Perempuan gila yang harus Kendrick jaga rupanya punya banyak rahasia di setiap detail hidupnya. Alisha Madison, pewaris tunggal yang harus disembunyikan, akibat persaingan bisnis yang terus menjadikannya target. Setelah peristiwa mengerikan di malam itu, Alisha dimasukkan ke rumah sakit jiwa tanpa sepengetahuan orang-orang. Semua menganggap Alisha sudah meninggal dan tidak akan membahayakan bisnis yang diambil alih oleh keluarga dari ibunya. "Aku masih menyimpan semua dalam ingatanku. Aku sungguh ingat wajah orang yang membunuh kedua orang tuaku, dan aku akan membalas mereka satu per satu," Bukan hanya sebagai bodyguard, Kendrick mulai terlibat dalam setiap hal yang menyangkut Alisha. Dia menjadi salah satu pion penting dalam permainan catur kali ini. Bersama Kendrick, bisakah Alisha membalaskan dendam kematian orang tuanya? Bagaimana jika dalang di balik kematian orang tua Alisha, juga ada sangkut pautnya dengan kekacauan hidup Kendrick dan papanya yang dijadikan kambing hitam di masa lalu? Bagaimana jika ternyata Alisha dan Kendrick terhubung benang merah di masa lalu?
Keributan yang terjadi di luar, menarik perhatian gadis kecil yang tadinya bersiap untuk masuk ke alam bawah sadar. Dia ingat sekali kalau tidak ada pesta apa pun malam ini. Dia juga tahu kalau kedua orang tuanya sudah istirahat. Lalu kenapa di luar sana begitu berisik?
Kaki mungilnya melangkah perlahan. Mata birunya, menangkap orang-orang aneh berpakaian serba hitam. Mereka memegang benda berbahaya, seperti pistol, tongkat besi dan pisau. Wajah mereka yang menyeramkan membuat gadis kecil itu menghentikan langkahnya.
"Di mana putrimu?"
Dari arah yang berbeda wajah seseorang yang sangat familier bagi gadis itu, tengah mengacungkan pistol ke kepala papanya. Sepasang suami istri itu tengah bersimpuh tidak berdaya di lantai. Di sana kedua orang tua Alisha sudah tertangkap. Wajah Meeya tampak takut bercampur cemas. Dia sungguh mengkhawatirkan putri kecilnya.
"Kutanya sekali lagi di mana anak itu!"
Alisha spontan menutup mata dan telinganya kala sebuah tongkat besi melayang mengenai tubuh papanya. Tidak ada seorang pun yang menolong papanya, bahkan laki-laki tua itu duduk begitu santai, menyaksikan orang yang begitu mempercayainya disiksa.
"Pa, Ma," bibir Alisha bergetar, menahan takut dan tangis. Seorang anak berusia 12 tahun, menyaksikan orang tuanya sedang dibantai. Kaki mungilnya mengambil langkah mundur, hendak menjauhi tempat yang sesungguhnya sangat berbahaya untuknya. Sayang sekali, tingkah tak hati-hati itu justru menarik perhatian mereka semua.
Dengan kaki mungilnya, dia mencoba berlari dari kejaran salah satu anak buah orang itu. Mereka menganggap Alisha hanya anak kecil, jadi satu orang saja sudah cukup untuk mendapatkannya. Sekuat tenaga, dia berlari dan terus berlari. Tidak peduli kaki tanpa alas itu akan terluka akibat kerikil tajam yang mengenainya. Dia hanya harus terbebas dari kejaran orang itu. Naas, sebuah sepeda motor nyaris mengenainya. Entah harus disebut keberuntungan atau tidak, peristiwa itu menarik perhatian banyak orang, hingga si pengejar tidak lagi mampu mendapatkan Alisha.
"Hei ada yang terluka di sini!"
Teriakan dari salah satu orang itu sudah cukup menjadi jawaban bagi sang anak buah. Sebuah laporan yang pastinya tidak akan mengecewakan bosnya. Anak kecil itu pasti sudah tewas, begitulah anggapan mereka. Mereka hanya perlu menyingkirkan kedua orang tua gadis itu and mission completed.
"Tolong anak itu. Hei, panggil ambulan cepat!"
Alisha masih tidak mengerti apa pun. Semua menjadi asing untuknya. Mata biru seluas laut itu menatap seorang anak laki-laki terkapar tak berdaya. Anak itu terluka karena mencoba menyelamatkannya. Alisha sungguh berutang nyawa padanya. Namun, saat ini kondisi mental gadis itu sedang tidak stabil. Orang-orang mulai beraksi, mencari pertolongan untuk anak laki-laki tersebut. Salah satu dari mereka membawa Alisha ke pinggir jalan, lantas memeluknya erat.
"Tidak apa-apa. Kamu aman sekarang. Semua akan baik-baik saja. Jangan khawatirkan apa pun,"
Alisha mendengar perkataan menenangkan itu dengan baik, merekamnya dan terus berusaha menanamkan itu dalam pikirannya. Namun, dia belum mampu memberikan reaksi apa pun.
"Alisha, syukurlah kamu baik-baik saja,"
Seorang wanita mendekat pada gadis itu.
"Bibi?"
Wanita itu bersimpuh di hadapan Alisha. Dia meraih Alisha dalam dekapannya.
"Maafkan bibimu ini. Maaf bibi terlambat menyelamatkan orang tuamu,"
"Mereka tewas?" Alisha tahu itu. Orang-orang itu pasti sudah berhasil menyingkirkan orang tuanya. Mata Alisha kosong, bibirnya bergetar hebat. Satu jam yang lalu, dia masih bercengkrama dengan kedua orang tuanya. Dia bahkan masih tidur di dekapan mereka. Satu jam yang lalu, Madison berjanji akan mengantarnya ke pameran seni lukis besok.
"Mereka membunuh orang tuaku, Bi. Mereka..orang-orang itu harus mati di tanganku suatu saat nanti!"
Bak sebuah janji, kata-kata itu terucap begitu saja. Rentetan peristiwa hari ini begitu mengejutkan baginya dan di usianya yang masih terlalu kecil, pasti sulit untuk menerima itu semua.
"Aku bersumpah, Bi!" gumamnya sebelum jatuh dalam dekapan wanita itu. Alisha tidak sadarkan diri.
..
"Jika ingin dia aman, maka biarkan dia tetap tinggal di sini. Anda tidak bisa merawatnya, Nyonya. Semua orang tahu kalau dia sudah meninggal. Paling tidak biarkan dia di sini, sampai Alisha cukup paham tentang semua ini," usul Emery.
Julia menatap gadis kecil yang masih setia meringkuk di kasur. Sejak siuman beberapa jam yang lalu, gadis itu hanya diam saja. Pandangan anak itu masih saja kosong dan sama sekali tidak ingin bicara.
"Kenapa harus rumah sakit jiwa? Aku bisa menitipkannya di panti atau tempat yang lebih baik,"
"Kondisi mental nona Alisha sedang tidak baik-baik saja, Nyonya. Selain itu jika Nyonya menitipkannya di panti, orang-orang akan curiga. Lagipula apa ada orang yang sungguh bisa Anda percaya untuk menjaganya?" Emery benar, semua orang mengenal Alisha, anak tunggal dari keluarga Madison. Calon pewaris Madison Group dan anak perusahaan serta seluruh bisnis keluarganya.
Julia mengusap wajahnya, mulai frustrasi. Sungguh kasihan nasib keponakannya itu.
"Saya akan terjun langsung untuk merawat nona muda. Saya akan memastikan dia sembuh dan siap untuk merebut semua miliknya kembali, Nyonya,"
"Kamu?" Julia menautkan alisnya. Emery adalah salah satu orang yang dipercaya keluarga Madison. Hanya saja dalam situasi ini, bukankah Emery menempatkan diri dalam bahaya dengan tetap bersama Alisha?
"Benar, saya akan jadi perawat Nona muda di sini. Saya akan selalu memberikan informasi terbaru terkait kondisi Non Alisha pada Anda," sahut Emery yakin.
Julia jelas tidak memiliki solusi yang lebih baik, selain menitipkan Alisha di tempat itu. Dia melangkah pelan, takut mengejutkan Alisha.
"Hei Nak," panggilnya berusaha keras menahan air mata. Dia menarik napas panjang, berusaha tegar agar anak itu merasakan hal yang sama.
"Kamu ingat, beberapa jam yang lalu kamu baru saja mengucapkan sebuah janji. Masih ingatkan papa pernah bilang apa sama Alisha? Kalau Alisha sudah mengucap janji, maka Alisha harus menepatinya,"
Julia menjeda sejenak, menunggu reaksi dari anak itu. Bola mata Alisha menunjukkan sedikitr pergerakan, menandakan bahwa Alisha mencerna ucapan Julia.
"Bibi akan menunggu saat itu tiba. Saat di mana kamu bisa berdiri tegar dan berjuang untuk merebut milikmu kembali. Ingatlah, Alisha bahwa Bibi akan selalu ada di pihakmu. Kamu tidak akan berjuang seorang diri," sambungnya. Dia mengulurkan tangan, mengusap lembut kepala gadis itu.
"Aku percayakan dia padamu, Emery. Jaga dia baik-baik,"
"Tugas diterima, Nyonya!"
"Ah iya, bagaimana kondisi anak yang menyelamatkan Alisha?"
"Dia sudah ditangani dan akan segera pulih, Nyonya,"
"Syukurlah, pastikan dia mendapatkan penanganan terbaik. Pastikan juga kalau dia akan aman,"
"Baik, Nyonya!"
Alisha menangkap percakapan itu, terutama soal anak laki-laki yang menyelamatkannya. Kelegaan menyentuh relung hatinya. Anak itu masih selamat dan baik-baik saja, maka Alisha juga harus segera pulih. Dia melirik kepergian Julia diikuti oleh Emery di sisinya, hingga keduanya menghilang di balik pintu.
"Aku pasti menepati janjiku, Bibi. Mereka semua harus membayar semua ini."
..