Sehari setelah kematiannya, Yesha dilahirkan kembali ke tubuh seorang wanita bersuamikan duda dengan tiga orang anak. Di mana sang suami dan ketiga anaknya selalu menampilkan wajah datar serta memperlakukan dirinya dengan dingin dan tak acuh. Bahkan tatapan benci dan jijik terlihat dengan jelas di mata mereka. Hal pertama yang Yesha lakukan setelah kelahirannya kembali adalah membuat sang suami dan ketiga anak tirinya luluh dan bisa menerima keberadaannya. Serta membalaskan rasa sakit hatinya kepada Arian-kekasih di kehidupan sebelumnya-yang telah mengkhianatinya, berselingkuh dengan adik tiri pemilik tubuh. Seiring berjalannya waktu, satu per satu misteri dari kelahirannya kembali mulai terungkap. Ada begitu banyak rahasia, baik dari pemilik tubuh maupun dirinya. Termasuk tentang dirinya yang ternyata bukanlah anak kandung dari Deano dan Neysha, orang tuanya di kehidupan sebelumnya. Mampukah Yesha meluluhkan hati sang suami dan ketiga anak tirinya serta menguak misteri kematian kedua orang tua kandungnya pada dua puluh lima tahun yang lalu?
"Kau sudah sadar?" suara dingin dan juga sinis menyapa indra pendengaran Yesha ketika memasuki ruang makan.
"Kau sudah pulang?" bukannya menjawab, Yesha justru bertanya balik.
Yesha benar-benar terkejut dengan keberadaan sosok Rezvan di ruang makan. Berdasarkan ingatan dari pemilik tubuh, Rezvan seharusnya berada di luar kota hingga dua hari ke depan.
Ya, Yesha telah bertransmigrasi atau dilahirkan kembali ke tubuh seorang wanita bersuami duda dengan tiga orang anak beberapa jam yang lalu.
Yesha menghampiri meja makan dan duduk di samping Ravindra-anak bungsu Rezvan. "Bukankah kau masih pulang besok lusa?"
"Apakah ucapanku yang terakhir merupakan candaan untukmu?" Rezvan mengabaikan ucapan Yesha dan kembali mengingatkan wanita itu mengenai apa yang sudah ia katakan sebelumnya kepada Yesha.
Tujuannya pulang dengan cepat bukan karena mengkhawatirkan wanita itu, tetapi untuk memastikan wanita itu tidak mati di rumahnya. Ia tidak ingin rumahnya dijadikan tempat untuk bunuh diri.
"Maksudmu?" tanyanya tidak mengerti.
Meski Yesha memiliki semua ingatan pada pemilik tubuh, tetapi saat ini ingatan yang masuk ke kepalanya hanya ingatan-ingatan yang sangat jelas dan kuat. Untuk hal-hal kecil, Yesha tidak menemukannya pada ingatan pemilik tubuh.
Rezvan menatap tajam Yesha. Membuat wanita itu seketika bergidik ngeri. Tidak pernah ia melihat tatapan setajam itu di kehidupan sebelumnya.
"Bukankah aku sudah memperingatimu sebelumnya? Aku tidak melarangmu untuk bunuh diri, tetapi tidak di rumahku! Ini adalah yang terakhir, tidak ada lagi yang ketiga kalinya."
Ini adalah yang kedua kalinya wanita itu mencoba untuk bunuh diri. Sebelumnya wanita itu memotong urat nadinya yang beruntung berhasil diselamatkan. Dan sekarang wanita itu mencoba bunuh diri dengan meminum banyak obat tidur sekaligus yang membuatnya hampir overdosis, bersyukur Hanna menemukan wanita itu dengan cepat dan memangil dokter sehingga nyawa wanita itu bisa terselamatkan.
Rezvan tidak masalah jika Yesha ingin bunuh diri hinga meninggal, tetapi tidak di rumahnya. Namun Rezvan tidak ingin ada berita yang keluar dari rumahnya atas kematian Yesha.
"Itu tidak akan terjadi lagi. Aku berjanji!" ucap Yesha cepat dan mantap.
Ia bukanlah pemilik tubuh, jadi ia tidak akan melakukan hal-hal bodoh untuk menghabisi nyawanya sendiri hanya karena masalah sepele. Karena ia sudah pernah merasakan bagaimana sakitnya meninggal. Jadi tidak akan pernah ada percobaan bunuh diri untuk yang ketiga kalinya atau selanjutnya.
Rezvan sedikit terkejut dengan nada tegas Yesha menjawab ucapannya. Selama ini wanita itu selalu menanggapi kata-katanya dengan suara pelan dan lirih. Tidak pernah sakalipun berkata tegas dan mantap.
"Baguslah kalau begitu." Rezvan masih berkata dengan nada datar dan tajam, mengabaikan perubahan pada diri Yesha "Jika sampai hal ini terulang kembali, aku sendiri yang akan membunuhmu."
Rezvan tidak peduli apakah wanita itu berubah atau tidak. Sejak awal ia tidak pernah menyukai istrinya itu. Yang ia inginkan hanyalah agar Yesha tidak pernah mencoba untuk bunuh diri di rumahnya lagi.
Yesha hanya bisa tersenyum kecut mendengar ucapan Rezvan.
"Anak-anak, ayo kita berangkat!" Rezvan bangkit dari dudukya diikuti oleh Raka dan Revan.
"Kalian berangkat sekarang?" tanya Yesha.
Namun Rezvan dan kedua anak kembarnya mengabaikan ucapannya dan pergi meninggalkan ruang makan. Meninggalkan dirinya bersama Ravindra di ruang makan.
Yesha tidak terkejut dengan sikap Rezvan dan anak kembarnya yang mengabaikan dirinya. Berdasarkan ingatan pemilik tubuh, Rezvan dan anak kembarnya memang mengabaikan Ravindra. Hanya saja ia tidak habis pikir kenapa ada seorang ayah yang tega mengabaikan darah dagingnya sendiri.
Yesha tersentak dari pikirannya kala Ravindra turun dari kursi dan meninggalkan ruang makan tanpa mengatakan satu kata pun.
Yesha menghela napas pelan sebelum melanjutkan sarapannya sembari memikirkan berbagai macam cara untuk membuat suami dan ketiga anak tirinya bisa menerima kehadirannya.
Walau di kehidupan sebelumnya ia belum menikah, tetapi Yesha tidak akan menyerah dan berusaha untuk menjadi istri dan ibu yang baik untuk suami dan ketiga anak tirinya.
*
*
*
Yesha meninggalkan area pemakaman dan segera menuju ke tempat detektif swasta, di mana ayahnya di kehidupan sebelumnya sering meminta bantuan.
Yesha keluar dari taksi yang berhenti di sebuah gedung berlantai dua. Sesaat ia menatap gedung di hadapannya sebelum membuka pintu yang langsung disambut oleh seorang wanita muda yang sangat ramah dan sopan.
Wanita itu mengajak Yesha ke lantai dua di mana ruang kerja Zaidan setelah ia mengatakan keinginannya untuk bertemu sang detektif.
Di dalam ruangan, Zaidan duduk di sofa panjang berwarna biru yang terbuat dari kain beludru. Zaidan bersandar di sandaran sofa sambil membaca koran dengan kaki bersilang. Zaidan menurunkan koran yang dibacanya dan mengalihkan pandangannya kepada Yesha dan juga karyawannya yang segera pergi meninggalkan mereka berdua.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Zaidan setelah mempersilakan Yesha duduk.
"Saya ingin Anda mencari tahu semua tentang Yesha Altezza dan Rezvan Wibisana," ucap Yesha langsung ke intinya. Ia tidak takut Zaidan memandangnya aneh karena mencari informasi mengenai dirinya sendiri karena saat ini Yesha telah menyamar.
"Saya ingin informasi sedetail mungkin dari ke dua orang ini. Saya ingin mendapatkan informasi mereka berdua secepatnya. Jika bisa, dalam dua hari saya sudah mendapatkannya. Untuk masalah biaya saya akan membayar berapa pun. Anda tinggal sebutkan saja berapa biayanya."
Walau Yesha tahu tentang pemilik tubuh dan suaminya melalui ingatan pemilik tubuh, tetapi ingatan itu hanya memberinya sedikit informasi. Ia ingin mengetahui semua tentang pemilik tubuh dan suaminya mulai dari keluarga, teman, pergaulan dan segalanya. Berjaga-jaga supaya tidak ada orang yang bisa memanfaatkan dirinya seperti di kehidupan sebelumnya.
Sebenarnya bisa saja ia bertanya kepada Hanna dengan alasan jika ia kehilangan ingatan akibat overdosis percobaan bunuh diri. Namun Yesha tidak ingin mengambil risiko. Ia lebih merasa aman jika menyewa seorang detektif swasta. Dengan begitu, ia bisa mengetahui semua informasi sekecil apapun tentang latar belakang Rezvan dan pemilik tubuh.
"Baiklah. Anda tidak perlu menunggu dua hari. Saya berjanji malam ini juga informasi atas dua orang itu akan saya kirimkan ke email Anda." Zaidan berkata dengan percaya diri.
Baginya, hal seperti ini adalah masalah kecil dan tidak perlu baginya untuk membuang-buang waktu.
"Terima kasih, Detektif. Saya akan menunggu informasi dari Anda." Yesha menyerahkan secarik kertas bertuliskan alamat emailnya. "Anda bisa mengirimkan informasi ke alamat ini." Yesha menyodorkan sebuah cek kosong. "Isilah berapa biaya yang Detektif perlukan."
Zaidan mengambil kertas dan cek itu tanpa sungkan. "Saya berjanji malam nanti, paling lambat pukul sepuluh malam Anda akan menerima semua informasi yang Anda butuhkan."
"Sekali lagi terima kasih, Detektif. Kalau begitu saya permisi dulu."
"Ya. Silakan." Zaidan memberi isyarat dengan tangannya.
Yesha bangkit dari duduknya dan segera meninggalkan ruangan. Saat di lantai satu, ia kembali bertemu karyawan wanita tadi dan tersenyum kepadanya sebelum meninggalkan kantor Zaidan dan kembali pulang.
Yesha yang baru keluar dari taksi seketika dikejutkan dengan suara seorang pria yang memanggil namanya.
"Yesha!"
***
21+ DISCLAIMER! Cerita ini hanya fiktif belaka. Berisi banyak adegan DEWASA. Setiap manusia pasti akan melalui pengalaman indah yang namanya tumbuh dewasa dan jatuh cinta. Begitu pula dengan Ranzo, sederet kisah asmara dan pengalaman mendebarkan sampai pengalaman ranjang banyak ia lalui. Hingga pada akhirnya ia akan menemukan wanita cinta sejatinya. Bagaimana pengalaman kisahnya dengan berbagai macam karakter wanita? Akankah keberuntungan akan selalu berpihak pada si tampan Ranzo? Ikuti selengkapnya di novel ini.
Banyak orang sering mengatakan bahwa level mencintai paling tertinggi adalah merelakan, mengikhlaskan, dan membuat sosok yang menempati hati ini supaya mendapatkan kebahagiaan selalu-meskipun sumber kebahagiaan itu bukanlah kita, melainkan orang lain. Sallyana berpikir kisah cintanya akan selalu mulus dan damai, namun takdir berkata lain. Veen-pemuda itu memaksanya untuk mundur membawa perasaan yang perlahan mulai terkikis oleh rasa perih dari sebuah penolakan. Ketika Sallyana mulai berhasil mengikhlaskan dan merelakan sosok itu menghilang dari hidup maupun hatinya, takdir justru memutuskan untuk kembali mempertemukan mereka berdua dengan status dan hubungan yang sudah tidak lagi sama seperti dulu kala. Akankah Sallyana kembali mencintai Veen? Apakah takdir akhirnya mengambil keputusan untuk mempersatukan mereka berdua setelah sempat terpisah? Atau takdir justru menyandingkan Sallyana dengan pemuda yang pernah mampir dalam hatinya saat sedang menjalani proses melupakan sosok Veen?
Yahh saat itu tangan kakek sudah berhasil menyelinap kedalam kaosku dan meremas payudaraku. Ini adalah pertama kali payudaraku di pegang dan di remas langsung oleh laki2. Kakek mulai meremas payudaraku dengan cepat dan aku mulai kegelian. “ahhhkkk kek jangannnhh ahh”. Aku hanya diam dan bingung harus berbuat apa. Kakek lalu membisikkan sesuatu di telingaku, “jangan berisik nduk, nanti adikmu bangun” kakek menjilati telingaku dan pipiku. Aku merasakan sangat geli saat telingaku di jilati dan memekku mulai basah. Aku hanya bisa mendesah sambil merasa geli. Kakek yang tau aku kegelian Karena dijilati telinganya, mulai menjilati telingaku dengan buas. Aku: “ahhkkk ampunnn kek, uddaahhhhh.” Kakek tidak memperdulikan desahanku, malah ia meremas dengan keras payudaraku dan menjilati kembali telingaku. Aku sangat kegelian dan seperti ingin pipis dan “crettt creettt” aku merasakan aku pipis dan memekku sangat basah. Aku merasa sangat lemas, dan nafasku terasa berat. Kakek yang merasakan bila aku sudah lemas langsung menurunkan celana pendekku dengan cepat. Aku pun tidak menyadarinya dan tidak bisa menahan celanaku. Aku tersadar celanaku sudah melorot hingga mata kakiku. Dan tiba2 lampu dikamarku menyala dan ternyata...
Setelah tiga tahun menikah, Becky akhirnya bercerai dengan suaminya, Rory Arsenio. Pria itu tidak pernah mencintainya. Dia mencintai wanita lain dan wanita itu adalah kakak iparnya, Berline. Suatu hari, sebuah kecelakaan terjadi dan Becky dituduh bertanggung jawab atas keguguran Berline. Seluruh keluarga Arsenio menolak untuk mendengarkan penjelasannya, dan mengutuknya sebagai wanita yang kejam dan jahat hati. Rory bahkan memaksanya untuk membuat pilihan: berlutut di depan Berline untuk meminta maaf, atau menceraikannya. Yang mengejutkan semua orang, Becky memilih yang terakhir. Setelah perceraian itu, Keluarga Arsenio baru mengetahui bahwa wanita yang mereka anggap kejam dan materialistis itu sebenarnya adalah pewaris keluarga super kaya. Rory juga menyadari bahwa mantan istrinya sebenarnya menawan, cantik, dan percaya diri dan dia jatuh cinta padanya. Tapi semuanya sudah terlambat, mantan istrinya tidak mencintainya lagi .... Namun, Rory tidak menyerah dan tetap berusaha memenangkan hati Becky. Apakah Becky akan goyah dan kembali ke sisinya? Atau akankah pria lain masuk ke dalam hatinya?
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …