Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
674
Penayangan
25
Bab

Kendra putra bungsu keluarga Tanaka. Keluarga dengan garis keturunan kaya secara turun temurun, menguasai pasar otomotif di tanah air. Lahir dari keluarga kaya membuatnya tumbuh menjadi manja dan juga semaunya sendiri. Terlahir dengan wajah tampan yang mengarah kepada manis seperti seorang wanita, dengan bibir merahnya yang menggoda. Dia laki-laki cantik yang membuat para gay ingin mencintai dan menjadikan dirinya milik mereka. Kendra seperti bunga yang di puja laki-laki dan di sukai wanita. Gayanya cuek dan juga sangat menyukai pesta malam. Kebiasaannya berpesta malam, berakhir dengan dirinya yang hampir saja mati terbunuh saingan bisnis keluarganya. Hal yang membuat sang Ayah menyewa seorang bodyguard untuk menjaganya. Drupadi, biasa dipanggil Dru, dibesarkan oleh mafia, membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang dingin dengan kemampuan bela diri yang luar biasa. Tawaran pekerjaan, lebih tepatnya perintah dari salah satu seniornya untuk menjadi bodyguard Keluarga kaya diterimanya, dengan menyamar menjadi laki-laki. Wajah nya yang terlihat macho dengan potongan rambut pendek, membuatnya tidak akan mudah dikenali sebagai seorang wanita. Dimulailah kisah Kendra yang selalu kesal akan sikap dingin dan juga sikap suka mengatur yang ditunjukan Drupadi sebagai seorang Bodyguard, tapi menjadi gelisah saat Dru menghilang, walau untuk sebentar. Sedangkan Drupadi, berusaha menjaga hatinya pada laki-laki manis yang harus selalu dikawalnya. Dengan alasan sumpah Bodyguard, dia tidak boleh jatuh cinta pada siapa yang dikawalnya. Apalagi jarak usia mereka terpaut empat tahun, dan Drupadi lebih tua dari Kendra. Kisah terangkai penuh emosi dan manisnya cinta yang saling berbelit.

Bab 1 Part 1

Ruangan itu begitu pengap, tampak sesosok tinggi dengan tubuh atletis tengah menghajar seseorang di depannya. Tapi yang cukup menyebalkan, walau sudah di pukul sedemikian rupa, sumpah serapah tetap saja keluar dari mulut si pesakit.

"Sekali lagi aku tahu kamu mengusik panti asuhan itu, aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang !" Ancam Dru,salah satu anak buah Ryuu, pemimpin Red Eagle.

Setelah mengatakan hal itu, sosok itu melangkah pergi, meninggalkan laki-laki yang di tengah kesakitannya masih menyumpah serapah. Masih di dengarnya suara pistol menyalak sebelum pintu di tutup, sekedar menakuti tanpa membunuh.

Sosok itu melangkah keluar dari rumah yang juga memiliki ruang rahasia sebagai markas dari Red Eagle, organisasi rahasia yang diikutinya, yang sudah dianggap sebagai keluarga baginya.

Dru menaiki motor besarnya, menaiki kuda besi itu menuju tempat favoritnya.Sebuah tanah kosong yang sepi, jauh dari pemukiman. Menatap bintang, merindukan keluarga aslinya yang entah dimana.

Dru duduk di atas motor, menatap pekatnya langit malam dengan tatapan tajam, seperti malam-malam yang telah berlalu. Tangannya terlihat masih berdarah seusai bertarung melawan beberapa orang yang masuk ke wilayah mereka dan mengacau pada panti asuhan yang berada di bawah pengawasan mereka. Sebelum akhirnya menawan pemimpinnya yang habis dihajarnya tadi. Tangannya sempat terkena sabetan pisau musuh. Hingga ia terpaksa melukai balik musuhnya walau tidak sampai mati, tapi cukup membuat jera.Sedangkan pistol hanya digunakan untuk menakuti saja. Ryuu tidak mengijinkan ada korban nyawa jika tidak mendesak. Pemimpinnya itu makin bijak dalam memimpin. Semua bisnis dijalankan dengan baik, penghasilan bersih kelompok mereka, dari beberapa usaha yang dijalankan. Tapi jual beli senjata tetap dijalankan, mereka mendapat pasokan yang diawasi langsung oleh Ryuu.

Dru menarik nafas, dunia hitam yang digeluti semenjak masih berusia empat belas tahun. Sebenarnya Devan atau yang lebih dikenalnya sebagai Ryuu, sudah berusaha menjauhkan dirinya dari dunia yang tidak akan bisa ditinggalkannya jika sudah masuk ke dalamnya. Tapi bersama Devan, serta Scarlett yang sudah dianggap seperti kakaknya sendiri, dan juga para saudara di organisasi membuatnya nyaman. Dru seperti menemukan saudara yang tidak dimilikinya selama ini.

Dru atau tepatnya Drupadi, dibesarkan di panti asuhan sejak masih bayi, tidak mengenal siapa orang tuanya. Saat berusia sembilan tahun, diangkat anak oleh suami istri yang terlihat baik, tapi malah memperlakukannya dengan sangat buruk. Saat Beranjak remaja, dirinya hendak dijamah oleh Ayah Angkatnya, saat itu Devan yang dikenalnya sebagai Ryuu, dan juga Scarlett yang menolongnya.Scarlet Menghabisi Ayah angkatnya, di depan matanya tanpa ampun. Kematian mengenaskan dengan leher terkena pisau yang cukup dalam.

Semenjak hari itu, ia selalu ingin bersama Devan dan juga Ryuu. Dengan kepintarannya, ia bisa melacak keberadaan Ryuu dan juga Scarlett. Ia yang dengan cepat juga mengetahui Identitas Ryuu.Memaksa dua sahabat itu mengajaknya serta.

Karena hal itu juga ia masuk untuk mengambil jurusan yang berhubungan dengan komputer dan segala perangkatnya. Dia dipercaya untuk memprogram dan juga meng hack program musuh. Tapi selain itu, Dru juga belajar bagaimana berteman dengan aliran listrik. Serta segala macam keterampilan yang harus dikuasai pengawal terlatih.

Satu-satunya benda yang dimilikinya aalah cincin dengan model dua tangan memeluk yang saat ini sudah sangat pas di jarinya. Cincin itu memiliki simbol angka yang tidak ia pahami, tertulis di baliknya.Menurut kepala panti asuhan, itu adalah benda yang ditinggalkan bersama dirinya saat ia ditemukan di depan panti asuhan.

Dru menyembunyikan benda itu dengan baik, sehingga orang tua angkatnya yang brengsek tidak mengetahuinya. Pergi dengan orang tua angkat adalah keinginannya, jadi dirinya yang harus bertanggung jawab akan hidupnya.

"Akhhhh ...!"

Ketenangan Dru terganggu saat mendengar teriakan kesakitan .Ia melihat sekelompok orang yang sepertinya sedang mengejar seseorang . Mereka terlihat bertarung dengan tidak imbang. Satu melawan enam orang bersenjata.

Dru menyipitkan kedua netranya untuk melihat dengan jelas. Tampak sosok pemuda yang dikeroyok tidak imbang. Dru malas ikut campur yang akan menyebabkan ketegangan.

Shit !" Dru menyumpah serapah saat melihat si pemuda yang berlari ke arahnya dengan wajah babak belur, dan tunggu ... Lengannya robek dan banyak mengeluarkan darah. Suasana tenangnya benar-benar terganggu saat ini.

"Tolong aku," ucap si pemuda pada Dru. Belum sempat Dru menjawab tiba-tiba dari arah datangnya si pemuda, enam orang yang mengejar si pemuda berlari juga ke arah mereka.

"Tolong aku," ucap si pemuda lagi pada Dru, yang segera mendengus kesal. Ia paling benci berurusan dengan perkelahian yang bukan bagian dari tugasnya.

"Bukan urusanku !" Ucap Dru hendak pergi.

"Aku akan membayarmu, berapapun yang kamu mau." Si pemuda memberikan penawaran yang dibalas gelengan Dru.

"Tolonglah," ucap si pemuda lagi dengan wajah putus asa.

"Hei ... Minggir Lah, kami tidak ada urusan denganmu." Ucap Laki-laki dengan tato di leher segera maju untuk mendorong Dru.

Karena dorongan dari si lelaki, hampir saja Dru jatuh dari atas motor. Untung dia sigap menjaga posisinya.

Dru yang kesal dan juga bercampur kasihan, pada akhirnya turun dari motor, dan menatap tajam ke arah si pemuda.

"Pergilah," ucap Dru pada si pemuda. Tapi belum sempat si pemuda pergi, tiba-tiba enam orang penyerang segera maju bersamaan untuk menyerang.

Dru dengan sigap menarik si pemuda agar bersembunyi di belakang punggungnya, lalu menyapukan tendangan dan juga pukulan pada si penyerang saat mereka mulai menyerang.

Perkelahian yang tidak imbang karena mereka kalah jumlah. Tapi Dru bukan petarung kemarin sore. Empat orang berhasil dilumpuhkannya dengan pukulan yang telak. Setelah melumpuhkan seorang lagi,Dru mulai lengah. Salah seorang yang belum dilumpuhkan segera maju menyerangnya dengan cepat.

"Bret !" Suara pakaian sobek dengan darah yang mengucur. Lengannya terluka akibat sabetan pisau.

"Ayok cepat naik, teriak si pemuda yang sudah menyalakan kuda besi milik Dru. Dengan cepat Dru berlari setelah dengan sekuat tenaga menumbangkan lawan terakhir yang tadi menyerangnya.

Si pemuda menaiki motor dengan kencang.

Sementara itu si penyerang terlihat marah setelah mangsanya lepas.

"Sial !kalau boleh menembak, aku sudah menembak anak sialan itu !" Pria dengan tato di leher mengumpat. Tapi mereka hanya ditugaskan untuk membawa target dalam keadaan hidup.

Sementara itu si pemuda membawa motor hingga tiba di depan sebuah rumah dengan pagar kokoh.

Dru turun dari motor begitu berhenti.

"Terimakasih banyak, jika kamu tidak ada, mungkin aku sudah mati," ucap pemuda di depan Dru terdengar sangat tulus. Sedangkan Dru menanggapinya dengan dingin.

"Masuklah, aku akan mengobati lukamu," ucap si pemuda lagi yang dibalas gelengan Dru yang segera menaiki motornya kembali. Helm nya entah hilang dimana. Mungkin terjatuh di tempat tadi. Tapi dia sudah tidak perduli.

"Aku mohon, biarkan Dokter keluarga mengobati lukamu." Si pemuda masih kekeuh ingin Dru masuk. Tapi dengan cuek, Dru segera pergi.

Si pemuda yang bernama Kendra itu, hanya menghela nafas panjang. Berterimakasih dan berjanji dalam hati akan membalas kebaikan pemuda yang sudah menolongnya.

Dia sendiri bingung saat sedang berpesta di club bersama beberapa teman-temannya, tiba-tiba dirinya dibawa pergi oleh sekelompok orang yang tidak dikenalnya. Karena melawan dan berusaha kabur, berakhir dengan dirinya yang babak belur dihajar tanpa ampun. Dengan ilmu bela diri yang pas-pas an, sangat mudah bagi penculik membekuknya. Beruntung dirinya bertemu dengan pemuda tadi.

Kendra berjalan masuk ke dalam rumah, lalu masuk lewat pintu belakang. Ia segera menelepon Dokter Keluarga untuk mengobati lukanya. Beruntung kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah, sehingga tidak ada yang akan menceramahinya.

Setelah mendapat perawatan dari Dokter, Kendra segera tidur. Sepertinya besok, ia harus menugaskan seseorang untuk menyelidiki dalang dibalik aksi penculikan nya tadi. Sudah dua kali dalam satu bulan dirinya diserang demikian. Sedangkan Bodyguard yang biasa menjaganya sedang terluka akibat perkelahian saat penculikan pertamanya.

Papa nya sudah melarangnya keluar rumah untuk sementara waktu, tapi malam ini ia nekat pergi, atas bujukan teman-temannya.

Kendra menghela nafas panjang lalu mulai terlelap, pengaruh dari obat yang diminumnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku