miliknya dan juga Leo. Mug ini adalah hadiah ulang tahun darinya untuk Leo dan pria itu selalu memakainya.
Seperti biasa, Lista paling paham isi apartemen Leo. Dengan mudah ia bisa menemukan lemari penyimpanan minuman bubuk milik Leo. Ia mengambil dua bungkus capuccino dan mulai menyeduhnya.
Setelah selesai, dengan semangat Lista ingin mengantarkannya pada Leo. Seperti seorang istri yang mengantarkan minuman pada suaminya. Dan dalam benak Lista, sudah menari-nari kejadian romantis setelah ia menyerahkan minuman hangat ini pada sang kekasih.
Namun rencana hanya milik manusia, ketentuan berhasilnya adalah milik Tuhan. Baru setengah perjalanan, Lista tersandung kakinya sendiri membuat ia kehilangan keseimbangan. Ia terjatuh dalam keadaan kedua tangannya masih mempertahankan mug berisi kopi panas tersebut. Beruntung pecahan mug tak mengenai tangannya. Jadilah hanya tersiram air panas saja yang harus ia tahan.
Suara gaduh yang Lista ciptakan, membuat Leo terusik. Pria itu dengan sigap berdiri dan mengejar gadis kecilnya itu.
"Ya Tuhan sayang, kamu tidak apa-apa?" Lista yang melihat wajah panik Leo padanya membuat tangisnya langsung pecah. Ia benar-benar menangis seperti anak kecil yang kehilangan orang tuanya saat di taman bermain.
Tangisan pilu Lista membuat Leo mengumpati dirinya sendiri. Mengumpati kebodohannya yang marah pada kekasihnya hanya karena hal sepele.
Ia menggendong tubuh kecil Lista dan membawa gadis itu menuju wastafel. Melihat tangan Lista yang memerah membuatnya khawatir.
Lista terisak sambil menatap wajah Leo yang terlihat sangat khawatir namun tak terucap. Lista meringis saat air dingin yang keluar dari kran membasahi tangannya yang terkena air panas.
"Mas Leo, maaf." Cicitnya pelan namun masih terdengar oleh Leo. Namun Leo masih diam membuat Lista panik. "Mas, jangan marah lagi."
Lista menarik ujung lengan kemeja kerja Leo gemas. "Mas, maaf ya. Mas jangan marah lagi. Aku benar-benar minta maaf. Mas...." Kalimat Lista terhenti karena Leo mencium bibirnya. Melumat bibir tebalnya yang memang selalu menjadi tempat tercandu bagi Leo.
Lumatan Leo terasa begitu memabukkan bagi Lista. Gadis itu memejamkan matanya, menikmati inci demi inci bibirnya yang dinikmati oleh Leo saat ini.
Lista bahkan mengubah posisinya dengan duduk di atas meja dapur di samping wastafel. Ia membuka kedua pahanya dan membiarkan Leo berdiri diantara keduanya. Kedua tangan Leo menumpu pada meja dapur sementara lengan Lista melingkar pada leher sang kekasih.
Ciuman itu terasa begitu manis. Sampai Leo melepaskan terlebih dahulu. "Maaf." Gumam Lista lagi. Leo yang benar-benar sudah gemas dengan Lista, hanya bisa mencubit hidung gadisnya itu dengan sedikit kuat membuat Lista mengaduh.
Ia menatap Lista khususnya bibir Lista yang merah merekah karena ulahnya. Ia mengecup kilat bibir itu lalu mengusapnya lembut sebelum akhirnya kembali ia lumat dengan penuh kelembutan.
Moodnya dibuat porak-poranda oleh gadis yang kini ada dalam kurungannya. Sungguh ia dibuat gila oleh seorang Calista Amanda Putri.
*****
Bab 1 1. Leo Bramantyo Anderson
17/04/2024
Bab 2 2. Awal Pertemuan
18/04/2024
Bab 3 3. Taman Kota Edelweis
20/04/2024
Bab 4 4. Bisakah aku tetap jadi kekasihmu
24/04/2024
Buku lain oleh Sky Of Love
Selebihnya