Julia Dalinda Putri telah melarikan diri di hari pernikahannya. Hal itu membuat gempar kedua keluarga mempelai. Demi melindungi nama baik keluarga besar Hirata, kemudian Jelita Asmara Dewi yang merupakan adik Julia pun terpaksa harus menggantikan posisi sang mempelai wanita. Namun, di sisi lain ia pun berat untuk menerima keputusan tersebut karena telah memiliki seorang kekasih yang sekarang ini sedang berada menempuh pendidikan di luar negeri. Dan bagaimana kah perlakuan Adrian yang terpaksa menjadi suaminya itu?
Pesta yang mewah di gelar di sebuah Hotel mewah berbintang lima di pusat ibu kota. Kedua keluarga mempelai pun terlihat saling berbagi kebahagiaan. Bagaimana tidak, keluarga Tanto Hirata dan Raditya Susilo kedua pengusaha besar itu akan menjadi besan. Tentu saja itu merupakan berita yang menghebohkan media karena marger dari dua pengusaha besar yang sangat diperhitungkan.
Sementara itu di dalam kamar Hotel yang berhiaskan bunga mawar cantik. Sepasang kakak beradik itu sedang bercengkrama. Jelita sedang menemani sang kakak yang sedang merias wajahnya dihari bahagianya kini.
"Kak Julia, gaunmu terlihat sangat cantik, cocok banget dengan kamu yang anggun dan feminim. Aura kecantikanmu sangat terlihat begitu terpancar," ucap Jelita yang tersenyum sambil merapikan bucket bunga yang akan dibawa oleh Julia. Adiknya itu sangatlah bahagia melihatnya akan melepaskan masa lajang bersama pemuda yang sudah lama menjalin hubungan dengannya.
Mendengar penuturan dari sang adik Julia hanya tersenyum dan kembali memperhatikan wajahnya di cermin. Para perias wajah mempelai pengantin pun telah selesai dengan tugasnya. Julia nampak cantik dengan gaun pengantin berwarna putih gading dengan model belahan dada yang terexpose dengan indahnya. Sanggul elegan dan minimalis terlihat sangat manglingi di mata Jelita.
Tak hentinya ia berdecak hingga sesekali memotret momen indah itu. Hari yang membahagiakan bagi mereka semua. Ia bersuka cita untuk kakaknya yang paling ia sayangi itu.
"Non Jelita pun tak kalah cantik kok, pasti nanti pernikahannya juga meriah seperti ini," ucap Alia salah seorang asisten make up. Ia tersenyum sambil merapikan pita di bagian belakang gaun Julia. Jelita dan Julia memang sama cantiknya. Jika berdiri sejajar mereka bahkan seperti anak kembar.
"Ah Mbak bisa aja, bikin hidungku menjadi mengembang dan mungkin sebentar lagi akan terbang," ucap Jelita terkekeh sambil menoleh padanya. Hatinya merekah penuh dengan kebahagiaan yang tak terkira.
"Memang bener kok, Non Jelita dan Non Julia kakak adik yang manis terlihat seperti anak kembar," timpal Susan yang sedang membereskan peralatan make up ke dalam koper mininya.
"Aduh pada bisa aja sih, kak Julia adalah ratunya sekarang ini." Jelita langsung memeluk sang kakak dari belakang. Namun, entah mengapa Julia hanya terdiam sambil memandangi pantulan wajahnya di cermin. Julia yang melihat itu pun hanya tersenyum karena menyangka jika sang kakak hanya sedang grogi dan itu mungkin itu akan dirasakan oleh semua wanita yang akan menghadapi acara akad pernikahan.
Dan ia rasa semua itu merupakan perasaan yang sangat wajar. Karena statusnya akan berubah menjadi nyonya Adrian sebentar lagi.
Jelita ikut melongokan wajahnya di cermin lebar itu. Dirapikan alisnya yang cantik. Ia puas dengan hasil make upnya.
"Oke, kak Julia. Tenang dan santai aja dulu ya. Masih ada waktu kok, aku kebawah dulu ya lihat keadaan di luar." Gadis bergaun merah muda dengan rambut panjang yang terurai itu pun berlari kecil menuju ke luar. Ingin segera melaporkan tentang kakaknya itu yang sudah siap untuk melakukan prosesi akad nikah.
Melihat itu, Julia hanya menarik napas panjangnya. Sepertinya ada sesuatu yang ingin ia lakukan. Ada hal yang sangat mengganjal di hatinya sehingga tak bisa diungkapkan kepada siapapun saat ini. Berkali-kali ia mencabut lembaran tisu untuk mengelap keringat di lehernya. Karena entah mengapa ia tak bisa duduk dengan tenang, hanya terus bermodar-mandir melihat jam yang tergantung di dinding juga ponselnya yang berdering.
Diangkatnya telepon itu, ia berdiri di pojok ruangan setelah penata riasnya keluar terlebih dahulu. Bertelepon dengan seseorang. Sesaat kemudian, raut wajahnya terlihat berubah. Pikirannya mulai berkelana, ia kembali berjalan-jalan sambil menggigiti kukunya. Dari nada bicaranya telepon tersebut terlihat sangat penting sehingga menjadikan dirinya sangat resah dan gelisah.
Sementara itu Jelita merekahkan senyumnya begitu antusias melihat banyaknya orang yang sudah hadir di dalam hotel besar itu.elihat orang tuanya yang sedang bercengkrama dengan akrabnya dengan para tamu undangan.
Jelita berlari menuju kepada kedua orangtuanya, menyapa beberapa sepupu dan juga sahabat-sahabatnya. Tamu-tamu penting pun telah berdatangan membuat riuh suasana di ballroom Hotel tersebut.
"Hai, Jelita. Sini Nak, ayo gabung bersama kami!" panggil Linda, Ibunya melambungkan tangan.
"Iya Ma, Lita dateng!" teriaknya sambil membalas melambaikan tangannya. Ia berlari terlihat sangat lucu.
"Cantiknya, Jelita. Coba saja Om punya dua anak laki-laki, pasti akan Om jodohkan denganmu," ucap Raditya sambil tersenyum.
"Betul banget itu Pa, sayangnya anak kita hanya Adrian dan Gita saja," timpal Anggia sambil menepuk bahu Jelita. Wajah cantiknya yang memang mampu menyita perhatian semua orang terlebih lagi dengan sikapnya yang manis dan lembut.
"Huuu, jadi Gita ga berharga nih di keluarga kita?" tanya Gita sambil cemberut. Anak itu masih kelas 2 SMA dan merupakan anak yang manja. Memalingkan wajahnya ke sembarang arah karena ucapan sang Ibu barusan.
"Hhe, ya gak gitu kok, Sayang. Maksudnya, kan lucu gitu adik kakak menikah dengan adik kakak juga, jadi kita tetap memiliki satu besan," ucap Anggia hanya menggelengkan kepalanya melihat Gita yang begitu baperan. Dikecupnya kepala anak gadis yang cantik itu.
"Betul juga ya Ma," timpal Raditya setuju dengan ucapan sang istri. Dia melirik Anggia sambil meneguk minuman rasa jeruk di tangannya.
"Sayang ya," celetuk Linda terkekeh geli mendengarnya.
Satu keluarga menjadi tertawa terbahak-bahak karena kekonyolan idenya.
Tak lama kemudian, Adrian datang ditemani oleh Roby yang merupakan asisten pribadi sekaligus sahabat baik yang paling ia percaya. Pria tampan dan klimis itu merasakan jantungnya hampir meloncat karena selama ini memimpikan pernikahan yang mewah dan juga dihadiri oleh keluarga inti dan para hadirin, tentu saja membuatnya sangat bersemangat menghadapi hari ini.
"Hai, Adrian. Sudah siap sayang?" tanya Anggia yang merapikan pakaian Adrian yang memakai jas formal. Terlihat sangat tampan dan juga rapi. Lelaki 28 tahun itu nampak maskulin dengan postur tubuh tinggi dan jambang rapi yang menghiasi wajahnya. Auranya dingin dan jarang tersenyum, walau begitu ia memang dikenal sebagai seorang pemimpin perusahaan yang tegas dan pintar dalam mengambil keputusan.
Anak sulung kebanggaannya itu sudah lama menginginkan pernikahan dengan Julia karena mereka telah menjalin hubungan lebih dari 5 tahun karena sempat terhalang oleh pendidikannya selama ini.
"Tenang saja Bos jangan tegang seperti itu. Ingat ini adalah hari pernikahan bukan hari untuk berperang!" Celetuk Gita menepuk bahu kakaknya. Senyum adiknya begitu meledeknya.
"Aduh kamu sayang, Kakak kamu mau menikah malah kamu ledekin seperti itu. Tuh, kasihan loh nanti dia tambah tegang!" Seru Anggia. Dia sangat bangga pada sang putra yang telah mengambil keputusan yang tepat untuk segera menikahi Julia sebelum kelamaan menjalin sebuah hubungan pacaran tanpa ikatan.
Buku lain oleh Gemini12
Selebihnya