Malam yang panas antara dia dan seorang pria membuat Rhea mengandung. Semua menjadi runyam ketika Ayah dan Ibu tirinya mengetahui hal itu. Rhea diusir dari rumah tanpa mendengarkan penjelasannya. Dia pergi tanpa tau harus kemana. Di sisi lain pria yang menghabiskan malam dengannya terus mencari keberadaannya.
Tengah malam, Rhea berjalan menyusuri jalanan dengan setelan kantor lengkap. Angin malam menderu, menusuk tubuh mungilnya, meski begitu dia tak tergoyah dengan angin yang mencoba menyapunya. Dia masih kesal "Sial! sialan! aku selalu saja lembur dan tiba-tiba saja manager memecat ku" gerutunya sembari sibuk menekan-nekan keyboard ponselnya. Dia tengah sibuk mencerca manager di sosial medianya. Dia tak terima atas pemecatan tiba-tiba tanpa alasan jelas.
Sesekali matanya teralih ke arah jalanan yang ramai lalu lalang kendaraan. Ya, kota metropolitan masih ramai di jam ini.
Rhea lantas berhenti di pemberhentian taksi dia melambaikan tangannya meminta taksi berhenti. Beberapa menit dengan posisi yang masih sama akhirnya sebuah mobil hitam terhenti tepat didepannya. Tanpa pikir panjang dia bergegas masuk ke dalam mobil, tanpa memastikan lebih dulu.
"Jalan nusa indah" ucap Rhea sembari mengatur posisi duduk di kursi. Perhatiannya terfokus pada ponselnya.
Pengemudi lantas menginjak pedal gas, mobil melaju dengan pelan menyusuri jalanan.
"Nona baru pulang kerja?" tanya pengemudi itu.
"Ah, iya benar" jawab Rhea tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponselnya.
"Bukankah sebagai wanita pulang larut malam bukan hal yang baik?"
Sekejap Rhea menghentikan jemarinya yang sibuk menekan Keyboard ponsel, dia melirik pengemudi itu. Kemudian dia kembali menyibukkan diri dengan ponselnya. Rhea sudah terbiasa pulang di jam ini dan selama itu tak pernah terjadi hal-hal aneh. Harusnya dia bersikap tenang, tetapi kali ini dia merasa terganggu. Tak pernah seorang pengemudi taksi berbicara menakuti seperti ini padanya.
"Ya tidak salah. Namun jika aku hanya berdiam tanpa mencari uang dengan bekerja bagaimana aku akan hidup. Di dunia fana ini, kita butuh uang bukan? sedikit pulang terlambat bukan masalah" dengus Rhea. Hari ini dia merasa kesialan menimpanya, bukan hanya di pecat, sopir taksi pun sibuk mengguruinya.
"Ah, apa kau sedang butuh uang non?"
Rhea menutup ponselnya, sekarang perhatiannya tertuju pada pengemudi itu "Apa mungkin tidak ada yang tidak butuh. Pertanyaan mu sangat aneh"
"Aku memiliki pekerjaan, uang yang diberikan cukup besar nona"
Rhea cukup tertarik dengan pembicaraan ini "Mm, apa itu?"
"Menjadi teman tidur pria"
Dahi Rhea mengernyit, dia amat kesal sekarang "Sialan. Meski aku butuh uang aku tidak akan pernah menjual diri. Kau pikir aku semurah itu!"
"Apa nona tak pernah tidur dengan pria?"
"Kau pikir semua wanita pulang larut sudah pasti tidur dengan pria. Benahi pikiran mu itu!!" Amarah Rhea tersulut. Sungguh dia merasa tak nyaman dengan arah pembicaraan ini. Dia merasa stigma pada wanita yang bekerja malam masih saja buruk. Kemudian dia tersadar mobil yang dia naiki tak seperti taksi biasanya.
"Turunkan aku sekarang"
"Tujuan mu masih jauh nona"
"Aku bilang turunkan aku sekarang!!" pekik Rhea lantang, berisi kecemasan didalamnya.
"Stt! Jangan berisik nona. Tuanku menelpon" Pengemudi itu menempelkan telepon di telinga kirinya sembari tetap fokus menyetir. Sekilas Rhea melihat seringai dari pengemudi itu. Dia bergidik, sungguh kondisinya tak baik sekarang.
Rhea berusaha membuka pintu, namun terkunci. Sekuat tenaga dia berusaha tetap saja gagal.
"Halo tuan. Kami menemukan seorang wanita yang ku rasa sesuai dengan yang Anda inginkan" pengemudi itu berbicara dengan seseorang dari balik telepon dengan sopan.
"Ya, bawa kemari" terdengar jawaban yang tegas dari balik telepon.
Mendengar itu kepanikan dan ketakutan menyeruak memenuhi nya. Usahanya untuk melarikan diri tak berhasil. Pikirannya menjadi kalut, kemana dia akan dibawa? harusnya dia tak sembarang masuk kedalam mobil.
Dengan tangan yang bergetar, Rhea kembali membuka ponselnya. Ya, dia akan menghubungi seseorang yang akan membantunya.
Namun-
Seseorang meraih ponselnya dengan cepat, sebelum berhasil menghubungi seseorang. Rhea menoleh kebelakang rupanya di bangku belakang terdapat seorang lagi. Dia membelalak, sedari tadi dia bukan berdua tetapi bertiga.
Jantungnya berdegup dengan kencang. Bayangan hal buruk melintas di kepalanya. Dia mencoba mengatur napas, duduk di kursinya dengan tenang "Baiklah. Ponsel ku di rampas dan kalian akan membawaku kemana?"
"Hey, jangan bermain-main dengan ku. Turunkan aku sekarang juga!!" teriak Rhea lantang, dia mengguncang gagang pintu kencang.
Tak ada yang meresponnya, bak angin lalu yang tak penting.
Kemudian pria di belakang menyeka hidung Rhea dengan sesuatu. Seketika dia kehilangan kesadarannya.
__
"Ugh!! kepalaku sakit sekali" Rhea menyentuh kepalanya yang berdenyut. Lalu, dia merasa tidur di tempat yang empuk.
Kasur? Sekelebat ingatan muncul, terakhir kali dia berada didalam mobil dengan beberapa orang aneh yang ingin menculiknya.
Tapi sekarang?
Rhea terperanjat kala menyadari sekelilingnya yang asing. Ruangan gelap tanpa pencahayaan, terlebih dia tak tahu apa yang menantinya disini. Rhea merasa lega kala pakaiannya masih terpakai rapi seperti sebelumnya, dia menarik selimut menyembunyikan wajah di dalamnya "Ku mohon, ini hanya khayalan ku semata. Ku mohon-" ucapnya beberapa kali dengan mata terpejam.
"Ah, akhirnya kau sadar"
Terdengar suara berat namun terkesan tegas. Rhea menoleh ke arah suara. Samar-samar terlihat seorang pria duduk di kursi yang tak jauh darinya. Dia tak bisa melihat jelas wajah pria itu. Namun, tampaknya pria itu hanya menggenakan piyama tidur yang memperlihatkan dada bidangnya dengan jelas.
"Ku pikir ada kesalahpahaman disini. Aku bukan wanita yang menjual diri. Jadi ku mohon lepaskan aku" ucap Rhea hati-hati namun terdengar memohon.
Pria itu menatapnya. Sorot mata hitam legam nya terpancar, begitu menginterupsi bak meminta agar Rhea tak berisik.
Tatapan itu berhasil membuat bergidik. Rhea tertunduk takut. Dia menjadi resah, bergerak atau berbicara dia tak berani lagi. Dia tertunduk diam dengan pikiran kalut.
Sedetik kemudian pria itu beranjak dari duduknya. Dia mendekati Rhea. Pria itu sedikit menunduk mengamati Rhea yang ketakutan setengah mati.
Jemari yang besar kemudian menyentuh dagu lancip Rhea, napas pria itu terdengar menderu. Tercium bau aneh dari pria itu, baunya sangat kuat.
Dengan hati-hati Rhea mendorong dada bidang pria itu "Menjauh dari ku"
Namun, pria itu tak suka atas penolakan Rhea. Dia mencondongkan wajahnya. Menyentuh wajah Rhea, memaksa agar menatapnya.
Mata Rhea membulat, seberusaha keras dia ingin mengenali wajah pria itu tetap tak berhasil. Ruangan yang gelap membuatnya tak bisa melihat jelas wajah pria itu meski dekat.
"Aku memilihmu" ucap pria itu, lantas mengecup bibir Rhea.
Rasanya pria itu tengah terpengaruh oleh obat. Anehnya, dia merasa terbuai oleh obat itu juga. Sungguh gila. Rhea merasa sangat aneh dan sulit menghentikannya. Namun, logikanya terus memaksa untuk menghentikannya.
Rhea kembali mendorong pria itu "Tidak!!" dia mengusap bibirnya cepat, lantas menjauh dari pria itu. Dia dan pria asing bagaimana mungkin? dia tidak bisa melakukannya.
Rhea bergegas menuju pintu, beberapa kali berusaha membukanya, dia menggedor dan berharap seseorang akan menyelamatkannya.
Lagi-lagi sorot mata tajamnya menakuti. Rhea terus berusaha membuka pintu, namun kali ini pria itu meraih tangannya. Melemparnya sedikit kasar ke kasur.
Pria itu mencengkram kuat kedua tangan Rhea, memblokir geraknya agar tak berontak lagi. Lantas jemarinya sibuk menjamah tubuh Rhea.
Buku lain oleh Babytiran
Selebihnya