Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bosku, Kekasih Gelapku

Bosku, Kekasih Gelapku

Ivana Alfatan

5.0
Komentar
438
Penayangan
3
Bab

Airin adalah seorang karyawati yang baru bekerja di sebuah perusahaan yang dipimpin oleh Radit. Pria muda yang tampan dan baik hati serta low profile. Seiring waktu, akhirnya cinta tumbuh dalam hati Airin karena perlakuan khusus yang didapatkannya dari sang bos, ditengah rasa patah hatinya karena terpaksa putus dengan Rezan, kekasihnya yang tak direstui sang ibu. Waktu berlalu dan sang ibu meminta Airin untuk segera menikah, Airin pun dijodohkan dengan beberapa lelaki pilihan ibunya. Airin yang terdesak akhirnya mengenalkan Radit sebagai kekasihnya pada ibunya. Tanpa diketahui Airin, sang bos ternyata sudah memiliki istri dan anak, Airin kembali terluka. Bagaimanakah kisah cinta Airin selanjutnya?

Bab 1 Kantor Baru

Namaku Airin. Gadis berusia dua puluh dua tahun yang dua bulan lalu lulus sebagai Sarjana Ekonomi di sebuah kampus Universitas Swasta di Jakarta.

Hari ini adalah hari pertamaku bekerja. Kemarin, aku baru saja diterima sebagai karyawati di perusahaan lokal yang tengah berkembang. Dan pagi ini aku sudah berada di depan gerbangnya.

"Selamat pagi Pak" ucapku ramah pada seorang satpam perusahaan yang sedang berdiri didekat pintu gerbang. Satpam itu menjawab salamku, kemudian tersenyum.

"Anak baru ya?" tanyanya.

Aku mengangguk sambil tersenyum, "iya Pak" lalu berjalan memasuki gedung, dan menjumpai ruangan staf.

Tiba di depan ruangan staf ini, aku yang sedang bingung dan celingak celinguk mencari dimana letak meja kerjaku, lalu dikejutkan dengan suara berat dibelakangku.

"Ehem" suara deheman berat itu sontak membuatku kaget dan menoleh. Aku langsung meminggirkan tubuh, supaya orang dibelakangku yang tadi berdehem, bisa masuk.

Aroma wangi langsung menyapa hidung ketika sosok itu melewatiku, aku tersenyum canggung.

"Anak baru ya? Yang kemarin interview?" tanya si pemilik suara berat dengan tubuh yang wangi itu.

Aku mengangguk, "i-iya Pak" sahutku yang kemudian memperhatikan orang yang menyapaku itu ternyata sangat tampan dan masih muda.

"Ikuti saya" ujar orang itu lagi.

Meski bingung, akupun menurut.

Lelaki tadi membawaku ke salah satu kursi kosong dari empat kursi yang terpisah sekat.

Memang hanya ada satu yang kosong, sedang ketiganya telah terisi orang, dua orang laki-laki dan satu orang perempuan. Mereka tampak sedang serius menatap layar komputer di depannya.

"Ini mejamu" katanya.

Aku mengangguk.

"Mbak Ira, tolong ajari dia. Mulai hari ini dia asisten Mbak ya" ucap pria itu pada seorang perempuan yang duduk di sebelah sekat mejaku.

Orang yang dipanggil 'Mbak Ira' itu sebentar melirikku, kemudian mengangguk.

"Iya baiklah" dia menyahut.

Aku lalu duduk, dan pria yang barusan mengantarku kemudian pergi berlalu.

Aku tak terlalu memperhatikan kemana ia pergi.

Bahkan namanya saja aku belum tahu.

Mungkin dia salah satu staf juga disini. Pikirku.

Bu Ira lalu menggeser kursinya, mendekat padaku, "Siapa namamu?"

"Saya Airin, Bu"

"Nah, ini kerjaanmu"

Ia menyerahkan setumpuk berkas padaku, aku langsung menerimanya. Keningku mengernyit menatap berkas yang begitu banyak.

Satu persatu kubuka dan mencoba pelajari. Beberapa kali aku bertanya pada Bu Ira apa yang tak kumengerti.

Awal-awal Bu Ira dengan lembut menjawab semua pertanyaanku, namun lama kelamaan jawabannya berubah agak sinis.

Merasa ia mulai tak ramah padaku, akhirnya kuputuskan untuk mempelajarinya sendiri. Beberapa kali keningku berkerut, menatap deretan angka dan tabel-tabel neraca didepanku.

Hingga jam istirahat tiba. Bel diluar terdengar nyaring berbunyi. Bu Ira dan dua orang staf lelaki lainnya berdiri, kemudian ke luar dari ruangan.

Sebelum pergi, Bu Ira sempat menoleh padaku, "Sudah jam istirahat, kamu nggak makan?" tanyanya.

"Iya Bu, kantin di sini di mana ya?" tanyaku.

"Kantin ada dibawah, di gedung satunya, dibagian belakang produksi" jawabnya."Kebetulan rumahku dekat, jadi kalau jam istirahat begini aku pulang. Kamu bisa kan, ke kantin saja sendiri?" tanyanya yang seolah hanya basa basi, karena tanpa menunggu jawabanku, ia langsung berjalan ke arah pintu dan keluar.

Aku tersenyum kecut, menyadari sepertinya teman kerjaku yang senior ini kurang ramah.

Lalu aku berdiri. Ku hampiri jendela besar yang ada di ruangan.

Menatap karyawan dan karyawati perusahaan ini di bawah sana yang menghambur keluar dari gedung besar disebelah gedung kantor ini, sama denganku, mereka tengah menikmati waktu istirahat, sayangnya tak ada satupun orang yang kukenal.

Dddrrrttt. Ddrrrrttt.

Ponselku berbunyi, segera kuambil ponsel itu dari kantung jas yang kupakai.

Rupanya pesan chat dari aplikasi hijau.

Sebuah Grup Empat Sekawan tengah ramai berbalas chat. Grup itu adalah grupku dan teman-teman dekatku yang hanya berjumlah empat orang.

[Hei lagi pada ngapain nih] temanku Dita memulai obrolan digrup.

[Aku lagi makan] sahut Yumna.

[Aku lagi ditoilet nih, habis pup!]

[Ihh jorok Tia!] sahut Dita sambil mengirim emoticon muntah.

[Hahahaaa] Tia mengirim teks sekaligus emoticon tawa terbahak.

[Mana nih si karyawan baru] Yumna bertanya, yang pasti pertanyaan itu tertuju untukku.

[Pasti lagi stress dengan kerjaan baru. Hahaha] Tia berseloroh.

[Atau lagi dijutekin sama senior. Hahaha] Dita ikut menimpali.

Aku tertawa membacanya. Segera kuketik chat balasan.

[Heii aku baik-baik saja weee]

[Wahh selamat ya! Akhirnya dapat kerja juga, jadi kita berempat nggak ada yang jadi pengacara lagi dong!] kata Tia.

[Pengacara?] Yumna tak mengerti.

[Pengangguran banyak acara! Kemarin-kemarin kan si Airin tuh yang jadi pengacara! Hahaha] ledek Dita.

[Uppsss sorry... Sekarang sudah jadi staf junior akunting..keren kan? Hahaha. Ditambah baru masuk sudah dapat bonus lagi!] sahutku membalas ledekan mereka.

[Bonus?!]

[Bonus?!]

[Bonus apa?!]

chat mereka yang sama dan dikirim berbarengan itu membuatku tertawa membacanya.

[Bonus ketemu cowok ganteng! hahahaa!] ketikku sambil cengar cengir.

Tentu yang kumaksud adalah pria yang pertama tadi menyapaku.

[Wahh kalau belum lihat langsung, belum percaya!] kata Dita.

[Wahhh akhirnya mata Airin sudah kebuka lagi, dia sudah bisa lihat cowok ganteng selain Rezan! hahaha!] ledek Yumna. Ia menyebut nama mantan kekasihku yang sudah lebih dari dua bulan putus denganku.

[Ayolah kapan kita ketemu? Airin, sekalian ajak cowok gantengmu itu ya!] tantang Tia.

[Hei mana bisa? Memang aku cewek apaan, lihat yang ganteng langsung ngajak jalan! ogahhh] sahutku.

[hahaha...] Tia mengirim emoticon terbahak.

[Ya sudah, sabtu kita tetap ketemuan, karena aku mau kasih kalian undangan] sahut Dita.

[Oke, sabtu sepulang kerja, kita ketemuan ya gengs!] sahutku.

Tak lama obrolanpun selesai setelah kami berempat menyepakati bahwa sabtu minggu ini kami akan hang out bareng.

Akupun memasukkan ponsel ke dalam saku jasku lagi.

Aku senyum-senyum membayangkan wajah pria tampan yang kutemui tadi pagi di kantor baru ini, meski rekan kerjaku, si Bu Ira, sepertinya bukan tipe wanita yang ramah, namun kehadiran pria tampan tadi pagi cukup membuatku terhibur.

Bayangan dalam benakku berganti, kini sosok lelaki berwajah tegas, macho, dengan hidung bangir dan senyum yang menawan, tiba-tiba mampir dalam benakku, membuat senyumku hilang. Rezan, lelaki yang kini mampir dalam bayanganku, nama yang tadi disebut Yumna.

Pandanganku spontan mengarah ke awan yang terlihat cerah dari kaca jendela ini.

Entah dimana lelaki yang masih sangat kucintai itu berada, mendadak rindu mengisi hatiku lagi. untuk sejenak aku terdiam membisu, tanpa melepas pandangan kearah langit yang cerah.

"Kamu nggak makan?" suara berat yang tadi pagi, kini terdengar lagi di telingaku.

Aku menoleh. Debaran jantungku langsung terasa kencang. Itu pria yang tadi pagi. Kenapa tiba-tiba muncul lagi di ruangan ini?! Sejak kapan ia berdiri dibelakangku?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Ivana Alfatan

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku