Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Marriage With Mr. Arrogant

Marriage With Mr. Arrogant

Windygreenofficial

5.0
Komentar
Penayangan
5
Bab

Entah kesialan atau keberuntungan, keluarga konglomerat ketiga tiba-tiba memberikan lamaran pernikahan untuk putri dari pemilik perusahaan kecil yang tak banyak dikenal. Karena itu, keluarganya merelakan Deryn untuk menikah dengan Putra ketiga yang dikenal bermasalah dan misterius. Ketika Deryn Jenayalura menjadi istri Darrel Axcelyn Millies, dia jadi tahu kalau Darrel itu tipe dingin yang manis dengan keangkuhan yang luar biasa. Masalahnya, semakin dia masuk ke dunia Darrel yang kelam dan dalam itu, dia jadi semakin mengerti luka demi luka dan segala tragedi mengerikan yang dialaminya selama ini. Jadi karena itulah, Deryn memutuskan untuk membantu Darrel menghadapi para iblis yang ada di sekitarnya sebagai istrinya yang penuh cinta. Tapi ... apakah Deryn bisa melindunginya di saat Darrel yang mulai jatuh cinta tidak ingin melihat orang yang dicintainya terluka karenanya? . . . Kode : FNW-RM1(MMF)1 Judul : Marriage With Mr. Arrogant Genre : Romance - Romansa Semesta : Windygreen - Ruby Kategori Naskah : Marriages of the Millies Family (MMF) the Series pertama Kategori Genre : Sweet-Sad-Romance-Comady Start Publish : 25 Desember 2023 Finish Publish : (?) Total Chapt : (?) . . . Cover by @Windygreen_official . . . #NOTES : Jangan lupa baca Kitab Suci-mu sebelum kamu tenggelam dalam cerita di tiap semestanya.

Bab 1 Chapter 00 | Prolog - Pernikahan

"Aku tidak peduli dengan perkataan orang. Karena tak semua orang menilaiku dengan benar. Jadi aku akan mempercayai apa yang aku lihat dan aku dengar sendiri dari objek ataupun subjek yang dibicarakan itu." #Deryn Firlyca Ariani (Deryn)

"Kamu tidak perlu mengerti untuk semua hal yang tidak ada kamu di dalamnya. Karena akibatnya hanya ada dua ; kamu berhenti memedulikan semua hal, atau kamu akan terluka jika tahu semua hal." #Darrel Axcelyn Millies (Darrel)

.

.

.

Marriage With Mr. Arrogant

Chapter 00 – Bagian Prolog

(Pernikahan)

.

.

.

Pernikahan.

Itu yang dikatakan ayahnya ketika mereka selesai makan malam bersama keluarganya.

"Karena adikmu sebentar lagi bertunangan, jadi kamu yang harus menikah dengan anak Tuan Millies." Begitu poin utama yang didengar dari pembicaraan ayahnya malam ini.

Adiknya bahkan bukan adik sesungguhnya. Kelahirannya hanya berbeda satu minggu darinya. Tapi semua orang selalu berkata kalau adiknya itu harus sangat dilindungi karena dia masih kecil. Hanya adiknya yang diperlakukan dengan hangat dan manis.

Itu yang Deryn pikirkan. Meski nyatanya hanya kepalanya yang mengangguk dengan ekspresi datarnya yang sudah khas.

Sejak kepercayaan dan kepercayaan dirinya hilang, Deryn jadi tidak bisa dengan mudah tersenyum seperti yang dilakukan adiknya, yang selalu tersenyum hangat dan ramah ke semua orang di sekitarnya.

Dara, adiknya yang sekarang duduk di sebelahnya, menggenggam tangan Deryn yang ada di atas pangkuannya.

"Maaf, ya, Kak. Kalau saja aku nggak punya tunangan, aku juga nggak akan membuat Kakak yang menikah dengannya. Aku rela mengorbankan diri demi keluarga kita. Tapi ... Kak Leon mencintai aku, Kak. Karena itu aku nggak bisa menikah dengan laki-laki lain." Begitulah perkataan Dara tanpa diminta.

Leon. Cinta pertama Deryn yang masih belum dilupakan sepenuhnya. Padahal tadinya Deryn pikir, Leon jatuh cinta padanya juga. Nyatanya, Leon justru jatuh cinta pada Dara. Dan pada akhirnya Deryn tahu kalau Dara juga jatuh cinta pada Leon. Karena itulah dia memilih mengalah demi kebahagiaan keduanya.

Bagi Deryn, Dara adalah titik pusat semua orang. Dara adalah poros dari rotasi semua orang. Dan akan selalu begitu.

Deryn mengangguk tenang tanpa mengatakan apapun.

Bagi Deryn, suaranya tidak akan pernah didengar orang lain. Jadi karena itu, yang bisa dia lakukan hanya menurutinya atau meninggalkan pembicaraan yang tidak dia sukai.

"Deryn, maafkan Ibu, ya?" Kali ini Ibu kandungnya ikut menatap Deryn dengan tatapan bersalah. "Ibu sayang sama Deryn. Karena itu, Deryn pantas mendapatkan putra Tuan Millies."

Dia bahkan putra yang misterius karena tidak pernah ada yang tahu bagaimana rupanya. Setelah kasus putranya kecelakaan, mereka menyembunyikan keberadaannya rapat-rapat.

"Ibu tenang saja," Deryn meraih tangan Ibunya di atas meja, lalu dia menggenggamnya dengan hangat. "Deryn hanya harus menikah agar perusahaan kita bisa terus membaik."

Ibunya tampak terharu sembari mengangguk setuju. Lalu Dara meraih tangan Deryn di atas meja, memisahkannya dari Ibunya dan menggenggamnya erat. "Kakak bisa kabur setelah menikah dengannya kalau Kakak takut."

Deryn menggeleng. "Aku akan berusaha jadi istri yang baik,"

"Tapi dia monster, Kak!" Dara memeluk Deryn hangat. "Aku khawatir Kakak kenapa-napa kalau tinggal bersama monster itu."

"Benar, juga." Ayahnya ikut buka suara lagi. "Kita bahkan tidak tahu apa-apa tentang putra ketiga Tuan Millies."

Ibunya mengangguk setuju. "Benar. Hanya ada rumor yang beredar, yang mengatakan kalau putra ketiga Tuan Millies itu sangat bermasalah. Apa Deryn akan baik-baik saja kal-"

"-Kak Deryn akan baik-baik saja, Bu!" sela Dara cepat. "Kak Deryn pasti baik-baik saja. Iya, kan, Kak?"

Deryn hanya mengangguk tenang sebelum melepaskan diri dari Dara.

"Deryn," Ayah buka suara. "Kalau nanti dia berlaku kasar padamu, kamu harus segera berpisah darinya dan kembali ke rumah. Mengerti?"

Kalau mereka sekhawatir itu padanya, kenapa juga Deryn harus menikah dengannya?

Ah. Deryn bahkan tidak bisa mengatakannya dengan mulutnya sendiri.

"Benar! Kak Deryn harus kembali meski perusahaan kita akan bangkrut kalau Kakak memilih berpisah darinya." Dan perkataan Dara yang penuh kekhawatiran itu langsung tampak menyadarkan kedua orang tuanya tentang tujuan awal mereka memilih menikahkan Deryn.

"Mungkin saja ... kita bisa negosiasi terkait pembagian aset, kan?" Ayahnya menimpali dengan ragu dan hati-hati.

Sejujurnya ini memuakkan. Mereka tampak khawatir padanya meski rasanya terdengar tidak khawatir. Deryn jadi bingung sendiri untuk mengira-ngira ketulusan dari keluarganya. Deryn anak kandung mereka, dan begitu juga dengan Dara yang ibunya meninggal setelah dia melahirkannya. Katanya dia anak Ayahnya, jadi Ayah merasa harus bertanggung jawab dengan menerimanya setelah mendapatkan persetujuan istrinya yang terus dia bujuk sepanjang waktu.

Tapi ... entah kenapa justru Deryn yang merasa seperti anak tiri di rumah ini. Meski itu mungkin saja hanya perasaannya saja.

Deryn menghela napasnya pasrah. "Ayah tenang saja. Itu nggak akan terjadi,"

Meski perusahaan Ayah berada di ujung tanduk sekalipun, Deryn tidak gentar dan turun tangan langsung di belakang layar. Meski semua orang di perusahaannya tidak tahu pekerjaan yang Deryn lakukan karena mengira Dara yang melakukannya, tapi Deryn tetap melakukannya demi keluarganya tanpa memedulikan hal itu.

Deryn bahkan tidak mengeluh ketika dia lelah bekerja di kantor lain sebagai supervisor, lalu harus mengerjakan tugas-tugas perusahaan yang belum Dara selesaikan. Bahkan dia masih sampai harus membantu Ibu membereskan rumah karena pembantunya berhenti juga.

Deryn sama sekali tidak keberatan. Dan Deryn mengerjakan itu semua dengan sepenuh hatinya. Tanpa mengeluhkan apresiasi orang-orang pada Dara yang tidak tahu kalau semua hal itu dikerjakan oleh Deryn. Tanpa mengeluarkan protesan meski Ibu memperlakukan Deryn dan Dara dengan kasih sayang berbeda. Juga tanpa mengharapkan semua orang akan menghargai dan memujinya setelah Deryn selesai mengerjakan semua hal itu.

Tapi ... sekalipun Deryn tidak pernah mengeluh, tidak pernah memprotes ataupun tidak pernah membenci Dara dan semua orang yang menyebarkan rumor buruk tentangnya maupun orang-orang yang terlibat salah paham dengannya ... Deryn tetap ingin dihargai.

Dan sebelum Deryn bisa meminta dihargai pada semua orang, terutama pada keluarga yang paling dia sayangi itu, mereka justru menjadikan Deryn sebagai alat transaksi yang akan ditukarkan demi keselamatan perusahaannya. Bahkan mereka tidak memikirkan seberapa keras Deryn mengerjakan semuanya setelah lelah bekerja di kantor orang lain.

Karena itu ... Deryn sempat berpikir akan menolak permintaan kedua orang tuanya kali ini saja. Demi kebahagiaannya.

Tapi ... demi kebahagiannya itu, akan ada banyak orang yang tidak bahagia.

Jadi ... Deryn memutuskan untuk menerimanya dengan sukarela seperti biasanya.

Deryn mengangguk pasrah. "Semua akan baik-baik saja, Ayah."

Dan pada akhirnya, senyum kedua orang tuanya langsung nampak secerai mentari pagi. "Benar! Baguslah! Ayah percaya pada Deryn."

Dara ikut tersenyum senang seraya menganggukkan kepalanya samar. "Benar, Kak. Itu pilihan terbaik!"

"Pilihan terbaik belum tentu baik untuk semua orang." Ah. Tidak. Tanpa sadar Deryn mengatakannya. Jadi, ketika dia tersadar akan hal itu, Deryn langsung menangkap tatapan tidak percaya dari kedua orang tuanya, dengan Ayahnya di seberangnya dan Ibunya di hadapannya.

Deryn tertegun seketika. Dia langsung refleks berdiri dengan kikuk dan canggung.

"Maaf," gumam Deryn cepat. Kemudian matanya perlahan melirik ke arah Dara yang kini sedang menatapnya dengan tatapan tersinggung.

"Aku ... aku ke kamar dulu," sambung Deryn kemudian, sebelum memilih berlalu.

Dan begitulah Deryn selesai dengan makan malamnya.

Meski ini pertama kalinya Deryn menjadi orang pertama yang meninggalkan ruangan ini, Deryn tidak peduli lagi.

Mungkin ... ini akan jadi makan malam yang tenang untuk terakhir kalinya.

"Kak Deryn!" Langkah Deryn langsung berhenti sebelum keluar ruangan ketika tangan Dara lebih dulu menahan pergelangan tangannya.

Deryn berbalik seketika, tapi Dara justru terhuyung jatuh duduk seolah Deryn menepis tangannya dengan kasar.

Deryn yang terkejut tak langsung menolongnya. Dia bergeming saking terkejutnya. Di posisinya, Dara kelihatan meringis kecil dan berhasil membuat Deryn tersadar.

"Ah, maaf," Dan seperti biasanya, Deryn refleks mengatakannya.

Deryn hendak membantunya untuk berdiri, tapi Dara lebih dulu memeluk kaki Deryn seiringan dengan suara Ibunya yang terdengar menyerukan nama Dara.

"Kak Deryn jangan marah," lirih Dara. "Kalau Kak Deryn keberatan dengan pernikahan ini, aku bersedia untuk menggantikannya. Jadi-"

"-Dara! Apa yang kamu bicarakan, sih?" Ibu tampak jengkel mendengarnya.

Lagi-lagi, Deryn nyaris jatuh dalam harapannya sendiri.

"Benarkah?" tanya Deryn kemudian. "Benarkah kamu bersedia menggantikan aku?"

Pandangan Deryn menatap Dara dengan lurus sehingga tampak kosong.

Kalau Dara bersedia menggantikannya dengan sukarela, maka Deryn juga sama sekali tidak keberatan. Tidak. Justru Deryn akan sangat berterima kasih padanya.

"Kalau kamu bersedia menggantikan aku, kamu boleh-"

"-Aku rela menikahi monster terkutuk itu demi kebahagiaan Kakak!" pekik Dara.

Ah. Ternyata tidak, ya?

Ternyata itu hanya perasaannya saja, ya?

Ternyata itu semua hanya harapan semu yang Dara berikan padanya seperti biasa, ya?

Ah ... Deryn memang hampir tertipu lagi sepertinya.

Harusnya Deryn tidak mengharapkan apapun pada orang lain. Terutama lagi pada orang yang seperti Dara.

"Deryn," Ibu membantu Dara berdiri setelah berhasil melepaskan pelukan Dara di kaki Deryn. "Kamu tidak bisa sekasar itu dengan adikmu."

'Aku bahkan tidak melakukan apapun padanya.' Deryn ingin mengatakannya, tapi dia tidak mampu mengatakan hal itu pada Ibunya. Karena itu, yang Deryn lakukan hanya melengos ke arah lain dengan kecewa.

"Deryn!" Kali ini Ayahnya tampak marah. Dia menghampiri mereka dengan ekspresi berangnya. "Kamu dikurung sampai hari lamaran tiba! Kembali ke kamarmu dan jangan keluar barang selangkah kakipun dari kamarmu!"

Ah ... hukuman itu lagi pada akhirnya yang dia terima.

Seperti biasa.

Dan mungkin akan selalu seperti ini pada akhirnya.

Deryn tak mau menjawab apapun. Karena itu dia memilih berlalu lebih dulu sebelum salah satu dari mereka bersuara lagi. Memilih meninggalkan ruangan makan dengan tenang.

Kali ini tidak ada yang menahannya sama sekali.

Dara bahkan sampai tampak menangis di sana sambil memohon pada Ayah dan Ibunya agar memaafkan Deryn. Tapi keduanya justru membela Dara dan mengatakannya terlalu baik.

"Sudahlah, Dara. Kakakmu itu harus diberi hukuman agar sadar!" Dan itulah keputusan Ayahnya. Lalu diikuti dengan anggukkan setuju dari Ibunya. "Tidak apa-apa. Deryn pasti baik-baik saja, Sayang. Kamu tidak perlu memohon lagi."

Deryn mendengarnya dengan jelas. Karena itulah. Karena itulah angkahnya berhenti di anak tangga pertama sementara sebelah tangannya mencengkeram kayu pembatas itu kuat-kuat menahan rasa sesak yang kini menyerangnya dengan kuat. Sebelah tangannya lagi memegangi dadanya yang terasa begitu menyesakkan.

Hal ini sering terjadi. Dan Deryn pikir dia akan semakin terbiasa.

Tapi ... semakin sering rekam adegan ini terputar berkali-kali, rasanya malah semakin membuatnya merasa tercekik dan kehabisan oksigen.

Ini pertama kalinya Deryn menjadi orang pertama yang meninggalkan ruang makan di saat keluarganya masih ada di sana.

Dan ... ini juga pertama kalinya air mata Deryn menetes ke pipi sebelum dia masuk ke kamar dan menangis di dalam bantalnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku