Ini bukan cinderella story, apalagi cerita tentang perempuan lemah yang selalu dihianati. Ini tentang perempuan tangguh bernama Kinara. Hidupnya berubah layaknya film horor setelah diancam dengan segala bentuk intimidasi dan teror. Nara akhirnya mencari bodyguard. Adalah Satria, pria yang tak sengaja terpilih untuk mengawalnya. Sosok pria nyaris sempurna yang mampu membuat siapa saja jatuh hati hanya dengan sekali tatap. Tapi Nara menolak tertarik hanya karena ketampanan pria. Kata Nara : jangan menikah dengan pria tampan. Sebab semakin tampan seorang pria, semakin mudah ia memperdaya. Sementara Satria terus mencari cara membuat Nara jatuh cinta. Namun lama kelaman banyak hal misterius mulai terkuak. Satria menyimpan banyak rahasia yang membuat Nara takut padanya alih-alih jatuh cinta. Puncaknya, identitas Satria terbuka. Nama sebenarnya adalah Ghazi Ammar Fahrezi. Dan pria itu terhubung langsung dengan trauma masa lalu Nara. IG : @zifikani
"Aduh!" Nara mengaduh kesakitan sambil menahan kesal.
"Eh.. eh.. Ealaaah.. Asli toh? Maaf, Sis. Kirain palsu juga. Saya baru mau nanya, bikinnya dimana." ujar seorang perempuan paruh baya yang mencubit hidung Nara barusan. Perempuan yang juga klien Nara itu berkilah tanpa rasa bersalah.
Nara, yang bukan kali pertama diperlakukan seperti ini hanya tersenyum tipis sambil mengusap ujung hidungnya. Kalau bukan klien, ingin rasanya Nara balas mencubit hidung si ibu itu. Mencubitnya pakai paperclip jumbo sekalian. Biar mancung seperti permintaannya.
Nara menghela nafas. Selalu saja begini setiap kali ada klien. Entah itu hidungnya, dagunya, pipinya, pasti ada saja yang jadi sasaran cubitan mereka. Terutama kaum emak-emak dengan tingkat kepo di atas rata-rata. Seperti yang satu ini nih, wanita kepiting soka.
Kenapa Nara menjuluki mereka kepiting soka? Karena, perilaku klien kliennya ini persis seperti kepiting soka. Ya, seekor kepiting soka, sebelum cangkang lamanya dilepas paksa dan diganti dengan cangkang lunak yang baru, mereka cenderung sering stress dan mencapit kesana kemari. Nah perilaku mencapit membabi buta itulah yang sama persis seperti si ibu di depan Nara ini. Sebelum 'wajah lama' nya dipermak dan diganti 'wajah baru', dia sembarangan 'mencapit' hidung Nara dengan alasan memvalidasi, bahwa apa yang dilihatnya itu memang benar buatan Tuhan, bukan buatan Korea atau Thailand.
Dirga, sekretaris Nara, mengeluarkan suara batuk aneh. Suara mirip orang tercekik yang selalu Nara dengar setiap kali Dirga menahan tawa. Padahal ini sudah kesekian kali Dirga melihat bossnya itu teraniaya, tapi entah kenapa setiap kali hal itu terjadi lagi, Dirga masih saja merasa itu sangat lucu dan sulit menahan tawa.
Bagaimana tidak? Didepannya terpampang pemandangan tak biasa. Nara yang biasanya judes dan galak terpaksa mematung saja saat dicubit, dicolek, ditowel, dan dijambak oleh klien. Bahkan bagian dadanya pernah ditekan-tekan oleh istri seorang pejabat hanya karena penasaran, ini barang original atau kw super? Nara nyaris naik pitam dibuatnya.
Klien yang mayoritas perempuan lajang setengah matang, atau kaum emak-emak dengan rasa iri yang mendominasi, terkadang memperlakukan Nara seperti boneka. Wajar saja, hidung mancung, wajah tirus, kulit kencang, rambut tebal, bibir penuh dan tubuh ramping Nara memang pantas membuatnya dijuluki barbie hidup. Penampilannya itu selali mengundang rasa penasaran klien.
Karena fisiknya yang nyaris sempurna itu, Nara cocok sekali jadi role model dikantornya sendiri. Sebuah agen wisata medis, sekaligus konsultan bedah plastik yang tergolong diperhitungkan di kotanya.
Dulu, saat awal awal kantor ini beroperasi, klien sering meminta contoh wajah selebritis untuk menjadi contoh ketika klien ingin di oplas wajahnya. Dan Dirga-lah yang selalu siap dengan monitor yang menampilkan contoh-contoh perempuan cantik dari berbagai ras setiap kali klien datang. Tapi lama kelamaan, layar itu lebih banyak nganggur, teronggok tak berdaya di pojok ruangan. Klien lebih memilih Nara untuk dijadikan contoh. Ada yang hidup dan bisa dipegang-pegang di depan mata, untuk apa susah payah melihat-lihat foto?
"Eh, iya say, hotelnya nanti dimana? Bisa nggak nanti hotelnya minta di deket-deket lokasi syuting drakor? Saya lagi jatuh cinta setengah mati sama Cha Eun Woo dan Song Kang. Yaaa.. kali aja mereka lagi syuting, terus, saya bisa minta selfie bareng gituu.. hihihihii..." klien Nara, seorang istri pejabat yang umurnya sama dengan jumlah umur Cha Eun Woo ditambah umur Song Kang ini tertawa genit sambil bertanya pada Nara.
Mungkin si ibu lupa kalau masa mudanya sudah lewat beberapa dekade. Sudah nyaris kepala lima, tapi masih saja perilakunya macam kpopers remaja belasan tahun yang tengah tergila-gila pada sang idola. Nara menahan tangannya untuk tidak menyiram air mineral di meja. Ya, siapa tau si ibu ketempelan arwah hantu halu dan segera sadar dari halunya kalau disiram air dingin?
"Untuk urusan akomodasi, silahkan ke ruang sebelah ya bu, diselesaikan sama mbak Airina. Mari saya antar." Dirga tiba tiba menyela pembicaraan. Untung Dirga cepat tanggap dan buru-buru menyelamatkan si ibu sebelum niat Nara menyiramkan air pada kliennya itu terealisasi.
Begitu si ibu meninggalkan ruangan, Nara menghela nafas lega. Setelah melakukan peregangan sebentar, Nara kembali berkutat dengan ponselnya. Dua puluh enam notifikasi tertera. Dua diantaranya email, dan sisanya pesan whatsapp.
Nara meletakkan kembali ponselnya di meja setelah membalas beberapa pesan penting. Ia lantas melirik jam dinding. Lima menit lagi jam kantor selesai. Sambil menunggu Dirga kembali dari ruang administrasi, Nara merapikan barang-barangnya.
"Besok jam sembilan pagi ada klien penting ya, Ra. Ratu Cantika, artis yang mantan Miss Missan itu mau ketemu kamu langung. Mau oplas dengan dokter lokal atau Thailand aja katanya." Dirga, yang baru saja selesai mengurusi ibu ibu Kpopers di ruang administrasi, langsung masuk ke ruang kerja Nara tanpa mengetuk pintu. Ia lantas memberi tahu Nara beberapa agenda penting.
"Oke." Jawab Nara tanpa melepas pandangan dari HP ditangannya.
"Oh iya, kamu diundang lunch di rumah Bu Nona. Konsultasi sekaligus makan siang di sana. Apa aku perlu ikut?" tanya Dirga lagi. Kali ini dia menarik kursi di depan Nara dan duduk di sana.
"Ya ikut lah. Aku ini sumbu pendek, Ga. Kamu itu pemadam nya. Kamu tau sendiri Bu Nona bawelnya gimana, kalau aku meledak, siapa yang mau jadi pemadam kalau bukan kamu?" Nara menjawab pertanyaan Dirga dengan balik bertanya. Retoris. Dirga tak perlu menjawab. Lagipula Nara ini, siapapun lawan bicaranya, mau bawel, mau anteng, tetap saja judes dan temperamen.
"Oke oke, tim pemadam kebakaran nurut aja laah.." sahut Dirga sambil memutar bola mata.
"Terus, Pak Aryo gimana? Masih pemulihan dia?" tanya Nara dengan raut wajah serius.
"Nah, itu yang mau aku omongin, Ra." Dirga sedikit membungkuk dan semakin mendekat ke arah Nara. Sekretaris sekaligus sahabat Nara semasa kuliah itu memasang ekspresi serius. Kalau sudah begini, pasti apa yang akan disampaikannya sangat penting.
"Waktu Pak Aryo konsul, kamu yang nyaranin dia ke klinik A, atau dia sendiri minta kesana?" tanya Dirga.
"Sebentar, aku lupa." Nara mengambil ponselnya, lalu mengecek file rekaman suara pak Aryo di sana. Nara memang punya kebiasaan merekam pembicaraan dengan alat perekam, lalu secara berkala, pembicaraan yang dirasa penting dipindahkan ke ponsel.
Beberapa kali dituduh tanpa bukti membuatnya membiasakan diri merekam hampir semua pembicaraan dengan klien. Kebiasaan itu sudah dilakukannya sejak tahun lalu. Bahkan karena terlalu sering, Nara kerapkali meletakkan alat perekam dalam posisi menyala di mana saja. Akibatnya, mulai dari suara tawa, obrolan seputar gosip artis, sesi curhat orang-orang kantornya, sampai dirinya sendiri yang jadi bahan gosip karyawannya semua terekam di benda itu dan Nara jadi sering sekali mendengar pembicaraan macam macam.
"Oh... Aku yang suruh, Ga." jelas Nara setelah mengecek rekamannya. "Kan dia minta yang sesuai budgetnya. Di sini juga aku sudah jelaskan kelebihan dan kekurangannya. Memangnya kenapa?"
"Mmm.. belum pasti sih, karena masih bengkak. Masih pemulihan. Tapi kelihatannya nggak sesuai ekspektasi, Ra. Katanya, mukanya jadi kelihatan aneh." jawab Dirga dengan raut wajah sedikit kesal. Sepertinya ia tak suka dengan klien yang satu ini. Dirga kalau tak menyukai seseorang selalu jelas terbaca di wajahnya.
"Hah? Masa sih? Empat bulan lalu, designer yang dari Surabaya juga operasi disana, tapi mukanya baik-baik aja, makin cakep malah. Mungkin karena muka Pak Aryo masih bengkak kali, Ga. Hasilnya masih belum jelas." Kilah Nara menampik perkataan Dirga soal hasil yang tak sesuai ekspektasi.
"Iya sih, aku juga bilang gitu sama dia. Tunggu dulu pulih sepenuhnya ajalah, baru bisa dilihat lagi." Dirga mengiyakan ucapan Nara.
Obrolan mereka terhenti saat terdengar ketukan pintu. Sevilla, resepsionis kantor masuk ke ruangan Nara setelah dipersilahkan.
"Bu, maaf, di lobi ada Bu Lisa dan suaminya, mereka mau konsultasi sekarang juga. Saya sudah bilang kalau jam kerja sudah selesai dan kantor sudah tutup, tapi beliau memaksa." Sevilla menjelaskan dengan perasaan takut. Khawatir singa betina di depannya ini mengamuk. Sevilla tau, Nara paling benci kalau ada yang memaksa konsul di luar jam kerja kecuali sudah buat janji sebelumnya.
"Bu Lisa siapa sih?" tanya Nara ke Dirga. Yang ditanya sibuk mengecek data klien di ponselnya. Tapi tak menemukan nama Lisa.
"Mmm.. itu, Bu.. Beliau itu istrinya Pak Fernando, anggota dewan. Bu Lisa ini selebgram juga, Bu." sela Sevilla setengah berbisik.
Nara langsung paham siapa tamunya kali ini. Sedikit banyak, Nara mengenal Lisa. Perempuan tiga puluh dua tahun yang baru saja melepas status jandanya dan menikah lagi dengan seorang duda beranak tiga yang juga anggota dewan. Mereka cukup sering wara wiri di beberapa stasiun televisi.
Nara juga mengenal mantan suami Lisa. Herawan, sang mantan suami adalah dokter gigi langganan Nara. Bahkan Nara justru lebih mengenal Herawan daripada Lisa sendiri.
"Okelah, suruh masuk aja, Vi." jawab Nara dengan berat hati. Ia sudah membayangkan pulang ke rumah, lalu mandi air hangat dan santai sambil melepas lelah. Tapi klien satu ini malah memaksa.
"Baik, Bu." Jawab Sevilla.
"Ga, lembur dikit ya, kelas kakap nih klien, aku yakin, bakal dapet untung gede dari dia doang." tukas Nara pada Dirga. Dirga mengiyakan, lalu mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan.
Nara kembali ke tempat duduknya. Bersiap menerima calon klien yang diyakini bakal mendatangkan untung besar.
Seandainya Nara tau, keputusannya menerima klien yang satu ini adalah sebuah kesalahan terbesar yang nantinya akan dia sesali seumur hidup.
Kesalahan yang akan menyiksanya..
Bab 1 WANITA KEPITING SOKA
10/06/2022
Bab 2 RUMPUT TETANGGA BERWARNA JINGGA
10/06/2022
Bab 3 T N T
10/06/2022
Bab 4 MALAIKAT DALAM GELAP
10/06/2022
Bab 5 LEDAKAN PERTAMA
10/06/2022
Bab 6 TRINITROTOLUENA DAN LEDAKAN KEDUA
10/06/2022
Bab 7 SELAMAT DATANG HYENA
10/06/2022
Bab 8 RIP CURRENT
10/06/2022
Bab 9 SIAPA DIA
10/06/2022
Bab 10 SERANGAN FAJAR
10/06/2022
Bab 11 TEKA TEKI
13/06/2022
Bab 12 SEBUAH HUKUMAN
13/06/2022
Bab 13 PERTEMUAN TAK TERDUGA
13/06/2022
Bab 14 LANGKAH PERTAMA
13/06/2022
Bab 15 SEBUAH KESEPAKATAN
13/06/2022
Bab 16 TEROR
13/06/2022
Bab 17 BUKAN ALEXITHYMIA
13/06/2022
Bab 18 KINARA DAN KIRANA
13/06/2022
Bab 19 KEBERANGKATAN YANG TERTUNDA
13/06/2022
Bab 20 HAL YANG MENGEJUTKAN
14/06/2022
Bab 21 BARISAN PRIA TAMPAN
21/06/2022
Bab 22 TEKA TEKI YANG SEMAKIN RUMIT
22/06/2022
Bab 23 BEKAS LUKA
01/07/2022
Bab 24 REUNI
01/07/2022
Bab 25 MY WIFE IS MY LIFE
01/07/2022
Bab 26 DIA ADA DI SANA
01/07/2022
Bab 27 CHINK IN ONE'S ARMOR
01/07/2022
Bab 28 TITIK NADIR
01/07/2022
Bab 29 SEBUAH RENCANA
01/07/2022
Bab 30 LANGKAH AWAL SEBUAH RENCANA
01/07/2022
Bab 31 DALAM SATU HARI
01/07/2022
Bab 32 TRUST YOUR HUNCHES
01/07/2022
Bab 33 VICTIM MENTALITY
01/07/2022
Bab 34 PERNYATAAN DAN PERTANYAAN
01/07/2022
Bab 35 BUKAN BOHONG, HANYA TAK JUJUR
01/07/2022
Bab 36 PERUBAHAN DESTINASI
01/07/2022
Bab 37 BERDIRI DI TENGAH PRAHARA
01/07/2022
Bab 38 LOLOS DARI LUBANG JARUM
01/07/2022
Bab 39 GERAKAN AWAL
02/07/2022
Bab 40 IKAN BELAJAR BERENANG
03/07/2022