Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Dek, ayuk sudah siapkan, berangkat sekarang saja takutnya jalanan macet kalau sudah siang!" ajaknya kepada Rahayu istrinya yang masih mengaitkan bros pita pada jilbab panjang satu-satunya pemberian Rizki pada saat ulang tahun pernikahannya dua tahun lalu.
"Sebentar Bang," teriaknya yang sudah selesai memakai bros pita itu.
"Terus kado apa yang Adek bungkus?" tanya Rizki suaminya.
"Bang, atau kita nggak usah ke saja aja kali Bang, Ayu takut Abang nanti ...."
"Memang kenapa Adek takut Abang dihina lagi di sana karena kita bawa hadiahnya cuma gelas satu set yang murah harganya," jawabnya tersenyum.
"Kok Abang tahu hadiahnya itu?" tanya Ayu penasaran.
"Ya iyalah abang ini "kan paranormal, lagian hanya itu yang mampu kita beli, maaf ya Dek, uang Abang belum cukup mau beli yang lain," jawab Bang Rizki dengan muka ditekuk.
"Bang, sebagus apa pun kalau niatnya jelek hanya pamer buat apa, tidak menjadi berkah, hanya ini saja yang kita mampu tetapi ikhlas kita memberinya, terserah dia mau apakan barang ini yang penting kita bawa hadiah pernikahan buat sepupuku itu," jelas Ayu yang menenangkan hati suaminya yang merasa bersalah.
"Iya, Dek kamu benar, duh tambah sayang deh sama kamu, muach ..." jawab Rizki sambil mencium pucuk kening istrinya.
"Ih Abang, malu tau dilihat!"
"Nggak ada orang kok, lagian sama istri sendiri lain kalau istri orang lain baru itu," goda suaminya.
"Weh so sweet benar kayanya, serasa dunia milik berdua ya, yang lain pada ngontrak, hahaha ...." tawa Bang Doni kakak kandung Ayu yang tiba-tiba datang dari samping rumah.
"Rizki, Rizki kamu itu sudah miskin nggak usah bergaya begituan, kalau tajir melintir nggak apa-apa sih, pasti kadonya yang murahan juga tuh lihat pakaian kamu .... lebih baik kalian di rumah saja malu-malu in datang ke gedung."
"Eh dengar ya di sana itu banyak orang penting yang datang, kamu pakai sendal begituan, kita di sana kebanyakan pakai sepatu, pakaian batik atau jas, lah kamu pakai kaos berkerah tapi ya Allah sudah pudar lagi warnanya," ejek Bang Doni.
"Terus kenapa Bang, suka-suka kita lah, syirik ya?" ejek Rahayu.
"Aku syirik sama kamu yang miskin, nggak salah tuh, di mana-mana kalau mau syirik sama yang kaya bukan dengan yang miskin, Ayu-ayu kamu nikah sama orang ini otakmu tambah gesrek alias nggak waras," jawab Bang Doni dengan emosi.
"Lah tuh buktinya apa ngerecokin kita terus kerjaannya, urus punya Abang sendiri lagian aku nggak minta makan dari Abang ‘kan?" jawab Ayu dengan santai.
"Dasar kamu, sudah berani dengan Abangmu sendiri, siapa yang ngajarin kamu kaya gitu, nggak sopan tahu!" hardik Bang Doni.
"Ya elah Bang, maaf deh habis Abang mulai duluan, makanya jangan kepo sama kehidupan orang lain, sok menghina, merendahkan itu namanya apa, sedangkan orang tua kita dulu juga miskin, sekarang miskin lagi gara-gara kalian iya’ kan?"
"Bang Doni kembali diam, karena apa yang dikatakan Ayu ada benarnya juga, karena ketiga anak laki-lakinya lah Pak Sugimin ayah mereka menjadi bangkrut.
"Kenapa Bang, pagi-pagi sudah ribut di sini, bukannya bantuin ngangkat masukin kado ke dalam mobil malah di sini ngerumpi," ucap Mbak Nisa kakak iparnya Ayu.
"Ini loh saudara eh salah tetangga kita yang miskin ini, kamu nggak lihat tuh mereka baju lusuh dan kusam, bawa kado pasti murahan, mau taruh di mana muka kita, punya adik perempuan satu-satunya tapi nikah sama orang miskin," ejek Bang Doni.
"Sudahlah Bang, kalau begitu pinjami saja baju Abang 'kan banyak tuh berjibun di lemari, lebih baik di kasih saja sayang 'kan kalau nggak di pakai ya hitung-hitung sedekah" jawab Mbak Nisa istrinya.
"Enak saja, aku yang beli baru di kasih orang untung di dia rugi di akunya, baju kamu aja yang dikasih kalau aku nggak, sudah ah kalau berdebat sama kamu nggak bisa salah," jawabnya seraya meninggalkan Rizki dan Rahayu yang masih diam terpaku melihat tingkah laku kakak kandungnya sendiri.
Rumah mereka memang bersebelahan antara kaya dan miskin, jika rumah Rizki hanya sebuah rumah petak yang hanya mempunyai satu tempat kamar tidur, beralaskan tripleks tipis tapi masih bisa untuk tempat berteduh mereka sedangkan kakak kandungnya Doni mempunyai rumah yang sangat besar mempunyai lima tempat kamar tidur yang luas bahkan jika ada keluarga sanak famili menginap dari luar kota maka tempat Bang Donilah yang menjadi tempat persinggahan yang enak.
Rumah yang di tempati oleh Rizki dan Ayu adalah pemberian Bapaknya Ayu sebagai hadiah pernikahan mereka.
Maklum Bapak Sugimin dulu adalah orang kaya juragan sembako, namun karena banyak persaingan usahanya pun gulung tikar ditambah lagi ke tiga anaknya laki-laki waktu dulu selalu hidup hura-hura tanpa memikirkan pekerjaan atau sekedar membantu Bapaknya di warung.