Kecelakaan maut merubah segala kehidupan Alien gadis remaja berusia 16 tahun yang baru duduk dikelas dua SMA. Siapa sangka kehilangan kedua orang tuanya membawa dia pada sumber penderitaan yang tidak pernah dia pikirkan. Orang yang selama ini dia percaya, tante Lauren Tiba-tiba menjadi monster yang selalu mencengkram dirinya dalam balutan kain putih. karena perbuatan tantenya Alien harus putus sekolah. hidupnya seakan dikejar rentenir. dimanapun dia bersembunyi, selalu saja ada yang membawanya kembali kerumah bertatap muka dengan seseorang yang tiba-tiba berubah jadi Monster.
Ada sesuatu yang mendarat keras ke wajahnya. membuat Alien terbangun dari tidur yang hanya berdurasi dua jam.
Sebuah baju pengantin berwarna putih dengan payet yang mempesona. Sudah ada di depan matanya.
"Pakai baju itu!" Perintahnya, dia berdiri dengan mata melotot, satu tangan parkir manis di pinggang satunya lagi menunjuk ke arah gadis yang memegang baju pengantin dalam kondisi belum sadar sampai 100℅
"Gak mau!"
"Hari ini kamu harus menikah!"
"Aku tidak mau menikah. Tante saja yang menikah!" Sambil melempar baju ke wajah perempuan berparas cantik berwajah harimau di pagi hari. Wanita itu terlihat semakin marah, matanya melotot tajam bak pedang mulutnya komat Kamit tidak jelas mendekati gadis yang sedikit mundur.
Jari besarnya langsung mengangkat wajah mungil Alien menatap langit-langit kamar. Cengkeramannya sangat kuat membuat gadis bertubuh kurus itu kesakitan.
"Sekali lagi Tante bilang. Pakek baju ini. Sebentar lagi rombongan Pak Rendra datang." Dia melempar kembali bajunya ke wajah Alien.
"Sudah Alien bilang. Alien gak mau menikah dengan orang tua bangka itu. Tante saja yang menikah bukankah sudah waktunya Tante menikah!" Teriaknya lebih keras sambil meludah jijik
Spontan jari-jari kasarnya mendarat menyisakan bekas merah di pipi. Ini sudah jadi makanan sehari-hari setiap kali Alien menolak permintaannya.
"Tanpar terus, Tan. Tanpar lagi. Ayok!"
"Tante bilang. Pakai bajunya! Kalau tidak di pakek dalam waktu lima menit maka...."
"Maka apa!? Tante mau membunuh Alien. Iya!? Silahkan lakukan jika itu bisa membuat Tante puas!" Alien berteriak lebih keras dari Tantenya, kali ini ia sudah tidak takut lagi, ingin rasanya ia keluar dari rumah yang bagai penjara persis di jaman penjajahan Belanda.
"Dara! Cepat kesini.."
Seorang asisten baru berlari masuk ke kamar. Wajahnya ganas, matanya bulat seperti telor, sesuai dengan postur tubuh yang tinggi dan berotot layaknya bodigat. Entah darimana monster ini mendapatkan gajah seganas ini.
"Tangani dia. Baju itu harus berhasil di gunakan dalam lima menit. Lalu bawa dia turun ke bawah." Perintah Lauren sebelum pergi meninggalkan kamar.
"Baik, nyonya."
Matanya terus melotot tajam ke arah gadis yang masih duduk di kasur.
"Mau di lepas sendiri, apa saya bantu?" Tanyanya masih dengan nada lembut.
"Tidak perlu. Keluarlah, percuma kamu ada disini karena aku tidak mau memakainya. Enak saja dia mau menikahkanku dengan pria bangka yang tidak aku kenal. Dia pikir aku ini siapa, asal kamu tau, yang punya rumah ini, aku. Bukan dia."
"Ini perintah dari nyonya besar. Jadi saya harus melaksanakannya." Nadanya mulai tinggi. Kedua tangannya sudah melekat di kedua bahu Alien.
"Lepaskan!" Dengan keras Alien melempar tangannya, dia mulai meringas persis seperti harimau yang marah.
"Apa kamu punya seorang anak gadis? Ah, aku rasa tidak, kalian semua yang ada di rumah ini memang di ciptakan untuk tidak punya hati." Jawabnya sinis sambil memandangi wajah kasar yang sedang memaksa dirinya memakai baju berpayet indah.
"Iya aku punya. Kenapa?"
"Oh baguslah, aku doakan anakmu juga bernasib sama denganku."
"Sudah cukup. Tidak perlu debat. Waktunya sudah mau habis."
Dengan keras dia memaksa Alien untuk melepaskan bajunya. Gadis itu berusaha berontak, namun tangannya terlalu kuat menahan tubuh Alien yang hanya memiliki bobot 40 kg.
"Lepaskan. Aku gak mau makek baju ini. Aku gak mau menikah. Aku masih mau sekolah."
"Diam! Sekolah itu tidak penting. Kamu nurut saja kalau mau terbebas dari cengkraman Lauren." Dia berbisik pelan sambil melepaskan baju dan menggantinya dengan baju pengantin.
"Apa maksudmu?"
"Ikuti maunya."
"Aku tidak mau menikah."
"Setelah keluar dari kamar ini, kamu bebas mau melakukan apa saja. Untuk sementara biarkan aku menyelesaikan pekerjaanku."
"Dara.. kamu mendukungku?" Untuk pertama kalinya Alien merasa mendapatkan dukungan karena untuk keluar dari rumah ini sangat sulit.
Wanita itu hanya tersenyum tidak menjawab. Baju pengantin sudah melekat di tubuhnya. Alien terlihat cantik sekalipun tidak menggunakan makeup.
"Apa kamu mau membantuku keluar dari sini? Bantulah aku, aku mohon." Suaranya memelas.
"Aku hanya bisa membantu sampai di pintu itu. Selebihnya kamu sendiri yang melakukan aksi. Rumah ini di jaga ketat. Sangat sulit untuk keluar. Setiap sisi ada cctv, berhati-hatilah."
"Kenapa kamu mau membantuku?"
"Aku juga seorang Ibu. Seorang Ibu tidak akan membiarkan anaknya menderita."
Alien langsung memeluk Dara, dia menangis di pelukannya. "Terima kasih. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini."
"Sudah. Bukan waktunya untuk menangis. Aku tau kamu gadis yang kuat. Bersiaplah untuk keluar."
Sudah dua tahun gadis malang itu tidak merasakan pelukan hangat dari sang Mama. Memeluk Dara seakan-akan dia memeluk mamanya yang sudah menghilang sejak dua tahun yang lalu.
"Dara. Kalau sudah, langsung keluar!" Seseorang berteriak dari luar.
"Baiklah. Sebentar lagi turun."
Dara menatap sendu gadis yang menangis di depanya. Jari besarnya menyeka air mata yang mengalir deras di pipi Alien.
"Bukan waktunya untuk menangis. Kamu harus bersiap."
"Baiklah."
"Bagus. Kamu gadis yang kuat. Pergilah yang jauh, jangan pernah kembali. Di kamar mandi tamu ada celah untuk keluar dari rumah ini. Bawa tali ini. Semoga bisa membantu. Sembunyikan dalam bajumu."
Dara menyerahkan segulung tali yang sengaja dia bawa ke kamar Alien.
Dara membukakan pintu. Kali ini dia memasang wajah ganas sama persis seperti saat pertama kali masuk ke dalam kamar.
Rumah ini sudah di hias begitu indah. Tamu-tamu mulai berdatangan yang di sambut hangat oleh monster yang bernama Lauren.
Pak Rendra sudah tidak sabar menunggu Alien duduk di sampingnya. Pria itu sampai tidak mengedipkan mata melihat ke anggunan Alien dengan baju pengantin yang dia pesan khusus untuk calon istrinya.
"Cantik." Hanya satu kata yang terus keluar dari mulut pak Rendra. Pandangannya tidak lepas dari wajah Alien.
"Tante. Alien mau ke kamar mandi." Pinta Alien saat semua orang sudah siap mendengarkan ijab qobul.
"Tidak bisa. selesaikan dulu ijab qobulnya." Tolak Lauren.
"Mau Alien pipis dan BAB disini? Kalau mau ya sudah, Alien pipis disini."
"E-eh jangan sayang. Nanti bau. Mas anterin ke kamar mandi ya. takut kabur. hehehhe." Ucap pak Rendra sambil tersenyum menggoda. Sepertinya dia sudah tidak sabar melahap tubuh Alien untuk segera menjadi miliknya.
Sesampai di kamar mandi.
"Tunggu disini."
"Mas ikut masuk ya."
"Aku mau BAB. Apa tahan mencium baunya!?" bentak Alien. Pak Rendra menggeleng.
Sudah dua jam Alien tidak keluar dari kamar mandi. Semua orang termasuk pak Rendra sudah tidak sabar menunggu acara akat di mulai.
"Alien. Ini sudah dua jam. Keluarlah!" teriaknya. Tidak ada jawaban. Segera dia mendobrak pintu kamar mandi.
"Kurang ajar! Dia kabur."
Buku lain oleh Azza Gufron
Selebihnya