Andara Gita seorang mahasiswi tingkat akhir yang terpaksa harus menikah dengan Zaki Muhammad al-Fatih sahabat dari adiknya sendiri yang bernama Deo Gunawan. Dara dan Zaki harus menikah karena kesalahan satu malam yang mereka lakukan hingga mengakibatkan benih Zaki tumbuh didalam rahim Dara. Zaki yang saat itu masih duduk di bangku kelas 2 SMA dengan berani mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan menikahi Dara. Meskipun setelah menikah Dara langsung di usir oleh kedua orangtuanya karena mereka malu sekaligus kecewa dengan Dara dan Zaki. Bagaimana kehidupan dengan mereka selanjutnya? Apakah kehidupan rumah tangga yang mereka jalani akan berjalan mulus? Atau justru banyak halang rintang yang terus menguji pernikahan mereka.
Seorang wanita cantik nan imut sedang menangis tersedu-sedu di dalam kamar mandi dengan sebuah test peck yang berada di tangannya. Bagaimana ia tidak menangis jika test peck tersebut menunjukkan hasil dua garis merah terang yang berarti wanita yang bernama lengkap Andara Gita itu sudah positif hamil.
" Tidaaaaaak, ini tidak boleh terjadi! " Dara berteriak sambil menggenggam erat test peck tersebut.
Ya, saat ini Dara sedang terduduk di atas lantai kamar mandi yang ada di dalam kamarnya karena kedua kakinya terasa sangat lemas hingga tidak mampu menopang berat tubuhnya sendiri.
" Ini gak mungkin! ini pasti bohong! " Dara mencoba menampiknya, namun hasil dari ketiga test peck tersebut sudah menjadi bukti apalagi semuanya menunjukkan dua garis merah terang.
" Bagaimana ini? Aku hamil? Apa Zaki mau bertanggung jawab? Bagaimana jika ia tidak mau bertanggung jawab? " ucap Dara yang terlihat sangat putus asa.
Dara masih menggenggam erat test peck tersebut dan ia mencoba bangkit dengan berpegangan pada apapun yang masih bisa ia jangkau, setelah bersusah payah akhirnya Dara sampai di atas ranjangnya dan ia langsung membanting tubuhnya di ranjang empuk miliknya.
Bayangan malam terkutuk itu kembali berputar di dalam ingatannya saat di mana ia yang tidak jadi ikut kedua orangtuanya untuk pergi ke luar kota untuk liburan malah berakhir di atas ranjang bersama sahabat adiknya yang bernama Muhammad Zaki al-Fatih
.
.
.
Flashback...
Di siang hari yang cerah Dara gadis cantik nan imut mahasiswi tingkat akhir yang saat berusia 23 tahun dan kedua orangtuanya, sedang bersiap-siap untuk pergi liburan ke luar kota karena secara kebetulan keluarga besarnya sedang mengadakan acara kumpul keluarga di daerah puncak.
" Kamu yakin gak mau ikut Deo? " tanya Arka Papa Dara dan Deo.
" Yakin, Papa dan yang lainnya saja yang pergi, aku tetap di sini! " jawab Deo sambil membawa koper kecil milik kakaknya dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil.
" Ya sudah tapi kamu jangan macam-macam di sini? Jangan yang aneh-aneh? " ujar Arka mengingatkan.
Deo langsung berdiri tegak mengangkat satu tangannya membuat sikap hormat selayaknya hormat kepada sang merah putih. Arka langsung mengacak pelan rambut putranya lalu ia mulai melangkah masuk ke dalam mobil.
" Kakak pergi dulu, kamu jangan nakal? awas kalau kamu bawa teman-teman berandalan mu itu ke rumah, akan kakak adukan ke Mama dan Papa. " ucap Dara mengancam.
" Siap kakakku sayang aku cuma bareng Zaki dan Dito aja kok, tenang. " jawab Deo santai.
Setelahnya Dara juga masuk ke dalam mobil namun ia duduk di kursi bagian belakang. Tidak lama dari itu, Ratih Mama Dara dan Deo keluar dari dalam rumah sambil membawa beberapa tas kecil yang berisi printilan miliknya.
" Astaga Mama mau konser apa gimana sih? banyak banget bawaannya? " celetuk Deo yang terkejut, pasalnya di dalam bagasi mobil sudah ada satu buah koper besar milik Mamanya dan sekarang Mamanya membawa 3 tas berukuran kecil lagi.
" Alah kamu anak laki-laki mana tahu! kebutuhan wanita itu banyak! " Sahut Ratih dan Deo segera membukakan pintu mobil untuk Mamanya.
" Tapi Kak Dara juga wanita dan barang bawaannya cuma sedikit. " ujar Deo dengan polosnya.
" Udahlah gak usah gak di bahas, yang penting kamu baik-baik dan jangan macam-macam di rumah? " tutur Ratih memberikan peringatan keras.
Deo hanya mengangguk sambil menutup pintu mobil setelah Mamanya masuk ke dalam. Setelah itu Arka mulai menghidupkan mesin mobilnya dan ia mulai menekan pedal gas meninggalkan Deo yang masih berdiri di depan teras rumah mereka sambil melambaikan tangannya.
Setelah orang tuanya pergi dan mobilnya sudah tidak lagi terlihat, Deo segera masuk ke dalam rumah dan ia menghubungi sahabatnya yang bernama Zaki.
Tut!!!
Tut!!!
Tut!!!
" Halo assalamualaikum Deo. " Sapa Zaki di seberang sana.
" Wa'alaikumsalam, Zak kau cepetan ke sini ya? Jangan lupa ajak Dito sekalian? " Sahut Deo yang sedang melangkah di dalam rumahnya.
" Oke, tapi kita di sana cuman bertiga aja kan? " Tanya Zaki memastikan.
" Iya kamu tenang aja kita cuman bertiga aja kok! " Jawab Deo.
" Ya udah kalau gitu aku siap-siap dulu sekalian jemput Dito di rumah, Assalamualaikum. " Pamit Zaki yang segera memutuskan sambungan teleponnya setelah Deo menjawab salamnya.
Deo sengaja tidak ikut kedua orang tuanya pergi ke puncak karena ia ingin mengajak kedua sahabatnya Zaki dan Dito untuk menginap di rumahnya. Mereka ingin membuat acara bakar-bakar di rumah sembari menonton acara piala dunia yang kebetulan babak finalnya akan di siarkan langsung malam ini.
Sebelumnya, Deo sudah meminta izin pada Mama dan Papanya bahwa ia akan mengajak dua sahabatnya untuk menginap di rumah. Arka dan Ratih yang sudah mengenal baik Zaki dan Dito sudah tentu mengizinkannya karena mereka tahu kedua sahabat putranya itu anak-anak yang baik dan tidak pernah berbuat macam-macam.
Namun mereka juga tetap mengingatkan Deo agar tidak berbuat macam-macam pasalnya, Deo ikut ke dalam sebuah geng motor yang terkenal berandalan. Sedangkan Zaki dan Dito tidak ikut ke dalam geng motor tersebut karena mereka berdua sama sekali tidak tertarik.
Sembari menunggu kedua sahabatnya datang, Deo pergi ke dapur untuk mengecek bahan makanan yang sedang dipersiapkan oleh asisten rumah tangganya untuk acara bakar-bakar mereka nanti malam. Tidak lupa Deo juga memeriksa stok softdrink dan makanan ringan yang sudah ia beli tadi malam bersama kakaknya Dara.
Karena semua persiapan sudah selesai, Deo kembali ke ruang keluarga untuk main Playstation sendirian sembari menunggu kedua sahabatnya datang. 10 menit kemudian bel rumahnya berbunyi lalu Deo segera meninggalkan ruang keluarga untuk membukakan pintu.
" Assalamualaikum. " Ucap Zaki ketika Deo membukakan pintu rumahnya.
" Waalaikumsalam, kok kau sendirian Dito mana? " Tanya Deo ketika ia melihat Zaki yang hanya berdiri seorang diri di depan rumahnya.
" Ada, Dito lagi di depan tuh beli cilok. " Jawab Zaki sambil menunjuk ke arah depan rumah Deo.
Dan benar saja saat Deo mengubah arah pandang matanya, ia melihat sahabatnya Dito yang sedang membeli cilok pada abang-abang yang memang setiap hari selalu lewat di depan rumahnya.
" Anak itu makan mulu pikirannya? " Celetuk Deo sambil membuka pintu rumahnya lebih lebar lagi.
" Kau kok heran kayak nggak kenal siapa Dito aja. " Sahut Zaki dengan santai.
" Ya sudah, ayo kita masuk temenin aku main PS? " ajak Deo.
Setelah di persilahkan masuk, Zaki langsung masuk ke dalam rumah bersama Deo dan mereka lanjut bermain PlayStation sambil menunggu Dito.
Mereka bertiga bersahabat sejak duduk di bangku menengah pertama sampai sekarang. Zaki seorang remaja jangkung berusia 17 tahun dengan kulit putih dan wajah yang paling tampan di antara mereka bertiga, Deo remaja berkulit sawo matang dengan rambut yang sedikit keriting, sedangkan Dito remaja bertubuh tambun dengan gaya rambutnya yang cepak.