Sebuah rahasia besar tentang seorang anak kecil sedang disembunyikan oleh sebuah keluarga. Akankah rahasia itu terbongkar. Ikuti kisahnya.
"Mitaaaaaaaa,, cepat bawa sayurnya kesini ." teriakan menggema disebuah rumah semi permanen itu setiap saat.
Rumah yang berdinding batu dan hanya mempunyai 3 kamar tidur.Ruang tamu dan juga ruang makan yang bersebelahan dengan dapur.Disamping dapur terdapat sebuah gudang tempat menaruh barang-barang yang sudah tak terpakai.
"Iya bu, sebentar lagi matang." jawab seorang bocah berumur 10 tahun. yang sedang berada di dapur.
Sementara dimeja makan sudah berada satu keluarga kecil. ayah, ibu dan kedua anak perempuannya Raya dan Reina.
Sang ayah sibuk dengan handphonenya . begitu juga sang ibu juga kedua anak perempuan yang berusia 5 dan 8 tahun sibuk dengan tablet permainannya.
Dengan tangan gemetar Mita membawa mangkok berisi sayur sop yang masih hangat ke meja makan dengan hati-hati.
Tapi karena tangan mungilnya tidak bisa menahan beban mangkok besar plus hangat. hingga akhirnya.
"Braaak byuuur .'" Aaaaaaaaaaaaw panas,,panas,panas"
Sang ibu mengibaskan pakaiannya karena terkena tumpahan kuah sop panas tersebut.
Suasana meja makan pun menjadi bertambah gaduh disaat sang ibu mendaratkan tamparan nya ke bocah tak berdosa tersebut ,Dia juga mendorongnya kelantai.
Semua yang berada di meja makan sampai terperangah.Tak terkecuali kedua anak mereka,saking terkejut nya mereka sampai-sampai tak terasa tablet mereka ikut terjatuh.
"sudahlah bu sabar,sabar Mita masih kecil. Dan mungkin dia tak sengaja berbuat seperti itu ke ibu." ujar pak pandu.
"Mita!!, masuk lah ke kamarmu dulu ya ."perintahnya pada Mita.
"Ibu juga cepat ganti bajunya sana."
Mita adalah anak sulung dari ibu maya dan pak Pandu,dulu sebelum ada kedua adik nya Mita sangat lah di manja disayang oleh mereka berdua.
Apapun yang diinginkan Mita selalu di kabulkan bahkan dia juga di masukan ke sekolah terbaik di kota tempat mereka tinggal.
Tapi semenjak kedua adik nya lahir, ibu Maya menjadi sangat membenci nya. Bahkan tak jarang ibu maya menganiaya anak sulung nya itu walau pun hanya karena kesalahan kecil.
Bahkan Mita tak diizinkan nya lagi bersekolah
dan dia memperlakukan bocah itu layak nya seorang pembantu rumah tangga.
Dulu Mita bisa tidur di kamar nya sendiri yang penuh dengan kemewahan dan di hiasi beberapa boneka yang mahal-mahal.
Tapi semenjak adik-adiknya lahir dan besar Mita dipaksa tidur di sebuah gudang yang di sulap menjadi sebuah kamar yang kecil dan sempit.
Sedang Kamar mita di berikan pada Reina anak kedua mereka.Dan kamar satu nya untuk Raya.
Masalah makan pun bu Maya hanya memperbolehkan Mita makan di dapur itupun tunggu sisa setelah mereka makan.
Tapi itu semua tak membuat Mita membenci ibu nya.Anak itu tetap menyayangi sang ibu tanpa terlintas dendam di dalam hati nya.
"Sudah lah bu, jangan terlalu keras pada Mita. Kasian anak itu." ujar pak pandu.
Sambil berlalu pergi untuk berangkat ke kantornya.
"Tapi pak!!, pekik bu Maya.
"Stop tidak usah di teruskan.Lebih baik ibu urus saja Raya sana, biar bapak yang antar reina ke sekolah.
Reina anak kedua mereka baru duduk di kelas 2 sekolah dasar. Sedangkan Raya belum sekolah.
Dari sebuah jendela gudang sepasang mata tampak berurai air mata kesedihan air mata kerinduan disaat dirinya dulu sering di antar sang ayah ke sekolah.
Tapi sekarang semua itu hanyalah mimpi.Ibu nya tidak memperbolehkannya untuk bersekolah lagi entah apa alasan nya ia tidak tahu.
"Mitaaaa!!, cepat kesini,"
"Iya bu." Mita buru-buru berlari menghampiri ibunya tak lupa dia menyeka air mata nya terlebih dahulu.
"Cepat kamu bereskan piring-piring yang ada di meja makan,lalu langsung cuci piring!!.perintahnya
awas jangan sampai ada yang pecah jika ada yang pecah kamu tidak boleh makan seharian,"
Ancaman seperti itu sudah tak asing lagi di telinga Mita.Bahkan ancaman itu jadi kenyataan di saat dia melakukan kesalahan kecil sekalipun.
"Baik bu,"
Satu persatu Mita mencuci piring kotor di atas wastafel. Tangan kecilnya sangat berhati-hati sekali untuk memegang piring-piring tersebut.
Tapi karena busa sabun yang terlalu banyak. Tak ayal salah satu piring terjatuh. Dan sialnya itu piring kesayangan ibunya yang berharga mahal.
"Praaaaaaaaang!"
Cepat-cepat Mita mengambil pecahan piring itu sebelum ibunya tahu. Kalau dia memecah kan piring tersebut.
Tapi sayang semua sudah terlambat. ibunya sudah mendengar semuanya.
"Mitaaaa! apa itu yang terjatuh?" pekik bu Maya.
Dengan tergesa-gesa bu Maya berjalan ke arah dapur. Dengan wajah penuh amarah .
"Maafkan Mita bu." pinta Mita sambil melipatkan kedua tangannya di dada.
Ketika bu Maya sudah berada di depannya.
Dengan tangan kanannya sudah memegang sebuah sapu ijuk.
Rupanya permintaan maaf Mita tidak ada gunanya, karena tanpa menjawab permintaan maaf itu. Sebuah batang sapu sudah mendarat ke tubuh bocah malang tersebut.
Bukan hanya sekali tapi berkali-kali. Dipunggung, di kaki juga di tangan sudah penuh dengan luka lebam kemerahan.
"Ampun bu! ampun! sakit aduh sakit." rintih Mita sembari mengusap-usap tubuhnya sendiri.
"Makanya kalau gak mau di pukul kamu nya jangan bandel!, karena kamu sudah Memecahkan piring mahal kesayanganku.Inilah sebagai balasannya," bentak bu Maya.
"Ampuuuun, sakit sekali bu! tolong hentikan
Mita janji gak akan bandel lagi. Sakit bu," rintih nya.Kali ini diiringi dengan bulir- bulir bening Yang mengalir deras dari kedua bola matanya.
Rintihan tangisan Mita tak menyurutkan kemarahan bu Maya. untung saja semua itu berakhir. Setelah kepulangan pak pandu untuk makan siang.
Pandu segera menarik istrinya ke kamar untuk berbicara secara 4 mata. Dan menyuruh Mita mengobati luka-luka nya.
"Aku sudah sering bilang jangan terlalu keras pada Mita! kenapa ibu tidak mau mendengar! Malah ini pake kekerasan."
"Ibu tidak lupa kan siapa Mita? ibu juga tidak lupa kenapa Mita ada di tengah-tengah keluarga kita? bahkan sebelum ada Reina dan Raya," ujar Pandu pada istrinya.
"Ingat bu! Mita itu aset kita untuk hidup keluarga kita," tambahnya.
"Tapi pak! dia bandel dia sudah memecahkan piring kesayangan nya ibu," racau bu Maya.
"ssssttttt!! kecil kan suaramu kalau kamu tidak mau Mita mendengar pembicaraan rahasia kita ini," ucap pandu sambil menempelkan telunjuk nya ke bibir.
Pembicaraan mereka terhenti tatkala mendengar sesuatu dari luar kamar. mereka bergegas keluar kamar.
Alangkah kaget nya mereka ketika melihat Mita sudah ada di depan kamar sedang menyapu.
Mita rupanya sudah mendengar semua pembicaraan ayah dan ibu nya. Cuma dia tidak berani bertanya apa arti dari pembicaraan mereka.
Mita memilih bungkam dengan berpura-pura menyapu. Walau dalam hati penuh tanda tanya apa arti bahwa dirinya adalah aset untuk keluarga kecil tersebut.
Pak pandu dan bu Maya segera mendekati. Lalu mengelus rambut bocah itu.Terlihat sekali kalau mereka berdua terpaksa melakukan itu semua.
"Mita, tadi mita tidak mendengar pembicaraan kami kan," tanya Pandu.
"Tidak ayah! Mita tidak mendengar apapun," jawabnya.
"Oke kalau gitu ayah pergi dulu ya,"pamit pak pandu pada mita.
Lalu mendekat kearah telinga istrinya.
"Ingat bu! jaga baik-baik rahasia kita," bisiknya.
Mita segera masuk kedalam kamar nya. Di sana dia merenung apa arti dari kata aset tersebut. Rahasia apa yang mereka tutupi dari aku?.
Tak mau berpikir macam-macam. Mita pun beranjak dari kamarnya menuju sebuah kursi di bawah pohon dibelakang rumahnya.
"Mumpung ibu sedang di kamar pribadinya," pikirnya.
Dengan mengendap-endap Mita menuju kursi tersebut. Disana dia duduk sambil melihat beberapa anak sedang bermain layang-layang.
Ingin sekali Mita ikut bermain, tapi dia takut ketahuan ibunya.
Karena jika ketahuan ibu nya dia bisa dipukuli lagi seperti biasanya.
"Sedang apa kamu disini Mita?" Tanya seorang nenek berusia sekitar 75 tahunan
Bernama nek Imah. Yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
Buku lain oleh hikmah
Selebihnya