RAHASIA SANG BODYGUARD
ang sekarang menjabat sebagai sekretaris Nara menggantikan Dirga sang manag
et. Urusan hidup dan m
s cantik di dalam mobilnya yang terparkir di mall tempat Anne kebetulan belanja. Dan kebetulan yang menyebalkan untuk Dirga, sebab pada saat di
sung memutuskan tanpa kompromi. Dirga mengumpat dalam hati. Dasar Medusa! Siapapun y
ooftop kantor. Dirga penyuka salted caramel latte, Anne yang dari du
ak datang lagi ya?" Anne yang paling susah mengingat nama panjang seseorang, se
ain, dan si Tania sudah difasilitasi untuk
k ganggu kamu lagi
gian udah lama banget kejadiannya. Sudah hampir tig
duwidnya yang tak berseri itu, kok bisa segitu mudahnya bertekuk lutut cu
ang cuma segede kamar mandinya ini, sendiri loh ya.. Sen-di-ri. Bukan bayar orang suruhan untuk ngulik infor
sayaaahh.." jaw
lesai tepat waktu, semua proses maupun hasil bedah klien hasilnya bagus, no complain, pundi-pundi
ra. Sekarang roda lagi di atas. Bisa jadi ini buah dari kesabaran dia se
n kata-kata Anne. Bukankah ini terlalu tenang? Dan bukankah biasanya se
permukaan air yang terlihat tenang, namun kekuatan arus baliknya sangat kuat. Siapapun yang berenang di san
n yang nantinya justru akan menyeretnya dalam masalah besar? Nara menepis pik
a nganterin Anne. Kamu sendir
ku udah sering
nin, Ra. Ibu udah buat ja
Udah sana kamu jalan aja,
u ada apa-apa
a mengacun
dia harus sampai di gedung tempat klien mereka membuat janji temu. Nar
ng. Profitable, meminjam istilah Dirga. Tahun lalu, pasangan muda ini sudah pernah konsultasi di kantor Nara. Tapi hanya
rinya sudah mengosongkan jadwal. Mereka ingin melakukan bedah plastik secepatnya dan tanpa
obilnya saat pon
al
lepon penting dan karena sesuatu hal, sambungannya terputus. Bena
al
berdering lagi. Lima detik.. sepuluh detik.. lima belas detik..
agi. Nomor berbeda lagi. Nara segera menjawab. Tapi lagi lagi sambun
dinaikinya, dan hanya mereka berdua. Nara mulai waspada. Lantai berikutnya, masuk lagi dua pria be
ekilas melirik Nara. Dengan sigap Nara merogoh tasnya dan mengumpat
arah Nara. Nara mulai ketakutan dan berusaha menggapai to
ada di gedung ramai di kawasan pusat kota. Ada CCTV dan petugas keamanan kalau terjadi apa-apa. Nara membatin me
ng
menjulang dengan jaket coklat gelap i
iga pria sebelumnya mendadak keluar. Nara sangat yakin tadi mereka tidak menekan tombol, da
lantai lima belas dan tujuh belas. Tidak satupun dari mereka yang men
u mereka kembali saat dia sendirian? Mau lapor ke petugas? Bagaimana ka
ng
n level waspada. Ternyata pria tinggi ini keluar. Nara tanpa pikir panjang men
Nara. Jangan-jangan ini cuma jebakan? Nara lan
Faira, say
ra saya kurang jelas, saya lagi di bandara." jawab Fai
rhenti. "Bu Fai
ara, ini saya harus keluar dulu, boleh di
g. Nanti biar saya saja yang telepon ibu
berjanji bertemu dengan Nara malam ini? Nara melempar pandang ke sekelilingnya. Banyak oran
pasti sudah di pesawat. Nara beralih menelepon Dirga. Terdengar nada sambung, tapi tidak d
ra benci memakai stiletto. Sial! Kalau tau begini, aku mana
emudian langka
biru gelap. Seketika Nara berputar balik dan berlari
a lemparan Nara dan yang lainnya tetap mengejar. Jarak mereka semakin pendek. Nara kemudian merasakan bahunya di cengkeram dari belakan
ggunakan stilettonya mengenai kepala pria itu. Tapi sia-sia, t
as paksa cengkraman pria penyerangnya. Pria itu melayangkan tinju
masuk ke mobil dan melarikan diri. Oran
rkejut, panik, masih m
h mobil berhenti
U NGGAK
GAAA
kan? Ayo kita pergi sekarang! Kita nggak tau mereka itu
i, G
kamu nanti ak
gas dan pergi secepat mungkin. Sementara Nara terus menoleh ke belakang. Bukan. Nara bukan mengkhawatirkan mobil
. Hanya sebelah stiletto berwarna maroon tergeletak di sana. Di sampingnya, sebuah benda kecil keemasan tampak be