Cinta yang Tersulut Kembali
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Jangan Main-Main Dengan Dia
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
Gairah Liar Pembantu Lugu
Cinta di Jalur Cepat
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Sang Pemuas
Malam ini begitu sepi, tak terlihat satupun kendaraan yang berlalu lalang. Hanya rintik hujan deras yang terdengar bising, buru-buru terjatuh menyentuh tanah. Angin berhembus kian kencang, menerpa segala yang dilewatinya, tak terkecuali rambut Jane yang di terpa menjadi tak beraturan buru-buru dia mengikat rambut yang terurai, sesekali dia mengusap lengannya, hawa yang dingin membuatnya menggigil hebat. Sekarang pukul 00:00 a.m. dia tengah menunggu di halte bus. Akibat sibuk di perpustakaan kampus membuatnya pulang terlalu larut, dia sibuk mencari referensi untuk bahan skripsinya.
Sekarang di jam ini dan cuaca yang seburuk ini rasanya tak akan ada kendaraan yang melaju.
Dia sibuk menekan layar ponselnya, sayang sekali signal malam ini juga buruk. Dia tidak bisa memberi kabar Ibunya jika malam ini dia akan pulang lebih larut akibat terjebak hujan, dia mengeluarkan payung dari dalam tasnya, membukanya dengan pelan. Dia memutuskan meninggalkan halte dan berjalan menuju rumahnya, melewati hujan deras malam ini. Dia mempercepat langkahnya, kakinya menginjak genangan air membuat roknya terciprat air.
Sepanjang melangkah tak sekalipun terlihat orang-orang juga setiap rumah tertutup dengan rapat, benar-benar sunyi. Dia menghentikan langkahnya, tepat beberapa langkah didekatnya tampak segerombolan pria yang tengah duduk di teras rumah kosong. Awalnya dia berpikir untuk meminta bantuan pada mereka, setidaknya mengantar pulang. Tapi dia mengurungkan niatnya. Seorang perempuan melintas sendiri ditengah malam, di cuaca buruk dan suasana sepi. Kondisi ini buruk untuknya, hal yang tak diinginkan bisa saja terjadi. Waspada demi keselamatan jauh lebih baik, pikirnya.
Tampaknya mereka bukan pria baik-baik, jelas mereka tengah memukuli seseorang. Jantung berdetak kencang, dia benar-benar takut. Dia membeku di balik pohon besar, dia tak berani melewati rombongan pria itu, apalagi membantu pria yang di pukuli itu. Tapi kondisi dengan cepat berbalik, pria yang awalnya tampak kalah sekarang lebih unggul. Pria itu menyerang balik dan rombongan yang awalnya menyerang buru-buru melarikan diri. Itu sedikit mencengangkan bagaimana bisa dia seorang diri mampu membalikan situasi.
Langit tiba-tiba terang, hujan berhenti turun. Dia ingin cepat-cepat menjauh dari tempat itu namun pria yang unggul itu masih di sana berdiri dengan mengusap bibirnya yang mengeluarkan darah kemudian dia menggunakan maskernya dan menutup dirinya dengan tudung jaketnya. Jane bergidik takut, semakin menempel pada pohon berharap dirinya tak akan di temukan.
"Sampai kapan kau bersembunyi?"
Ucap pria itu mengejutkannya, juga membuat jantungnya kian berdegup kencang. Dia mematung, berharap orang yang dimaksud bukan dirinya.
"Kau tak pandai bersembunyi. Jika kau tak keluar aku yang akan menghampiri dan menghajar mu langsung" ancamnya.
Jane sedikitpun tak berani bergerak. Apa yang akan dilakukan pria itu jika dia muncul? Dia tak bisa membayangkan. Pikirannya menjadi kalut, harusnya dia membawa senjata tajam untuk melindungi dirinya.
"Aku tak suka mengulang" Pria itu menarik lengan Jane membuat payung di pegangannya terjatuh. Jane membelalak, dia tak menyadari jika pria itu sudah didekatnya.
Jane terpojok, dia mendongak menatap pria yang lebih tinggi darinya yang juga memberi tatapan tajam serasa siap menerkam. Cengkeramannya begitu kuat pada lengannya.
"anu!!" lirihnya takut, dia berniat mengatakan sesuatu tapi sekalipun kalimat pembelaan tidak keluar "itu-"
"Seorang wanita?" ucap pria itu heran, rasanya dia tak berpikir bahwa orang yang bersembunyi seorang wanita apalagi dimalam larut.
"Siapa yang menyuruhmu?" tanyanya, tangan kirinya siap mencekik leher Jane.
Jane berusaha tampak tenang, lalu memberanikan diri dia berkata "Saya bukan bagian dari orang-orang yang ingin menyerang Anda. Saya hanya pejalan kaki yang kebetulan tak sengaja terjebak di situasi tak terduga ini" bicaranya terdengar hati-hati.
Pria itu mengamatinya dengan seksama, setelah memastikan bahwa wanita itu tak berbahaya dia tampak mengurangi kewaspadaannya, itu terlihat dari cengkeramnya yang melonggar juga tatapannya yang tak setajam sebelumnya.
"Kau akan kemana?" tanyanya.
Jane merasa lega setelah melihat pria itu tenang dan tak menganggap dirinya musuh, tampaknya pria itu tak akan menyakitinya. Perawakan pria itu agak menyeramkan dengan tubuh besar, kekar, dan tingginya. Wajahnya tak tampak jelas karena tertutup dengan masker, dia juga menggunakan topi dengan di double tudung jaketnya. Kemudian dia menjawab " Tentu saja pulang ke rumah".
"Bawa aku Bersama mu"
"huh?" rasanya Jane salah dengar.