Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menikahi Sang Mafia Cacat

Menikahi Sang Mafia Cacat

Vikha Ananda

5.0
Komentar
1.2K
Penayangan
42
Bab

Bayangan tentang pernikahan indah yang selalu ada dalam benak Anesha Ava Ganeza, hancur kala mendapati tunangannya tengah bersetubuh dengan saudara tirinya-beberapa hari sebelum pernikahan mereka. Kemarahan yang telah ia pendam selama ini karena terus dipaksa untuk mengalah, membuatAva gelap mata dan menghajar dua manusia durjana itu. Namun akibat dari tindakan impulsifnya itu, Ava-begitu ia disapa, harus rela menerima perjodohan yang diatur oleh ayah dan kakeknya. Yang membuat Ava tidak habis pikir, pria yang menjadi pilihan mereka adalah Altezza Calix yang tak lain adalah seorang mantan Mafia bersenjata api, yang saat ini hanya bisa duduk di kursi roda. Pria yang memiliki citra buruk; bahkan dianggap sebagai pria terkutuk karena, siapa pun gadis yang pernah berinteraksi dengannya, mayat mereka akan menghiasi tempat sampah pusat kota keesokan harinya. Lalu, bagaimana Ava akan menghadapi semua ini? Apakah dia akan menjadi korban Maxim yang berikutnya? Dan, ada rahasia apa dibalik perjodohan mereka?

Bab 1 Anesha Ava Lavina

"

"KELUAR KALIAN.... KELUARR!! DASAR MANUSIA BEJAT!!" Suara teriakan Anesha Ava Lavina membuat seisi rumah tersentak kaget.

Enver Finn Kangta tergopoh-gopoh menghampiri putri sulungnya, dikuti dengan sang istri Lynne Orabelle "Ada apa ini, Ava? Apa yang kamu lakukan? Kenapa teriak teriak begitu?" Tanya Finn saat melihat Ava— sang putri, menyeret putri tirinya Ganesha dan Jeong Hoon tunangan Ava keluar dari kamar Ganesha.

Dengan nafas memburu, Ava menatap sang ayah. “Jangan tanya sama aku ayah. Tanya saja dua manusia durjana ini, kenapa mereka tega bermain gila di belakangku?" jawab Ava sinis.

Jeong Hoon yang kala itu mengenakan kolor hitam tanpa atasan, hanya bisa menunduk. Begitu juga dengan Ganesha yang hanya berbalut selimut tanpa pakaian dibaliknya. Dua orang itu masih terlihat syok karena tertangkap basah oleh Ava.

Ava terlihat begitu geram. Tadi, saat pulang dari butik untuk melihat gaun pengantin yang ia pesan, Ava mendengar suara ribut dari kamar Ganesha adik tirinya. Karena penasaran, ia berinisiatif untuk melihat. Ia sangat khawatir kalau sang adik tengah terluka atau apa, karena suara rintihan yang cukup keras.

Tapi, saat membuka pintu kamar, yang ia lihat bukan Ganesha lah yang terluka, melainkan tunangannya Jeong Hoon yang tengah menunggangi adik tirinya itu, dan suara yang Ava kira rintihan, nyatanya adalah suara desahan Ganesha, saat di gempur oleh Jeong.

Tanpa banyak berpikir lagi, Ava langsung menghajar mereka berdua. Kening Jeong sampai berdarah akibat hantaman ujung heels Ava yang runcing. Rambut Ganesha bahkan masih memenuhi sela jari Ava. Bukti betapa kerasnya ia menghajar dua manusia durjana itu.

Padahal beberapa hari lagi mereka akan menikah. Tapi, pria bejat ini justru meniduri adik tirinya. Ava terus menatap ayahnya, menunggu tindakan apa yang akan diambil kepala keluarga Kangta itu.

"Ck, Ayah kira ada apa. Hanya karena ini, kamu mengamuk seperti orang tidak waras?" Tanya Finn yang responnya begitu biasa saja. Ava yang semula menjambak rambut Ganesha perlahan melepas jambakannya.

"A-apa maksud, Ayah? Ke-kenapa jawaban ayah seperti itu?" Tanya Ava benar benar tidak mengerti dengan sikap ayahnya.

Finn terlihat membuang nafas panjang. “Seperti apa? Apa salahnya kalau orang yang sebentar lagi akan menikah, melakukan hubungan intim?" Jawaban Finn justru membuat Ava mengernyit.

"Me-menikah? Ayah, yang akan menikah itu, Aku dan Jeong. Bukan Ganesha dan Jeong. Apa Ayah lupa? A-atau pura-pura?"

"Ck, percuma gelar sarjanamu kalau hal sederhana seperti ini saja tidak mengerti." Bukan Finn, tetapi Belle ibu kandung Ganesha yang menjawab. “Ganesha dan Jeong saling mencintai. Dan mereka berencana menikah beberapa hari lagi. Tapi, karena Ganesha ku ini tidak ingin repot, kami sengaja memanfaatkan kamu, untuk mempersiapkan semuanya."

Deg

Belle melanjutkan, "Sebenarnya kami berencana merahasiakan ini sampai hari H. Tapi, ternyata mereka berdua sudah tidak tahan," ucap disertai kekehan. "Jadi, ya.. Karena kamu sudah tahu, kami pikir tidak

perlu bersandiwara lagi."

Selama Belle berbicara, Tatapan Ava terus tertuju pada sang ayah. Berharap, kalau ayahnya menyanggah

ucapan Belle dan mengatakan itu semua omong kosong. Namun, hingga Belle berhenti berbicara, Finn terus diam. Bahkan menatap Ava datar.

"A-ayah...," Lirih Ava dengan wajah sendu.

Dengan tatapan malas, Finn menatap Ava. "Apalagi? Kamu sudah dengar apa kata Mommy, kan? Yang akan menikah itu Ganesha, bukan kamu. Gaun yang dibuat pun sesuai ukuran tubuh Ganesha. Jadi, kamu tidak perlu khawatir kalau gaun itu tidak pas. Pekerjaanmu dalam mempersiapkan semuanya sangat memuaskan, Ava" ucap Finn tenang.

Ava kembali terpaku mendengar jawaban Finn. la lalu tertawa. Menertawakan kebodohannya sendiri. Jadi, semua usahanya selama dua bulan terakhir ini. Pontang panting ke mana-mana mempersiapkan pernikahannya yang nyatanya Zonk? Semua usahanya dari memesan gaun, gedung, katering, nyatanya semua itu untuk Ganesha? Semua usahanya, waktu dan tenaganya ..

Ava menundukkan kepalanya. Ingin sekali ia menangis. Tapi, tidak. Mulai sekarang ia tidak boleh terlihat lemah di hadapan manusia-manusia tak bermoral itu.

Ava menghela nafas panjang, menguatkan hati dan menatap sang ayah datar. "Kenapa ayah melakukan ini semua padaku? Padahal aku anak kandungmu bukan Ganesha."

Finn melipat kedua tangannya. "Kenapa apa? Apa kurang jelas? Ganesha itu mencintai Jeong. Dan sebagai kakak, kamu harus mengalah Ava. Apa susahnya mengalah dengan adikmu?"

"Susah! Sangat susah ayah" suara Ava naik beberapa oktaf dan menatap sang ayah tajam. "Susah, Ayah. Sangat susah! Ayah menyuruhku mengalah? Lagi? Ini sudah ke sekian kalinya aku mengalah. Selalu begitu. Kenapa Ayah, kenapa?!

Kenapa aku yang dituntut untuk selalu mengalah pada Ganesha, padahal kami tidak memiliki hubungan darah? Kenapa?"

Sudah terlalu banyak miliknya yang direbut oleh Ganesha. Mulai dari kamar, pakaian, hingga kekasih masa kecilnya dan an kini, ia kembali dituntut mengalah pada Ganesha, dan menyerahkan tunangannya?

Apa ayahnya sudah kehilangan akal? Apa mereka pikir ia tidak punya perasaan? Tidak bisa merasakan sakit?

"Pelankan suaramu, Ava. Jangan kurang ajar!!" Hardik Finn.

"J-jangan marah, Kak... Maafkan aku." Ganesha yang sudah mengenakan gaun tipis tanpa dalaman, mulai bersuara.

Ganesha bersandar pada tubuh Jeong, menyembunyikan seringai kepuasan di wajahnya dan menatap Ava. “A-aku tahu aku salah. T-tapi ... Aku dan Kak Jeong saling mencintai. A-aku tidak bisa melepaskan Kak Jeong begitu saja. Karena itu, aku mohon restui pernikahan kami, Kak."

Ganesha tersenyum mengejek pada Ava, kemudian berlutut. “K-kalau Kakak tidak puas, aku bersedia dipukul. Tapi tolong, jangan pisahkan kami. Aku sangat mencintai Kak Jeong, Kak

"Kau tidak perlu berlutut, Sayang. Bangunlah." Jeong membujuk Ganesha untuk berdiri.

"Tidak! Aku akan terus berlutut sampai Kakak Ava memaafkanku." Ganesha bersikeras.

"Sstt... Tenang ya, biar aku yang bicara dengannya."

"Tapi, Kak..." Suara Ganesha terdengar tidak ingin. Tapi matanya justru menatap Ava mengejek.

'Aku menang lagi, Kakak,' ucap Ganesha dalam hati.

Ava yang bisa membaca ekspresi wajah Ganesha, menjadi geram. "Kamu...." gadis itu bergegas menyerang Ganesha namun, Jeong menggunakan tubuhnya untuk melindungi Ganesha.

"Cukup, Ava! Jangan menyakiti calon istriku!"

Plak

"Diam, bajingan. Aku tidak ada urusan denganmu!" tamparan Ava membuat Jeong terkejut. Gadis polos yang selalu tersenyum dan bersikap lemah lembut itu, hari ini menunjukkan taríngnya.

"Kamu...!" Lirih Joeng dengan wajah terkejut.

“Apa?! Minggir!"

Wajah Jeong melembut. la baru sadar Ava sangat mencintainya, hingga gadis itu rela melawan perintah Finn untuk mengalah, hanya untuk melampiaskan kekesalannya karena tidak rela dirinya di rebut oleh Ganesha.

Jeong mengusap pipi Ava. "Tenang ya, Sayang... Aku tahu, kamu sangat mencintaiku. Tapi, maaf, Aku tidak bisa. Aku sudah terlanjur jatuh cinta pada Ganesha. Namun, kalau kamu mau aku bisa membujuk Ganesha untuk berbagi, kelak Kamu bisa menjadi selingkuhan ku. Jadi kalau nanti Ganesha datang bulan, aku akan tidur denganmu.

Bagaimana... Kamu setuju kan?"

Ganesha yang sempat khawatir melihat Jeong bersikap lembut, akhirnya menarik nafas lega. Ternyata pria itu tidak berniat meninggalkannya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Vikha Ananda

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku