Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Istri mandul CEO bucin

Istri mandul CEO bucin

rien_nohara

5.0
Komentar
2K
Penayangan
36
Bab

Asmaraloka atau biasa dipanggil Ara adalah istri dari seorang CEO tampan dan kaya bernama Cadis Diraizel. Hubungan rumah tangga mereka berjalan sudah 5 tahun lama. Ara begitu mencintai Cadis, begitu juga sebaliknya. Hubungan mereka pun begitu romantis dan harmonis, banyak yang iri terhadap kedua. Berjalannya waktu, hubungan mereka kian merenggang karena keadaan Ara yang dinyatakan dokter tidak bisa mengandung karena rahimnya yang memiliki masalah. Ara mengira Cadis kecewa pada dirinya yang tidak bisa hamil. Namun sebaliknya, Cadis tidak pernah menuntut sang istri untuk memiliki keturunan dan ia mengerti kondisi sang istri. Sayangnya, orang ketiga hadir yang membuat kesalahpahaman itu semakin meluap. Dapatkah keduanya mengatasi permasalah kesalahpahaman itu? Yuk, simak terus kelanjutan ceritanya! Jangan lupa tinggalkan saran dan kritiknya agar author dapat memperbaiki kualitas ceritanya!

Bab 1 Wanita gila

Di sebuah kamar yang didominasi warna abu-abu dan hitam dengan penerangan yang sedikit redup, sepasang anak adam dan hawa sedang menikmati pergulatan panas mereka. Desahan dan erangan mereka saling sahut menyahut bagaikan irama yang indah di malam itu. Malam yang semakin larut tidak menyurutkan hasrat mereka untuk terus menerus bercinta, saling memberikan kenikmatan masing-masing. Dinginnya AC di ruangan itu tidak mampu menghilangkan hawa panas yang menggelora di tubuh polos mereka.

"Hubby ... ummh ...."

Desahan lembut itu berkali-kali keluar dari bibir wanita cantik berambut panjang itu. Matanya terpejam dengan tubuh yang bergerak maju mundur karena sosok bertubuh tinggi dan besar tanpa henti menghujamnya. Sang pria yang mendengar suara lembut nan manja dari sang wanita itu semakin bersemangat untuk terus menghujamkan kejantanannya lebih dalam lagi. Sedangkan kondisi sang wanita, tubuhnya sudah mulai melemah, tidak mampu mengimbangi gerakan sang pria yang terlalu kuat dan cepat.

"A–ku su–sudah tidak ku–kuat, By!" ucapnya terbata-bata.

"Sebentar lagi!" jawab sang pria sambil terus menggerakkan pinggulnya. "Aarggh ... kau sangat nikmat malam ini, Baby."

Mendengar jawaban itu, sang wanita hanya pasrah saja.

Pria itupun semakin cepat gerakannya menghujam sang wanita. Beberapa hentakkan kemudian, cairan hangat penuh kenikmatan itu menyembur keluar di dalam rahim wanita yang saat itu sudah tidak berdaya. Tubuh polos wanita itu akhirnya ambruk ke sofa dengan napas sengal-sengal.

"Thank you, Baby." Pria itu berucap sambil membersihkan sisa pelepasannya di liang kenikmatan sang wanita dengan tisu. Kemudian ia memindahkan wanitanya ke tempat tidur. Senyum manis dari sang wanita merekah saat sang pria mengecup keningnya dengan lembut.

"Tidurlah! Kamu pasti lelah 'kan?" ucapnya sambil merebahkan tubuh sang istri di kasur dan menarik selimut untuk menutupi tubuh polos sang istri.

"Kiss me!" ucap wanita itu dengan manja seraya memajukan bibirnya.

Pria itu menurut, ia melabuhkan kecupan singkat di bibir sang wanita. "Tidurlah!" ucapnya.

"Kamu tidak tidur?" tanya wanita itu yang kini matanya sudah terpejam.

"Nanti, aku mau mandi dulu," jawab pria itu sambil mengenakan celana pendeknya.

Wanita itu mengangguk mengerti, membiarkan suaminya pergi ke kamar mandi.

**

Pagi hari telah tiba, sinar matahari mencoba menyusup masuk ke sela-sela tirai jendela yang masih tertutup. Cuaca yang sedikit mendung membuat siapa pun enggan untuk bangkit dari tempat tidur, apalagi dengan selimut yang tebal. Rasanya tubuh sulit sekali untuk diajak beranjak.

Seorang wanita masih tertidur pulas dengan selimut tebal menutupi tubuhnya. Perlahan matanya terbuka, memperlihatkan manik indah menghiasi wajah cantiknya. Matanya mengerjap berkali-kali, mencoba beradaptasi dengan sekitar. Tubuhnya juga menggeliat sambil tangannya meraba-raba tempat di sebelahnya.

"By!" panggilnya dengan suara khas orang bangun tidur. Namun panggilannya tidak ada sahutan dari seseorang yang ia panggil Hubby itu. Kemudian ia membuka selimut tebalnya, dan berlenggang menuju kamar mandi dengan tubuh yang tanpa sehelai benang pun.

"Aww!" Tiba-tiba ia terhenti karena merasakan pinggangnya yang terasa sakit.

"Pinggangku sakit! Awas kau!" gerutunya sambil terus berjalan menuju kamar mandi dengan memegangi pinggangnya.

Selesai mandi, wanita yang biasa dipanggil Ara itu turun ke lantai dasar sambil terus memanggil suaminya yang ia panggil Hubby itu.

"By ...! Hubby ...!" Lantangnya suara Ara membuat para pelayan yang ada di rumah itu berlarian menghampirinya.

"Ada yang bisa kami bantu, Nyonya?" tanya salah satu pelayan.

"Mana pria maniak itu?" tanya Ara.

Para pelayan yang ada di sana saling memandang, mereka tidak mengerti siapa yang dimaksud pria maniak. Salah satu pelayan wanita memberanikan diri untuk bertanya.

"Ma–maksud Anda Tuan Cadis, Nyonya?" tanyanya gagap.

"Tuan Cadis sudah berangkat sejak tadi pagi, Nyonya," sahut seorang pelayan paruh baya yang baru datang.

Raut wajah Ara bertambah kesal, ia pun berlalu begitu saja meninggalkan para pelayan.

"Heri, siapkan mobil untukku!" ucapnya sambil terus berjalan keluar.

"Tapi Nyonya, Anda dilarang untuk keluar dari mansion ini," jawab pria bernama Heri dengan takut-takut.

"Menyebalkan!" umpat Ara. Kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju garasi mobil.

Sampai di garasi yang luas, Ara berniat ingin masuk, tapi tangannya ditahan oleh wanita paruh baya yang merupakan kepala pelayan di rumahnya.

"Nona, Anda mau kemana?" tanya wanita itu.

"Keluar sebentar, Bi," jawab Ara tanpa menoleh.

"Tapi Non, Anda tidak diizinkan Tuan untuk keluar, apalagi ... dengan pakaian Nona yang seperti ini," ucap wanita itu sambil menelusuri penampilan sang majikan.

"Aku bosan di sini terus, Bi," jawab Ara sambil masuk ke dalam mobil.

"Non Ara, tunggu! Saya bisa dimarahi lagi oleh Tuan kalo Nona berulah terus," teriak wanita paruh baya itu.

Teriakkan kepala pelayan itu tidak digubris oleh Ara, ia tetap membulatkan tekadnya untuk keluar dari mansion itu.

Setahun bukan waktu yang singkat baginya dikurung di mansion itu. Selama ini ia berusaha menahan hasratnya untuk keluar dari mansion demi menuruti sang suami. Entah alasan apa yang membuat sang suami tidak mengizinkannya bebas seperti orang-orang di luar sana. Jika ditanya selalu dengan jawaban yang sama 'di luar bahaya'

Ara pun melajukan mobilnya tanpa peduli para bodyguard dan pelayan yang menghadangnya di luar garasi, hingga akhirnya ia berhasil keluar dari mansion mewah itu.

*

Selang beberapa menit kemudian, sebuah mobil yang dikendarai Ara berhenti di sebuah gedung yang tinggi nan mewah. Tanpa pikir panjang, Ara turun dan memasuki gedung tersebut.

Semua pandangan mata tertuju padanya, bagaimana tidak? Ara dengan percaya diri keluar hanya mengenakan kemeja milik suaminya yang kebesaran di tubuhnya dan juga sandal berbentuk kelinci kesayangannya. Pandangan mereka yang ada di sana juga terfokus pada bercak-bercak merah di bagian paha dan lehernya. Kissmark yang selalu dibuat oleh sang suami tercinta. Malu bagi orang yang waras, tapi tidak bagi wanita yang memiliki nama lengkap Asmaraloka itu.

Ara tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang ada di sana, ia terus berjalan. Sampai langkahnya berhenti saat seorang security yang berjaga di sana menahannya untuk masuk.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya security itu basa-basi dengan pandangan aneh di matanya.

"Apa kau bisa mengantarku ke ruangan suamiku?" Ara malah balik bertanya.

"Suami?" Security itu keheranan.

"Iya, dia adalah pemilik perusahaan ini, apa kau tidak mengenalnya?" Ara kembali bertanya dengan polos. Di gedung ini ia sama sekali tidak mengenal siapa-siapa, karena baru kali ini ia keluar dari mansion.

"Tuan Cadis maksudnya? Mana mungkin Tuan Cadis memiliki istri yang tidak punya malu seperti ini?" gumam security itu dalam hati dengan ekspresi wajah meremehkan.

"Beliau sedang sibuk, jadi sebaiknya Nona pergi dari sini!" Security itu mengusir Ara secara halus.

"Kalau begitu aku tunggu saja." Ara berucap sambil berlalu hendak masuk, tapi kembali dihalangi oleh security tadi. Ara menoleh, ia tidak berfikir kalau security itu tidak mengizinkannya masuk, karena fikirnya semua yang ada di sini mengetahui siapa dirinya.

"Apa Nona tidak dengar saya suruh pergi tadi?" tanya security itu, kini dengan raut wajah membenci dan tak suka.

"Aku istri pemilik Luedk Company ini, kau tidak berhak melarangku untuk masuk," jawab Ara dengan kesal.

"Kau pura-pura tidak tahu, atau bagaimana? Tuan Cadis belum menikah, jadi bagaimana bisa aku percaya padamu," sahut security tersebut.

Deg ...

Ara terdiam sejenak dengan rasa nyeri di dadanya, perkataan security itu membuat tubuhnya lemas. Namun dengan cepat ia berusaha tegar kembali, ia akan meminta penjelasan dari sang suami saat bertemu nanti. Yang jelas, sekarang ia harus kabur dulu.

Ara bersiap ingin lari, tapi tangannya ditahan oleh security itu. Sejurus kemudian, Ara menendang bagian sensitif security itu dan ia berhasil kabur.

"Argh ... wanita kurang ajar!" pekik security itu.

Di sisi lain, Ara sudah berada di resepsionis setelah berhasil kabur. "Permisi, ruangan Raizel ada di lantai berapa?" tanya Ara pada resepsionis yang berjaga di sana.

"Raizel siapa? Di gedung ini tidak ada orang yang bernama Raizel," jawab resepsionis itu dengan ketus.

Ara bingung. "Masa sih aku salah gedung?" tanyanya dalam hati.

"Ini benar gedung Luedk Company 'kan?" tanya Ara lagi.

"Hemm ...," jawab wanita itu sambil memainkan kukunya.

"Benar kok," gumam Ara. "Berarti yang memanggil Hubby dengan Raizel hanya aku ya?"

Sibuk berpikir, tiba-tiba kedua tangannya dipegang dengan keras oleh dua orang pria berbadan besar. Ara sontak terkejut, ia ingin melarikan diri tapi ia kalah cepat.

"Lepaskan! Kalian gak tahu siapa aku, he?" teriak Ara sambil memberontak.

Resepsionis wanita yang berjaga tadi kemudian menghampiri Ara. "Aku tidak ingin tahu tuh siapa kamu dan aku juga tidak peduli!" ucap wanita itu dengan angkuh.

Keributan itu menyebabkan karyawan yang bekerja di sana penasaran. Banyak dari mereka yang keluar untuk sekedar melihat apa yang terjadi.

"Cepat bawa wanita tidak tahu malu ini pergi! Menjijikkan!" perintah wanita itu pada dua security yang masih memegangi tangan Ara.

Cuih ...

Ara meludahi wanita yang ada di depannya itu tepat di wajahnya. "Itu baru menjijikkan!" ucap Ara dengan menyeringai.

"Kurang ajar!"

Resepsionis bernama Sinta itu melayangkan tangannya, berniat ingin menampar Ara. Tapi suara bariton dari seseorang menghentikannya.

"STOP!"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh rien_nohara

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku